Jayapura, Jubi – “Listrik hijau” tak hanya berdampak positif terhadap lingkungan, tapi turut membantu menggerakkan roda perekonomian. Di Kota Jayapura misalnya, listrik hijau yang divalidasi Renewable Energy Certificate atau REC PLN telah digunakan untuk mengoperasikan gudang penyimpanan barang dan ruang pendingin milik SAGA Group, sebuah perusahaan retail yang menghidupi banyak orang.
Rabu (13/11/2024), Gudang penyimpanan SAGA Group di kawasan Entrop, Kota Jayapura, Papua, ramai oleh sejumlah truk boks sudah bergiliran mengangkut dan memasok beraneka barang yang masuk maupun keluar. Sejumlah pekerja sibuk mengemas, merapikan, dan menyusun barang-barang yang hendak diangkut.
Anwar ada di sana, mengangkut dari gudang, dan mengunggah kardus terakhir ke dalam salah satu truk boks. “Pas! Ini barang terakhir yang diisi. Sudah penuh, sekarang tinggal di drop ke toko,” kata Anwar.
SAGA Group adalah perusahaan retail di Papua yang berpusat di Kota Jayapura, Provinsi Papua. Mereka menjadi pelopor konsumsi “listrik hijau” REC PLN di Bumi Cenderawasih.
Gudang ramai tempat Anwar bekerja menggunakan daya 197.000 Volt Ampere (VA) listrik yang bersumber energi hijau untuk mengoperasikan ruang penyimpanan barang dan ruang pendingin yang menampung berbagai barang kebutuhan pokok. Dari gudang itu, beragam kebutuhan rumah tangga dipasok ke beberapa rekanan, beberapa cabang supermarket, dan mal pusat perbelanjaan milik SAGA.
Sekilas pandangan mata, tak ada yang berbeda dari rupa gudang penyimpanan milik SAGA Group itu. Di dalamnya, terdapat ruang pendingin berdinding putih yang berjejer rapi. Tak ada suara bising mesin. Ruang pendingin itu sepaket dengan gudang penyimpanan yang menggunakan energi listrik hijau REC PLN dalam pengoperasiannya, yang mulai terpasang sejak Juni 2024.
SAGA Group adalah salah satu pemain terpenting dalam memasok berbagai barang kebutuhan pokok bagi warga Kota Jayapura. Perusahaan retail berusia 30 tahun lebih itu memiliki sekitar 1.500 karyawan dengan berbagai jenis pekerjaan, mulai dari mengurus pergudangan dan penyimpanan berbagai barang dengan ruang pendingin yang dialiri “listrik hijau”, hingga para pekerja di sejumlah supermarket milik SAGA.
“Kita sudah dipercaya untuk melayani di Kota Jayapura sejak tahun 1990-an. Pendiri perusahaan ini adalah kakek saya, Harry Pirono. Untuk sekarang, [di antara] distributor dan retail lokal di Kota Jayapura, kami yang paling besar secara skala. Kita punya 16 cabang dan grup afiliasi, kalau dihitung-hitung sekitar 1.500 karyawan,” kata pemilik SAGA Group, Gary Marcelino Pirono, kepada Jubi, Selasa (12/11/2024).
Di Supermarket SAGA yang berlokasi di kawasan Dok V Bawah, sejumlah pembeli datang silih bergantian. Setiap harinya supermarket itu memang selalu ramai pembeli. Mereka mencari barang kebutuhan rumah tangga yang telah tersusun rapi di sederet rak bertingkat. Mulai dari minyak goreng, gula, susu, beras, sayuran, buah, ayam, hingga daging, yang sebelumnya berasal dari gudang penyimpanan dan ruang pendingin SAGA Group di Entrop.
Irma Wati, adalah satu dari konsumen yang sering berbelanja di sana. Dia punya usaha kuliner atau warungan. Supermarket SAGA menjadi andalannya untuk membeli beras, minyak goreng, dan ayam potong.
