Jayapura, Jubi – Usai dilantik oleh Bupati Pegunungan Bintang di Oksibil, Kepala Distrik (Kadis) Batani, Martina Uropka, SE, langsung bergerak cepat dengan mengajak seluruh stafnya menggelar Musyawarah Kampung (Muskam) dan Musyawarah Distrik (Musdis) bersama masyarakat di tujuh kampung di wilayah Distrik Batani, Kabupaten Pegunungan Bintang.
Dalam Muskam dan Musdis tersebut, disepakati tujuh program prioritas pembangunan yang akan dijalankan sebagai bagian dari visi-misi Bupati Pegunungan Bintang periode 2025–2029. Hal ini disampaikan oleh Martina Uropka di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, pada Kamis (10/4/2025).
Martina menjelaskan, Muskam digelar pada 25 Maret dan dilanjutkan Musdis pada 26 Maret 2025, yang dipusatkan di kantor distrik Batani. Adapun tujuh program yang menjadi fokus pembahasan meliputi Transportasi darat dan sungai, Telekomunikasi, Pendidikan, Kesehatan, Pembangunan kantor pemerintahan distrik, Air bersih dan Listrik.
“Yang paling mendesak adalah transportasi darat dan sungai. Sungai di sana deras dan berarus kuat. Kami butuh speedboat yang layak untuk melayani masyarakat,” ujar Martina.
Ia menambahkan bahwa pihaknya membutuhkan sedikitnya 10 unit perahu bermesin (motor Johnson), masing-masing satu untuk tujuh kampung, serta tiga lainnya untuk keperluan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan staf distrik.
“Saat ini masyarakat masih memakai perahu seadanya untuk menjual hasil kebun ke Jayapura. Akibat arus sungai yang kuat, tidak sedikit warga yang tenggelam,” ungkapnya.
Selain transportasi sungai, masyarakat Batani juga membutuhkan transportasi udara. Menurut Martina, landasan udara yang sudah dibangun di Batani saat ini kondisinya sangat memprihatinkan.
“Lapangan terbang banyak ditumbuhi lumut dan sangat licin. Kami minta segera diaspal agar aman bagi pilot dan penumpang. Perlu juga pagar agar babi tidak masuk ke area runway,” katanya.
Martina menambahkan, Batani sangat membutuhkan fasilitas komunikasi. Karena daerah tersebut masih terisolasi secara jaringan, maka diperlukan alat komunikasi seperti radio SSB (Single Side Band), serta jaringan internet dari program BAKTI atau Starlink.
“Kalau komunikasi dibenahi lebih dulu, semua sektor pembangunan lainnya bisa berjalan,” katanya.
Di sektor pendidikan, Martina mengungkapkan bahwa sejak pemekaran distrik, hanya ada satu sekolah dasar, yakni SD Inpres Batani, yang melayani siswa dari tujuh kampung.
“Saat ini tidak ada guru bersertifikat atau kepala sekolah. Hanya dua orang yang mengajar dengan panggilan hati, padahal mereka bukan guru,” jelasnya.
Fasilitas sekolah juga minim, hanya lima ruang kelas yang digunakan untuk tujuh tingkat. Beberapa ruangan digabung dua kelas sekaligus.
“Kami butuh gedung sekolah baru, perabotan lengkap, dan buku bacaan. SD ini sudah masuk dapodik, sehingga harus ada pendidikan PAUD juga. SMP perlu dibangun, karena saat ini siswa yang tamat SD hanya tinggal di kampung karena SMP terlalu jauh,” tambahnya.
Karena jarak antar kampung sangat jauh dan kondisi medan berat, Martina berharap pemerintah membangun asrama di pusat distrik agar anak-anak bisa tinggal dan bersekolah dengan aman.
“Kalau sungai banjir, anak-anak dari empat kampung di pinggiran sungai tidak bisa ke sekolah. Jadi harus ada asrama,” tegasnya.
Kesehatan dan Infrastruktur Pemerintahan
Sementara itu, Kepala Sub Bagian Program dan Keuangan Distrik Batani, Otomina Mimin, menambahkan bahwa sektor kesehatan juga menjadi prioritas utama.
“Gedung Puskesmas sudah dibangun sejak 2023 dan fasilitasnya lumayan lengkap. Namun, saat ini kami hanya punya kepala Puskesmas. Dokter, perawat, dan bidan belum ada,” ujarnya.
Karena kekurangan tenaga medis, banyak pasien terpaksa dirujuk ke Jayapura dengan motor Johnson. Tidak semua bisa tertolong di perjalanan.
“Kami harap dinas kesehatan segera menempatkan tenaga medis di Puskesmas Batani,” imbuhnya.
Otomina juga menyampaikan bahwa kantor distrik Batani sudah sangat tua dan lapuk. Ia berharap dilakukan renovasi total, termasuk pembangunan rumah dinas dan pengadaan fasilitas kerja seperti komputer, meja, kursi, lemari, serta printer.
“Di bawah kepemimpinan ibu distrik, kami staf siap bekerja,” katanya.
Untuk mendukung kelancaran pemerintahan, Otomina menyebut pengadaan air bersih dan listrik juga sangat mendesak. Mata air tersedia di alam, tinggal dipasangi pipa. Listrik dapat menggunakan panel surya karena akses bahan bakar untuk genset sulit didapat.
“Semua aktivitas sangat bergantung pada ketersediaan listrik. Harapan kami, Pemda bisa segera merespons kebutuhan ini,” tutupnya. (*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!