Enarotali, Jubi – Pada Sabtu (21/1/2023) warga Kabupaten Dogiyai dikagetkan dengan adanya penembakan terhadap dua pemuda warga sipil asal Kabupaten Dogiyai. Kejadian terjadi di perbatasan antara Kabupaten Dogiyai dan Kabupaten Nabire, tepatnya di Totoke Tagia, Kampung Tugomani, Kabupaten Nabire.
Korban bernama Yulianus Tebai yang kesehariannya bekerja sebagai anggota satuan Pol PP Kabupaten Dogiyai tewas di tempat dengan luka tembak di punggung bagian kanan.
Seorang warga lainnya bernama Vincen Dogomo terluka setelah ditembak di paha dan oleh masyarakat setempat dilarikan ke Puskesmas Mapia, selanjutnya dirujuk ke RSUD Nabire untuk mendapat perawatan lebih lanjut.
“Kejadian itu awalnya ada beberapa pemuda minta rokok kepada sopir truk dan sopir bilang tidak ada rokok. Lalu dalam truk itu ada polisi dan polisi itu melakukan tembak ke arah langit,” ucap seorang saksi yang enggan namanya disebutkan.
Dengan adanya penembakan dari dalam truk itu, pemuda yang ada di sekitar tempat kejadian perkara tidak terima, lalu mereka mengejar truk tersebut sampai di tanjakan Atoutogu.
“Kejadian berawal dari aksi pemalangan di kampung Ugida. Saat itu korban [Yulianus Tebai] bersama adik perempuannya dari arah Mapiha turun ke Nabire. Sesampai di kampung yang mendekati Ugida, mendengar tembakan senjata, korban mengubah arah motor kembali ke Mapiha bersama adik perempuan itu. Saat perjalanan balik ke Mapiha karena panik dengan bunyi tembakan. Adiknya buang diri ke arah kebun. Yang masih lanjut hanya korban. Dari jauh korban ditembak kena di perut. Sekitar berapa meter korban dengan tembakan masih jalan menggunakan motor,” ungkap saksi tersebut.
Saksi itu menjelaskan, Yulianus Tebai bukan pelaku pemalangan jalan. Bahkan truk yang dibakar para pemuda kampung juga bukan truk yang membuang peluru senjata.
“Jadi yang ditembak ini bukan pelaku pemalangan tapi orang lain, salah sasaran. Korban Yulianus Tebai juga karena takut jadi putar motor balik ke Mapiha. Truk yang dibakar juga salah,” katanya.
Selain dia, ada tiga pemuda yang menjadi korban terkena tembakan namun masih hidup, di antaranya Amandus Dogomo, Thomas Dogomo, dan Vincen Dogomo.
Kapolres Dogiyai, Kompol Samuel Tatiratu, yang dikonfirmasi mengatakan penembakan itu diduga dilakukan seseorang dari dalam truk akibat sopir truk itu sempat jadi sasaran amukan massa hingga akhirnya dievakuasi petugas kepolisian.
“Penembakan bermula adanya sejumlah truk dari Kabupaten Paniai menuju Kabupaten Nabire yang dipalang dan dilempari oleh sejumlah pemuda mabuk. Seseorang dari sopir truk tiba-tiba melepaskan tembakan. Kemudian hal itu direspons dengan dilakukannya tembakan dari dalam truk.
“Kini supir truk itu sudah mendapat perawatan medis,” ucapnya.
Polisi yang menerima laporan kejadian ini kemudian turun tangan ke lokasi. Satu unit truk ditemukan dalam kondisi dibakar massa.
“Saat itu di salah satu kampung yang tak jauh dari lokasi kejadian didapati 1 truk telah dibakar. Kemudian sopirnya dianiaya dan ditikam. Lalu kami langsung berupaya menyelamatkannya dan kini telah mendapat pertolongan medis,” tuturnya.
Samuel membenarkan bahwa terdapat satu orang meninggal dunia akibat luka tembak. Satu orang lagi terluka akibat jatuh dari sepeda motor.
Kronologi kejadian
Kronologi kejadian versi keluarga korban yang dihimpun Jubi menyebutkan pukul 11:00 WP, Yulianus Tebai bersama keluarga sedang berada di rumah keluarga korban di Ekago, Distrik Mapia, Kabupaten Dogiyai. Kemudian korban dan keluarga mendengar bunyi tembakan.
Pukul 11:15, korban dan saudara perempuannya minta izin untuk mencari arah bunyi tembakan.
Pukul 11:30, dalam perjalanan korban dan saudara perempuannya bertemu masyarakat dan mendengar informasi beberapa pemuda sedang mengejar truk yang mengeluarkan tembakan. Mendengar itu korban menyusul kelompok pemuda yang mengejar truk.
Pukul 12.00, setelah 20 KM berjalan ke arah bunyi tembakan, korban bersama saudara perempuannya ditembaki (di Perbatasan Dogiyai-Nabire) Totoko Taiga, Kampung Tugomani, Kabupaten Nabire.
Tembakan berasal dari salah satu truk yang berada tidak jauh dari lokasi korban melintas. Truk yang menembaki korban adalah truk yang sedang lintas dari arah Paniai menuju Nabire.
Menurut keterangan keluarga, Yulianus Tebai ditembak polisi yang menumpang di truk. Korban merupakan anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Dogiyai.