“Senang saja belanja di sini. Bukan hanya karena harganya yang relatif terjangkau, tapi sayur-sayuran, buah-buahannya selalu segar. Saya juga selalu beli ayam potong di sini, karena dagingnya segar dan masih baru,” kata Irma.
Lakon itu berlangsung setiap harinya. Gudang penyimpanan dan ruang pendingin SAGA Group yang telah dialiri energi listrik hijau itu memberikan dampak pada perekonomian bagi banyak warga Kota Jayapura.
“Gudang hijau” pertama di Papua
PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Papua dan Papua Barat menyebut gudang penyimpanan dan ruang pendingin SAGA Group di Entrop itu menjadi gudang distribusi dan ruang pendingin pertama di Papua yang menggunakan energi listrik hijau Renewable Energy Certificate (REC) PLN.
Energi listrik hijau REC PLN yang mengalir ke gudang tersebut berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Orya, Genyem, Kabupaten Jayapura. Sebelumnya, listrik yang terpasang pada gudang dan ruang pendingin milik SAGA itu hanya berdaya 5.500 VA. Daya itu kemudian ditambah menjadi 197.000 VA setelah beralih menggunakan listrik hijau REC PLN.
“SAGA Group sangat berkomitmen untuk berkontribusi dalam pelestarian lingkungan melalui pemanfaatan energi terbarukan. Listrik yang digunakan untuk mengoperasikan cold storage dan gudang SAGA Group disuplai sistem kelistrikan Jayapura, di mana salah satu pembangkitnya ada PLTA Orya,” kata Senior Manager Manajemen Niaga dan Pemasaran PLN UIW Papua dan Papua Barat, John Yarangga.
Yarangga menuturkan penggunaan energi hijau ini memberikan dampak yang signifikan dalam mengurangi emisi karbon. Upaya mengurangi emisi karbon itu sejalan dengan upaya global untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE), dan mengurangi dampak perubahan iklim. Penggunaan energi bersih juga berkontribusi dalam menjaga kualitas udara dan lingkungan sekitar.
Ia menerangkan kepemilikan REC merupakan bukti bahwa listrik yang digunakan SAGA Group memang berasal dari sumber energi terbarukan. REC PLN memberikan jaminan kepada konsumen bahwa energi listrik yang dipasok PLN dihasilkan proses yang ramah lingkungan.
“Dengan memiliki sertifikat REC, SAGA Group mendukung dan berkontribusi dalam penggunaan energi terbarukan di Indonesia terutama di Jayapura,” jelasnya.
Layanan listrik hijau berbasis REC ini menjadi bagian penting bagi pertumbuhan ekonomi yang dijalankan oleh SAGA Group. Salah satu perwakilan mereka di area gudang tersebut, Robertus Suryadinata mengatakan operasional yang dijalankan jadi lebih optimal dan terbilang irit, berbeda dengan sebelumnya.
“Kami mengapresiasi dan berterima kasih kepada PLN atas dukungannya dalam menyediakan energi yang andal dan ramah lingkungan. Ruang pendingin dan gudang penyimpanan ini merupakan bagian penting dari bisnis kami. Dengan adanya energi dari PLN, kami dapat menjalankan operasional dengan lebih optimal,” ujarnya.
General Manager PT PLN UIW Papua dan Papua Barat, Budiono, mengatakan program REC PLN merupakan bentuk komitmen PLN untuk mendukung kemajuan ekonomi di Papua, terutama pada sektor bisnis.
“Kami yakin dengan adanya cold storage [atau ruang pendingin] dan gudang penyimpanan ini, SAGA Group dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas distribusinya, sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat Papua,” ujar Budiono.
Diminati, tapi pasokan terbatas
Dinukil dari laman internet Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia, Renewable Energy Certificate (REC) adalah sertifikat energi terbarukan yang dapat digunakan untuk mengklaim konsumsi listrik listrik dari sumber Energi Baru Terbarukan (EBT), seperti tenaga matahari, angin, atau air. Dengan inovasi itu, PLN membuktikan bahwa setiap listrik per megawatt-hour yang digunakan pelanggan berasal dari pembangkit EBT atau non fosil.
