Jayapura, Jubi – Hasil pemilu melahirkan frustrasi berkepanjangan di Vanuatu. Warga menilai pemerintah lebih mengutamakan kepentingan politik daripada rakyat.
Kotak suara hasil Pemilu Vanuatu masih terus berdatangan di Port Vila. Penghitungan resmi hasil pemilu kemungkinan besar belum akan dimulai hingga akhir pekan ini.
Namun, mantan Wakil Perdana Menteri Jotham Napat diperkirakan memimpin pemerintahan koalisi di Vanuatu. Berdasarkan penghitungan cepat, partai yang dipimpinnya meraih dukungan suara terbanyak pada pemilu kali ini.
Napat berasal dari Partai Pemimpin. Partai yang diketuai tersebut meraih 11 kursi parlemen, berdasarkan penghitungan cepat Pemilu Vanuatu.
Pemilu Vanuatu digelar pada 16 Januari lalu. Penyelenggaraannya berlangsung dalam situasi pemulihan nasional akibat gempa berkekuatan 7,3 skala richter yang menghancurkan Port Vila pada 17 Desember silam.
Dampak gempa juga berimbas pada tingkat partisipasi pemilih. Hanya sekitar separuh dari jumlah pemilih menyalurkan hak suara mereka pada pemilu kali ini.
Koresponden RNZ Moses Willie melaporkan kefrustrasian warga melingkupi suasana di Vanuatu saat ini. Mereka merasa pemerintah lebih mementingkan politik daripada memikirkan nasib rakyat.
“Kami memiliki komunitas yang terpaksa pindah dari rumah dan kehilangan pekerjaan. Kami meminta banyak hal dari mereka [pemerintah],” kata Willie, dikutip RNZ, Kamis (23/1/2025).
Willie juga melaporkan gempa susulan masih berlangsung setiap hari, hingga kini. Pusat perdagangan dan bisnis pun masih tutup sehingga banyak warga menganggur.
Berdasarkan penghitungan sementara pemilu, mayoritas dari 52 kursi parlemen Vanuatu masih dikuasai para petahana. Hanya dua kursi yang berhasil direbut pendatang baru.
Satu dari dua kursi parlemen tersebut diraih Marie Louis Milne dari Daerah Pemilihan Port Vila. Milne bakal menjadi perempuan satu-satunya di parlemen Vanuatu. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!