Tembakan mengenai punggung korban saat korban berkendara motor dan korban berusaha bertahan dan terus mengendarai motor dalam keadaan luka tembak hingga sejauh 20 meter. Namun korban akhirnya jatuh dari motor. Korban tidak tertolong dan meninggal dunia.
Korban kemudian dievakuasi oleh aparat bersama keluarga korban ke Polsek Mapiha, sebelum diserahkan ke pihak puskesmas dan keluarga korban.
Di tempat berbeda, polisi yang menumpangi truk juga menembaki satu orang pemuda (Vincen Dogomo) dan kini sedang dievakuasi ke Nabire untuk pengobatan lebih lanjut.
Pukul 14:00, beberapa kelompok masyarakat yang tidak terima dengan insiden penembakan itu meresponsnya dengan membakar sejumlah kios di Bomomani, Distrik Mapia, Kabupaten Dogiyai.
Sopir memiliki senjata api?
Saksi mata dan warga menyebutkan bahwa yang menembak Yulianus dan tiga korban yang masih hidup adalah anggota polisi. Namun Kapolres Dogiyai menyatakan bahwa penembakan dilakukan oleh seorang sopir truk.
Mando Mote, tokoh pemuda Papua Tengah, jika sopir truk memiliki senjata api maka diberikan oleh siapa dan apa perannya dalam menjalankan tugas sehari-hari sebagai sopir lintas yang mengangkut bahan makanan.
“Ini kalau benar-benar sopir lintas kabupaten memilik senjata api lalu benar-benar penembakan itu dilakukan oleh sopir maka patut dipertanyakan. Ini dia jalankan misinya siapa dan apa tujuan dia memiliki senjata itu,” ujarnya.
Namun jika anggota polisi yang dijadikan sebagai kondektur truk lalu melakukan penembakan, maka patut ditanyakan, apakah ada aturan bahwa anggota polisi harus menjadi kondektur truk?
“Semua segi Indonesia kuasai, orang asli Papua harus hati-hati,” ucapnya.
Almarhum Yulianus Tebai bukan pemalang jalan, juga bukan pemabuk
Stefanus Petege, salah satu keluarga korban Yulianus Tebai, mengatakan korban tidak pernah melakukan palang jalan bahkan ia juga bukan sekelompok pemuda yang sedang dipengaruhi minuman berakohol (minol).
Menurut Petege, korban merupakan salah satu anggota Satpol PP di Kabupaten Dogiyai.
“Saat Yuli tiba di TKP, truk sudah kabur [dari TKP]. Yuli dengan beberapa pemuda yang palang jalan langsung kejar truk itu pakai motor sampai mereka tahan di KM 181,” ujar Stef Petege.
Dikatakan, para pemuda mengejar truk itu karena tidak terima dengan bunyi tembakan yang dilepas ke arah udara oleh seorang anggota polisi yang menumpang dalam truk tersebut ketika dipalang untuk sekedar minta rokok.
Sebagai anggota Satpol PP, Yuli ke TKP, kata Petege, setelah mendengar bunyi tembakan, yang sebenarnya ingin mengamankan aksi pemalangan itu.
“Tapi, setelah Yuli dengan beberapa pemuda yang palang itu berhasil tahan truk yang dikejar, anggota polisi yang ada dalam truk langsung keluarkan senjata tembak Yuli tanpa bicara baik-baik. Mungkin dikira Yuli bagian dari pemuda yang palang,” ungkapnya.
Keluarga korban lainnya yang enggan namanya disebutkan berada di tempat sama, menambahkan melihat korban sudah tidak bernyawa. Mereka mengevakuasi korban ke Polsek Mapia bersama aparat yang ada di TKP.
“Kami bawa korban ke Polsek Mapiha itu mau minta pertanggungjawaban karena yang tembak anggota polisi. Tapi karena tidak ada tanda apa-apa dari polisi yang ada di Polsek Mapia, kami bawa korban ke rumahnya di Ekago,” ujarnya.
Seperti diketahui, selain Yuli, selang beberapa menit, anggota polisi itu juga menembak seorang pemuda bernama Vincen Dogomo di Ugida. Lokasinya tidak jauh dari Yuli ditembak. Dogomo ditembak di paha kanan.
“Dia sudah dievakuasi ke Nabire untuk berobat. Dia dibawa turun sama keluarganya dari sini [Mapia],” katanya.
Sejumlah rumah kios di Bomomani dibakar
Buntut dari insiden itu, Sabtu (21/1/2023), sekitar pukul 14.00, dikabarkan beberapa kelompok masyarakat yang tidak terima atas kejadian penembakan itu melampiaskan emosi dengan membakar sejumlah kios di Bomomani. Bersamaan kelompok masyarakat lain melakukan pemalangan di Degeidimi guna antisipasi pendropan militer ke Mapia dari Dogiyai, Deiyai, dan Paniai.
Ketika ditanya soal kematian Tebai, kedua keluarga korban ini berharap agar petinggi kepolisian dapat menghukum oknum anggota polisi tersebut.
“Kami minta pelaku itu harus dihukum. Petinggi kepolisian tidak boleh lindungi dia. Dia dengan sengaja sudah tembak mati keluarga kami Yuli yang tidak bersalah,” kata Talis, salah satu warga. (*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!