REC dihasilkan ketika pembangkit listrik dari energi terbarukan menghasilkan satu Megawatt-hour (MWh) listrik hijau dan menyalurkannya ke jaringan listrik. Karena listrik hijau dari sumber energi terbarukan tidak dapat dibedakan dengan listrik yang dihasilkan dari sumber lain. REC berfungsi sebagai mekanisme untuk membedakan dan melacak energi terbarukan dalam jaringan listrik.
Contoh, jika fasilitas pembangkit listrik hijau menghasilkan listrik hijau sebesar 5 MWh, maka fasilitas tersebut mempunyai lima kredit untuk disimpan atau dijual. Jika ada perusahaan membeli kredit tersebut, maka perusahaan tersebut membeli listrik dari sumber pembangkit listrik energi hijau, yang kemudian dapat diklaim bahwa listrik yang digunakan berasal dari sumber energi bersih atau terbarukan.
Di wilayah Papua dan Papua Barat khususnya, pertumbuhan pelanggan pengguna energi listrik hijau berbasis REC belum banyak. Pada akhir 2023 lalu, baru ada 216 lembar REC yang tersalurkan kepada pelanggan bisnis dan rumah tangga.
Kini sudah ada 11 pelanggan PLN UIW Papua dan Papua Barat yang telah membeli 865 lembar unit REC yang setara 865 Megawatt-hour (MWh). Satu lembar unit REC setara dengan 1.000 Kilowatt-hour (KWh) energi bersih.
Senior Manager Manajemen Niaga dan Pemasaran PLN UIW Papua dan Papua Barat, John Yarangga menyebut semakin banyak pelanggan PLN yang meminati REC. “Hal itu menunjukkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat dan pelaku bisnis di Jayapura akan pentingnya energi bersih dan berkelanjutan,” ujar Yarangga.
Menurut Yarangga, pengguna listrik hijau berbasis REC berkontribusi menekan dampak emisi karbon terhadap lingkungan dan akan mendapat keuntungan lain yang didapat. Misalnya, pelanggan dari kalangan industri, khususnya pabrik yang memproduksi barang jadi, akan mendapatkan kemudahan dalam mengekspor produknya, karena di beberapa negara sangat ketat menerapkan persyaratan produksi barang dengan energi Energi Baru Terbarukan (EBT).
Sayangnya, layanan REC di Papua, khususnya di Kota Jayapura, masih bergantung dari satu-satunya pembangkit listrik EBT di sana, yaitu PLTA Orya di Genyem. PLTA Orya berkapasitas kecil, membangkitkan listrik setara 2 x 10 Megawatt (MW).
Yarangga mengakui, itu keterbatasan itu menjadi kendala untuk menggenjot penggunaan EBT di Papua. “Selain pembangkit energi hijau PLTA Orya yang berkapasitas kecil, sebagian besar pelanggan PLN di Papua masih menggunakan energi dari pembangkit fosil,” katanya.
Jumlah pelanggan PLN di wilayah jaringan distribusi Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Jayapura sudah cukup membludak. Untuk wilayah Kota Jayapura berjumlah 115.659 pelanggan, Kabupaten Jayapura berjumlah 72.668 pelanggan, Kabupaten Pegunungan Bintang berjumlah 1.723 pelanggan, Kabupaten Keerom berjumlah 21.797 pelanggan, dan Kabupaten Sarmi sebanyak 11.628 pelanggan.
Energi listrik yang mengaliri wilayah Jayapura bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Waena dengan kapasitas 14 MW, dibantu suplai dari PLTA Orya Genyem dengan kapasitas 2 x 10 MW dan PLTU Holtekamp berkapasitas 2 x 10 MW.
Peran PLTA Orya sebagai pembangkit energi bersih turut membantu layanan distribusi listrik di area Jayapura. Itu sebabnya, pemadaman listrik secara berulang sudah tak terjadi lagi di Kota Jayapura.
