Jayapura, Jubi – Di jantung kekayaan alam Papua Nugini, hidup burung nasional mereka, Burung Cenderawasih Raggiana, atau Kumul. Burung berwarna cerah ini, yang menjadi simbol di bendera negara, bukan sekadar makhluk cantik—ia adalah lambang kekayaan budaya dan alam Papua Nugini.
Dalam sebuah pencapaian luar biasa, Taman Alam Port Moresby berhasil mengembangbiakkan Burung Cenderawasih Raggiana untuk kedua kalinya hanya dalam kurun empat tahun. Keberhasilan langka ini mencerminkan kerja keras tim konservasi taman tersebut. Demikian dilaporkan Jubi.id, mengutip situs tvwan.com.pg, Selasa (29/4/2025).
Manajer Konservasi Sementara, Francis Otto Gundu, mengatakan, “Di Taman Alam Port Moresby, kami memiliki program pengembangbiakan untuk berbagai spesies hewan, terutama yang terancam punah dan dilindungi. Pengembangbiakan Burung Cenderawasih ini merupakan salah satu pencapaian besar bagi taman dan negara ini.”
Ia menambahkan, proses pengembangbiakan ini merupakan keseimbangan rumit antara sains dan perawatan.
Menurut Gundu, ada berbagai tantangan dalam membesarkan anak burung. “Kami membutuhkan peralatan yang tepat, seperti inkubator, agar anak burung dapat berkembang dengan baik. Terkadang, burung cenderawasih bertelur di habitat alaminya, namun karena hewan-hewan lain hidup berdampingan, telur bisa rusak sehingga peluang berkembang biak hilang,” jelasnya.
Selain peralatan, Taman Alam juga memerlukan lebih banyak kandang untuk mengembangbiakkan lebih banyak spesies Burung Cenderawasih.
“Terakhir kali kami membiakkan spesies ini adalah empat tahun lalu. Selama tiga tahun terakhir, kami bekerja keras untuk mencapai tahap ini. Kami terus mengembangkan teknik dan keterampilan, termasuk memperbaiki pola makan burung,” katanya.
Gundu menegaskan, bagian penting dari misi taman ini adalah kampanye ‘Lukautim Bilas Bilong Yu’, yang bertujuan melindungi Burung Cenderawasih Raggiana dan menghormati warisan budaya Papua Nugini.
“Ini adalah salah satu dari tiga kampanye yang kami adakan di taman. Tujuannya adalah mencegah perburuan liar. Sebab, sebagian besar masyarakat Papua Nugini menggunakan bulu burung untuk membuat kostum tradisional. Jika perburuan terus berlanjut, populasi burung liar akan menurun, bahkan bisa punah,” ujarnya.
Ia melanjutkan, “Kami berusaha mendidik para tamu tentang pentingnya merawat bulu burung. Dalam ceramah-ceramah kami, kami memperkenalkan berbagai cara perawatan bulu, bahkan menawarkan alternatif seperti mewarnai bulu ayam.”
“Bayangkan, dibutuhkan 27 bulu burung cenderawasih untuk membuat satu hiasan kepala. Jika kita terus mengambil dari alam liar, dampaknya akan sangat merusak populasi burung,” tambahnya.
Selain konservasi, Taman Alam Port Moresby juga berperan penting dalam mendidik generasi muda dan melibatkan masyarakat. “Melalui berbagai program, taman ini menghubungkan pengunjung dengan flora dan fauna lokal, meningkatkan kesadaran akan hubungan antara spesies asli dengan tradisi dan adat,” katanya.
Dedikasi ini semakin ditegaskan oleh CEO Taman Alam, John Paul Houston. Kepemimpinannya menjadi kunci di balik keberhasilan konservasi ini.
“Burung Cenderawasih termasuk yang paling sulit dikembangbiakkan. Kami bangga atas kerja keras para penjaga yang telah menguasai keterampilan ini. Dari telur hingga anak burung yang kini terbang bebas di kandang, semua ini berkat dedikasi tim kami,” ungkap Houston.
Ia juga menyoroti dampak global pencapaian ini. “Kami mengembangbiakkan berbagai spesies burung untuk menciptakan populasi berkelanjutan, yang kemudian ditampilkan untuk tujuan pendidikan. Setiap tahun, lebih dari 30.000 siswa mengunjungi taman ini. Ini membawa Papua Nugini ke panggung dunia,” katanya.
Houston menambahkan, konservasi spesies, keberlanjutan, dan pendidikan tentang perubahan iklim serta keanekaragaman hayati di Papua Nugini adalah pekerjaan tanpa akhir. “Kami mengajak siapa pun yang mampu membantu, melalui program tanggung jawab sosial perusahaan atau cara lain. Kami selalu membutuhkan dukungan,” ajaknya.
Saat Papua Nugini bersiap merayakan ulang tahun kemerdekaan ke-50, keberhasilan pengembangbiakan Burung Cenderawasih Raggiana ini menjadi simbol semangat, inovasi, dan kolaborasi. Ini menjadi pengingat bahwa melestarikan warisan alam bukan hanya tentang menjaga spesies, melainkan juga menjaga jiwa sebuah bangsa. (*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!