Wamena, Jubi – Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wamena, dr Felly G Sahureka M Kes SP PK, mengimbau kepada seluruh masyarakat yang ada di Wamena dan sekitarnya, agar segera datang ke rumah sakit saat merasa sakit, dan membutuhkan pertolongan atau penanganan secara medis. Ia meminta masyarakat tidak menunggu hingga kondisi sakitnya kritis baru kemudian datang ke rumah sakit.
Hal itu ia ungkapkan menyusul insiden perusakan sejumlah fasilitas dan bangunan gedung Instalasi Gawat Darurat (IGD) di RSUD Wamena, pada Kamis (4/7/2024), yang diduga dilakukan oleh oknum keluarga korban usai seorang anak usia 15 tahun meninggal dunia di RSUD Wamena pada Kamis (4/7) malam.
“Kadang -kadang orang di luar sana bilang hanya numpang lewat di rumah sakit untuk [akhirnya] mati, tapi [perlu diingat] kalau sakit carilah pusat -pusat pelayanan seperti puskesmas, klinik dan ada rumah sakit, jadi jangan tunggu sampai sakit parah baru datang ke rumah sakit,” kata dr Sahureka, saat ditemui Jubi.id di RSUD Wamena pada Sabtu (6/7/2014).
“Kemudian kita minta dan mengimbau kepada masyarakat agar jagalah fasilitas pelayanan yang ada rumah sakit ini, supaya semua pelayanan dapat berjalan normal,” katanya.
Jika masyarakat bisa menjaga itu semua lanjut dokter Felly, “maka kita tenaga medis, dokter, perawat dan seluruh staf pegawai yang ada di rumah sakit bisa melakukan pelayanan selama 24 jam, tapi jika ada ancaman-ancaman dari masyarakat terhadap petugas, seperti kejadian kemarin itu, maka kita juga mengalami kesulitan dalam pelayanan,” katanya.
RSUD perlu didukung
Selain itu ia juga meminta kepada para bupati, kepala dinas kesehatan dan rumah sakit, khususnya di delapan kabupaten pemekaran yang ada di wilayah Papua Pegunungan, agar bangun koordinasi dan komunikasi dengan RSUD Wamena.
“Sabab rumah sakit Wamena ini dijadikan sebagai rumah sakit induk, jadi kami ini sebagai Mama dari rumah sakit yang ada di kabupaten-kabupaten pemekaran, maka saya minta dan ajak mereka agar datang koordinasi ke kami sebagai Mama ini,” ujarnya.
dokter Felly juga berpesan bahwa semua masyarakat dari delapan kabupaten akan tetap dilayani, walaupun ada kabupaten pemekaran yang tidak melakukan kewajiban pembayaran kepada RSUD. Menurut dr Felly sudah menjadi tugas dan tanggungjawab pihaknya untuk tetap melayani masyarakat.
“Jadi kita minta kabupaten lain datang penuhi mereka punya kewajiban utama agar rumah sakit Wamena ini bisa beroperasi dengan baik dan lancar karena ada dana operasional baru, sehingga bisa menghidupi pelayanan di rumah sakit ini, karena itu menjadi bagian yang berat bagi kami yang harus layani pasien -pasien dari beberapa kabupaten tapi dananya dari kabupaten tersebut tidak ada,” kata dokter Felly.
Ia juga mengakui bahwa selama ini ada kabupaten pemekaran yang hanya bawa pasiennya datang ke RSUD Wamena, tapi tidak punya tangung jawab terhadap rumah sakit maupun kepada pasien tersebut.
“Jadi kami ini betul -betul merasa berat, tapi kami terus berusaha yang terbaik untuk melakukan pelayanan dengan maksimal,” katanya.
Menurut dr Felly terkait biaya operasional Rumah Sakit Wamena tidak bisa semua hanya dibebankan kepada Pemerintah Jayawijaya. Sebab pihak rumah sakit sudah punya kerja sama (MOU) dengan kabupaten lainya yang ada di wilayah Papua Pegunungan. Sejauh ini, lanjutnya, hanya Kabupaten Lanny Jaya saja yang membayar kewajiban kepada rumah sakit dan datang berkoordinasi, sedangkan kabupaten lain tidak ada.
“Jadi ini tangungjawab kami sebagai Mama disini tapi anak-anak lupa sama Mamanya jadi ini sebagai pesan saja, karena rumah sakit ini bisa jalan melayani pasien ketika kabupaten lain datang membantu kami, karena kita juga utang obat, makanan dan fasilitas pasien lainya,” ujar dokter Felly.
Pihak -pihak terkait tidak bisa hanya berharap semua kepada Pemerintah Jayawijaya, sebab fasilitas yang disediakan oleh pemerintah tidak bisa melayani semua masyarakat dari delapan kabupaten, lanjutnya.
“Karena Kabupaten Jayawijaya punya masyarakatnya sendiri dan tidak bisa mencukupi kebutuhan pasien yang datang dari delapan kabupaten, maupun datang dari luar Papua ketika mereka berkunjung ke Wamena, lalu sakit dan masuk di rumah sakit ini,” katanya.
Melayani dalam takut dan waspada
Salah seorang perawat, Dessy Kossay, saat ditemui Jubi mengakui bahwa ia bersama teman-teman tenaga perawat lainnya merasa trauma karena mengalami kejadian berhadapan dengan kemarahan masyarakat yang datang mengamuk di rumah sakit.
“Jadi kita saat kerja itu kadang dengan rasa takut dan selalu waspada karena hampir sering kita alami ketika ada keluarga pasien yang tidak terima atas pelayanan kami, maupun ada keluarga yang meninggal di rumah sakit itu sering datang marah-marah bahkan sampai melakukan kekerasan seperti kemarin. Bahkan sebelumnya ada pasien yang dapat bunuh di rumah sakit ini,” ujar Kossay.
Sebenarnya pasien ketika sudah dibawa ke rumah sakit dalam kondisi kritis, tanggung jawab tidak hanya ada di tangan dokter maupun petugas di rumah sakit lagi, “tapi itu sesuai rencana Tuhan [juga] maka seharusnya masyarakat bisa paham itu,” tutup Kossay.
Selain itu dokter Felly juga mengingatkan, bahwa jika pasien dibawa ke rumah sakit dalam kondisi sudah sakit parah, lalu minta pertolongan atau penangan secara medis, maka pihak rumah sakit hanya akan melakukan penanganan secara medis sesuai prosedur. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!