“PLTA membantu tambahan daya mampu di sistem Jayapura dengan kapasitas 2 x 10 MW apabila kondisi debit air normal,” jelas Yarangga.
Komitmen untuk “listrik hijau”
PLN punya komitmen besar untuk melanjutkan transisi menuju energi hijau. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Yarmokh yang menggunakan energi fosil dan telah puluhan tahun melayani kelistrikan Jayapura sudah tidak lagi dioperasikan sejak tiga tahun yang lalu. PLN memproyeksikan penambahan pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) di Papua dan Papua Barat.
Selain mengoptimalkan pengoperasi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Orya, PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Papua dan Papua Barat juga berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) On Grid yang masih dalam tahap studi. PLN UIW Papua dan Papua Barat juga terus meneliti wilayah yang potensial untuk membangkitkan “listrik hijau”.
“Potensi PLTA besar sebenarnya ada di Sungai Mamberamo. Mamun konektivitas jaringan dengan sistem Jayapura sebagai pusat beban tidak memadai [karena jarak yang sangat jauh],” sebut Yarangga.
PLN berstrategi dengan membangun jaringan listrik untuk menopang pasokan listrik hijau ke daerah-daerah terpencil di kawasan wisata Kabupaten Raja Ampat di Papua Barat Daya, serta Kabupaten Keerom dan Kabupaten Sarmi di Provinsi Papua melalui program inovasi bernama SuperSUN yang menggunakan energi matahari untuk membangkitkan listrik hijau menggunakan PLTS.
“Sekarang sudah ada PLTS Atap yang terpasang di seluruh Papua dan Papua Barat. Sampai dengan bulan September 2024, sudah ada 15 PLTS Atap yang terpasang di seluruh PLN Wilayah Papua dan Papua Barat dengan Total Kapasitas 558.950 [kilo Watt peak atau] kWp,” ujarnya.
Di daerah perkampungan wilayah kerja PLN UP3 Jayapura, PLN membangun PLTS sebagai sumber energi hijau untuk memasok kebutuhan listrik di tujuh kampung, yakni PLTS Oksibil kapasitas 300 kWp, PLTS Endokisi 25 kWp, PLTS Meukisi 50 kWp, PLTS Bukisi 50 kWp, PLTS Samanente 30 kWp, PLTS Konderjan 30 kWp, dan PLTS Terpones 30 kWp.
“Penggunaan energi hijau menawarkan solusi yang lebih efisien, bersih dan sehat. Pemerintah Indonesia telah menetapkan target NZE pada tahun 2060. PLN sebagai perusahaan listrik negara memiliki peran sentral dalam mencapai target tersebut. Pemerintah mengeluarkan berbagai regulasi yang mendorong pengembangan energi baru dan terbarukan serta efisiensi energi,” ujar Yarangga.
Baru-baru ini, PLN UIW Papua dan Papua Barat juga mendirikan Green Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Kota Jayapura. Kehadiran Green SPKLU itu menjadi langkah signifikan dalam mendukung adopsi kendaraan listrik di Papua.
SPKLU ini bukan hanya menyediakan infrastruktur pengisian daya, tetapi juga menunjukkan komitmen PLN dalam mendorong penggunaan energi bersih. Green SPKLU ini memanfaatkan energi dari tenaga matahari dengan PV Rooftop, dan merupakan inovasi PLN UIW Papua dan Papua Barat.
Tercatat, persentase penggunaan EBT PLN UP3 Jayapura secara keseluruhan sebesar 6,15%. Hal ini diprediksi masih akan terus bertambah seiring implementasi aturan pemerintah yang memproyeksikan bauran EBT sebesar 60%.
“Kami optimis bahwa tren itu akan terus berlanjut, mengingat semakin banyak perusahaan dan individu yang berkomitmen untuk mengurangi jejak karbon mereka. PLN berkomitmen untuk terus mendukung transisi energi menuju sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan,” kata Yarangga. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!