Jayapura, Jubi – Seorang pelajar bernama Erlin Wagatu meninggal dunia setelah menjadi korban penganiayaan dan penembakan yang diduga dilakukan prajurit TNI di Kabupaten Mappi, Provinsi Papua Selatan, pada Rabu (29/1/2025). Prajurit TNI juga diduga menganiaya dua warga sipil Mappi lainnya, Steven Agawemu dan Santos Agawemu. Pihak TNI membantah dugaan prajuritnya menganiaya dan menembak korban, dan menyatakan korban terkena tembakan tak disengaja saat berebut senjata milik prajurit TNI.
Salah seorang saksi mata berinisial EP menuturkan penganiayaan terhadap Erlin Wagatu terjadi saat ia hendak pulang ke Kampung Muin, Distrik Obaa, Mappi, dengan menumpang ketinting atau perahu motor kecil dari Pelabuhan Kepi di Ibu Kota Kabupaten Mappi.
EP menjelaskan Erlin Wagatu adalah siswa SMK Negeri 1 Obaa. EP menyatakan saat ketinting yang ditumpangi Erlin Wagatu keluar dari Pelabuhan Kepi, tidak ada keributan di pelabuhan itu.
Beberapa saat kemudian, setelah ketinting keluar dari pelabuhan, ketinting yang ditumpangi Erlin Wagatu mengalami kerusakan dan mati mesin. Pengemudi ketinting sempat mencoba memperbaiki mesin yang mati itu di tengah sungai. Namun tiba-tiba terdengar bunyi letusan, sehingga pengemudi ketinting itu membawa ketintingnya menepi ke daratan.
“Mesin mati belum jauh dari pelabuhan. Setelah kami dengar suara ledakan kami jadi takut, kami menghindar ke daratan,” ujar EP.
EP mengatakan tak lama kemudian ada ketinting lain yang mendekat. Ketinting itu membawa lima orang terduga tentara, dan langsung menghampiri ketinting yang ditumpang Erlin Wagatu. Tanpa bertanya, salah satu terduga tentara langsung memukul Erlin Wagatu memakai kayu balok, hingga korban terjatuh ke dalam air.
“Mereka tidak sempat tanya, langsung pukul pakai kalang. Kalang itu balok. Pukul pakai balok di kepala. Saya juga ditodong pakai senjata, di suruh loncat [terjun ke air untuk] angkat dia [korban]. [Setelah] angkat, satu tentara tembak langsung. [Mereka menembak pakai] senjata [laras] panjang. Tentara pakaian lengkap, dorang ada lima orang, yang melakukan pemukulan dan penembakan [itu] dua orang,” kata EP.
EP mengatakan setelah tubuh Erlin Wagatu dinaikkan ke ketinting, salah satu pelaku kembali menganiaya korban. “Masih dipukul lagi, diinjak-injak,” ujar EP.
Setelah itu, kelima pelaku membawa Erlin kembali ke Kepi. EP memilih melanjutkan perjalanan kembali ke Kampung Muin, dan melaporkan peristiwa itu kepada orangtua Erlin Wagatu. “[Saya kemudian] dapat informasi Erlin sudah meninggal. Sampai [Kamis] pagi baru [jenazah Erlin diambil keluarga]. Waktu penguburan, [saya] ikut kubur,” kata EP.
Keributan di pelabuhan
Warga Kepi yang dihubungi secara terpisah, PWP menuturkan pada Rabu sekitar pukul 15.00 WP terjadi keributan di Pelabuhan Kepi. Keributan di Pelabuhan Kepi itu terjadi sebelum terjadi penganiayaan dan penembakan terhadap Erlin Wagatu.
PWP menuturkan keributan itu bermula ketika terduga tentara memukul seorang warga bernama Dus Igimu. “Dus Igimu [ini] ada duduk dengan teman-teman, minum minuman beralkohol. Terus dia [mau keluar] cari kunci motor. Terus dia [keluar dari pelabuhan], ketemu mobil tangki minyak [yang saat itu] ada bongkar muatan minyak itu. [Dus ini memang kerja] di pelabuhan. [Ada] dua tentara sedang jaga pos di pelabuhan, salah satunya langsung rotan [pukul] Dus,” ujar PWP.
