Jayapura, Jubi – Seiring perkembangan zaman diperlukan harmoni tradisi dan modernitas. Keduanya perlu dijaga keseimbangannya. Mendatangkan nilai tambah ekonomi.
Prof Dr Drs Avelinus Lefaan BA MS, Guru Besar Universitas Cenderawasih, menuturkan Papua mengalami fase cukup maju dengan kehidupan tradisional yang masih kuat. Nilai-nilai itu dapat dipraktikkan dalam nilai modernitas.
Menurutnya, tradisi itu hubungan antara sesama manusia maupun hubungan manusia dengan lingkungan. Dengan memelihara tradisi budaya menjadi langkah awal untuk dapat dikembangkan secara modern, melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tarian-tarian, lanjut dosen sosiologi Fisip Uncen itu, merupakan salah satu budaya yang perlu dipertahankan lalu dikembangkan menyesuaikan modernitas.
“Nilai-nilai yang terdapat pada tarian-tarian itu dikembangkan menjadi kekayaan bangsa karena itu bagian dari kearifan lokal (local wisdom),” ujarnya kepada Jubi di Jayapura usai menjadi narasumber Forum Literasi Demokrasi yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kamis (27/6/2024). Diskusi digelar di gedung Papua Youth Creative Hub, di Jayapura.
Selain itu, dia menambahkan, Papua terkenal dengan kopi hingga internasional. Ia berharap anak muda Papua bisa berinovasi berkreasi mengembangkan kopi. Sehingga hasilnya berdampak terhadap ekonomi dan kehidupan lebih baik.
Yunita Alanda Monim, Putri Indonesia Papua 2023, menilai perlunya harmoni tradisi dan modernitas karena dua hal tersebut tidak bisa dipisahkan untuk menjaga keseimbangan.
“Kalau berbicara mengikuti perkembangan zaman, kita dituntut harus mengikuti perkembangan teknologi. Tapi kalau kita berbicara mengenai tradisi budaya, ini adalah identitas kita yang menunjukan bahwa saya dari sini, saya dari komunitas ini. Itu menjadi ciri khas tersendiri bagi kita,” katanya.
Monim menceritakan dimana pun dia berada, dia akan menunjukkan nilai-nilai tradisinya.
“Saya pribadi lebih menjaga salam-salam dengan bahasa daerah saya, menggunakan produk lokal,” ujarnya. “Juga saya memiliki noken dari wilayah 7 adat di Papua.”
Dia menambahkan, kalau kita cinta dengan Papua jangan hanya sekadar kata, melainkan diwujudkan. Menurutnya wujud cinta dan bangga dengan Papua dengan mengenal budaya sendiri dan mempromosikannya seperti memakai batik atau pun noken.
Muhammad Zhulla Febriansyah, Staf Kementerian Komunikasi dan Informatika menuturkan tradisi dan modernitas itu tak bisa dipisahkan. Alasannya, karena seiring berjalannya waktu kita tidak bisa menghindari modernitas tapi di sisi lain kita harus ingat terhadap jati diri kita yaitu tradisi
Tentang inovasi kreasi anak muda Papua, kata Zhulla, kita tahu bahwa itu sekarang sangat kreatif, banyak inovasi muncul berbagai talenta-talenta. Jadi tujuannya adalah untuk pemberdayaan sumber daya manusia anak Papua agar lebih kreatif.
“Jadi memunculkan kreator-kreator baru anak muda yang kreatif dan inovatif sejalan dengan implementasi percepatan pembangunan kesejahteraan Papua,” katanya. (*)
Discussion about this post