Jayapura, Jubi – Sebanyak 24 mahasiswa asli Papua penerima beasiswa Siswa Unggul Papua terancam putus sekolah dan akan dideportasi dari Amerika Serikat gara-gara tunggakan biaya kuliah mereka. Hal itu disampaikan Ketua Forum Komunikasi Orangtua Penerima Beasiswa Dalam Negeri dan Luar Negeri, Jhon Reba di Kota Jayapura, Provinsi Papua, Selasa (9/1/2024).
“Perlu diketahui bahwa anak-anak berkuliah di luar negeri secara khusus di Amerika Serikat terancam dideportasi. Anak-anak [yang berkuliah] di dalam negeri [juga] terancam dicutikan atau drop-out [atau dikeluarkan] dari kampus mereka,” ujarnya.
Reba mengatakan 24 mahasiswa yang terancam dideportasi dari Amerika Serikat (AS) itu adalah 20 mahasiswa yang berkuliah di Corban University dan empat mahasiswa yang berkuliah di Missouri University. Menurut Reba, kedua kampus itu telah diberikan tenggat waktu untuk menyelesaikan tunggakan hingga pada 5 Januari 2024.
“Sebenarnya deadline [yang] dikasih kampus itu, Agustus 2023, itu kesempatan terakhir [penyelenggara beasiswa Siswa Unggul Papua] untuk menyelesaikan [tunggakan] biaya pendidikan mereka. Kampus memberikan kesempatan [lagi] kepada mereka, [tenggatnya diperpanjang] sampai 5 Januari 2024 untuk melunasi, [tapi tunggakan belum diselesaikan]. Itu empat hari lalu,” katanya.
Reba mengatakan 24 mahasiswa itu sudah melapor ke Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington, mengadukan persoalan tunggakan itu dan meminta Pemerintah Indonesia menyelesaikan tunggakan para mahasiswa. Menurut Reba, hingga saat biaya pendidikan dan biaya hidup untuk periode Juli hingga Desember 2023 belum dibayarkan Pemerintah Provinsi Papua.
“Sampai hari ini mahasiswa di kampus ini biaya pendidikan dan biaya hidup belum dikirim dan diselesaikan. Mereka dikasih kesempatan sampai Rabu/Kamis. [Jika tunggakan itu] tidak diselesaikan, mereka akan dideportasi. Kalau [tunggakan itu] tidak [diselesaikan] besok atau lusa, mereka [harus] meninggalkan Amerika Serikat,” ujarnya.
Batal wisuda
Orangtua mahasiswa penerima beasiswa Siswa Unggul Papua, Johan Nussy mengatakan anaknya Chelsea Nussy termasuk di antara mahasiswa asli Papua yang akan dideportasi. Padahal Chelsea Nussy tinggal menyelesaikan pendidikannya di School of Business Jurusan Accounting di Corban University Amerika Serikat, dan seharusnya diwisuda bersama tujuh teman lainnya pada Mei 2024.
“Dari 20 mahasiswa Papua asal Provinsi Papua ini terdapat 8 mahasiswa akan diwisuda pada Mei 2024 ini. Mereka sudah persiapkan untuk ikut wisuda, tapi tunggakan belum dibayarkan, sehingga [rencana keikutsertaan mereka dalam] wisuda pada 5 Mei 2024 dibatalkan. Undangan [bagi] orangtua untuk menghadirkan wisuda itu dibatalkan juga,” kata Johan Nussy.
Johan mengatakan ia tidak memiliki biaya untuk melunasi tunggakan biaya pendidikan anaknya, dan berharap Pemerintah Provinsi Papua serius dan segera menyelesaikan tunggakan beasiswa tersebut.
“Anak-anak mereka sudah belajar bertahun-tahun di sana untuk di wisuda. Namun karena [ada tunggakan biaya kuliah], kondisi itu membuat semua buyar. Kiranya [kasus] itu mendapat perhatian yang serius dari Pemerintah Provinsi Papua,” ujarnya. (*)