Pemukulan yang dilakukan terduga tentara itu diketahui sejumlah teman Dus Igimu. Mereka kemudian melawan tentara itu. Tentara diduga mengeluarkan tembakan. “Pak Dus juga melakukan perlawanan, pukul dia [tentara] juga. Pak Dus dan teman-teman pukul tentara,” kata PWP.
Setelah itu, Dus Igimu dan teman-temannya pergi. Tak lama kemudian, sejumlah orang yang diduga tentara mendatangi Pelabuhan Kepi, dan mencari-cari orang yang memukul tentara. Mereka kemudian menangkap dua orang warga bernama Steven Agawemu dan Santos Agawemu.
“Dong sempat pukul di pelabuhan dulu, baru dong [terduga tentara] bawa ke pos [tentara]. Steven Agawemu dan Santos Agawemu mereka itu adik-kakak [sepupu]. Steven, Santos [ini] mereka tidak tahu apa-apa. Ini [mereka] bukan pelaku [yang pukul tentara itu]. Bapak/mama mereka datang [ke pos tentara], baru mereka bawa keluar. Mereka minta untuk bawa [Steven dan Santor] ke rumah sakit,” ujarnya.
TNI membantah
Komandan Distrik Militer atau Dandim 1704/Mappi, Letko Czi Ahmad Ali Akbar membantah dugaan keterlibatan prajurit TNI dalam penganiayaan dan penembakan terhadap Erlin Wagatu, Steven Agawemu, dan Santos Agawemu. “Peristiwa itu tidak benar,” kata Ahmad kepada Jubi melalui layanan pesan WhatsApp, pada Sabtu (1/2/2025) malam.
Ahmad lalu mengirimkan keterangan tertulis yang menyatakan insiden di Pelabuhan Kepi berawal dari laporan masyarakat tentang gangguan keamanan dan ketertiban pada Rabu. Ahmad mengatakan tim patroli gabungan dari Kodim 1704/Mappi berupaya mengamankan situasi setelah sejumlah pemuda yang mabuk mengeroyok prajurit TNI.
Ahmad mengatakan pengeroyokan yang terjadi sebelumnya dilakukan oleh beberapa pemuda sekitar pukul 15.00 WP. Ahmad mengatakan aparat keamanan berupaya mendatangi para pemuda yang sedang mabuk, dan berupaya menenangkan mereka agar tidak mengganggu warga yang lain. Namun para pemuda yang mabuk itu tidak terima, dan menyerang prajurit TNI dengan parang.
Ahmad menyatakan seorang prajurit TNI, Pratu YS mengalami luka sobek di bagian pelipis kanan, kepala bagian atas, dan jari tangan kiri akibat sabetan parang. Karena terdesak dan terancam, Pratu YS mengeluarkan tembakan peringatan ke udara sebanyak tiga kali, sehingga warga yang lain datang dengan membawa parang, kampak dan busur.
Menurut Ahmad, Pratu YS harus menjalani perawatan untuk sejumlah lukanya—luka sobek di pelipis kanan sampai dahi (7 jahitan), luka sobek di kepala bagian atas (5 jahitan) dan jari manis kiri (2 jahitan). Sedangkan Pratu AS mengalami memar di bagian punggung dan lengan kiri akibat pukulan batang besi.
Ahmad mengatakan tim patroli berupaya menenangkan pelaku sekaligus mengamankan warga yang mabuk. Menurutnya, warga yang mabuk melakukan perlawanan dan berusaha merebut senjata. Ahmad mengatakan saat perebutan senjata itu, terjadi letusan yang mengakibatkan salah satu warga berinisial AD mengalami luka tembak.
AD dievakuasi menuju Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mappi menggunakan dinas Kodim 1704/Mappi. Menurutnya, AD sempat mendapat penanganan medis di IGD RSUD Mappi, namun dia dinyatakan meninggal pada Kamis pukul 04.50 WP. Jenazah AD kemudian dimakamkan keluarganya di Kampung Muin pada Kamis sore, dan perwakilan dari pihak Kodim 1704/Mappi menghadiri pemakaman itu.
“Saat ini sedang dilakukan penyelidikan lanjutan oleh aparat keamanan dan komunikasi dengan pihak keluarga korban telah dilaksanakan. Satuan telah membantu proses pemakaman. Saat ini masyarakat sudah beraktivitas normal seperti hari biasanya,” kata Ahmad. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!