Jayapura, Jubi – Beberapa hari setelah tanah longsor dahsyat di Provinsi Dataran Tinggi Enga , para politisi Papua Nugini kembali bersuara pada Rabu (29/5/2024).
“Longsoran di Kampung Yambali diyakini telah menewaskan lebih dari 2000 orang, menurut Perdana Menteri James Marape,” demikian dikutip jubi.id dari rnz.co.nz, Kamis (30/5/2024).
Hanya ada sedikit tanggapan politik sejak kejadian tersebut pada Jumat (24/5/2024) dini hari pekan lalu, dan perhatian para anggota parlemen terganggu oleh rencana mosi tidak percaya terhadap Marape.
Koresponden RNZ Pacific di Papua Nugini, Scott Waide, mengatakan di dalam sidang parlemen pada Rabu (29/5/2024), setelah penundaan pada hari pertama, Ketua DPR Job Pomat dalam bahasa Tok Pisin, memarahi anggota parlemen karena kurangnya respons mereka terhadap bencana hingga hari itu.
“Dia pada dasarnya mengatakan, jika dia mau, dia akan menangguhkan mosi tidak percaya dan membiarkan semua orang kembali fokus pada Enga untuk memperbaiki masalah,” kata Waide.
Marape menyatakan keprihatinan mendalam terhadap para korban dan masyarakat Enga dan mengumumkan peninjauan anggaran untuk menutupi bantuan terhadap bencana ini dan bencana lainnya yang juga disebabkan oleh cuaca buruk.
“Pak Ketua, saya ingin menginformasikan kepada DPR bahwa pemerintah pusat akan meninjau anggaran kami tahun 2024. Menurut perkiraan kami, kerugian akibat bencana secara umum, sebelum tanah longsor di Yambali, berkisar sekitar 500 juta kina.”
Dia mengatakan tingginya curah hujan, tidak hanya berdampak pada Enga, tapi juga Chimbu dan Sepik, sementara tempat-tempat seperti Teluk Milne mengalami kekeringan parah.
Pemimpin oposisi Douglas Tumurisea menyesalkan kegagalan pemerintah untuk tanggap darurat.
Ia menyerukan agar lembaga-lembaga terkait yang memiliki sumber daya memadai, dapat bergerak ketika bantuan diperlukan, dan tidak menunggu berhari-hari hingga anggota parlemen mengambil keputusan.
Anggota parlemen lainnya, mantan menteri kabinet senior yang sekarang menjadi anggota parlemen oposisi, Kerenga Kua, mengungkapkan rasa malunya karena PNG selalu bergantung pada lembaga-lembaga asing dan negara-negara yang membantu setelah bencana karena pemerintah pusat tidak bertindak bersama-sama.
Waide mengatakan bahwa PNG mempunyai suara yang besar di kancah internasional dalam hal perubahan iklim, namun ada kesenjangan pada upaya dalam negeri mereka untuk melakukan sesuatu terkait perubahan iklim.
“Di lapangan, ada keterputusan besar antara penerapan strategi proaktif dalam menangani lingkungan dan cuaca. Hal ini juga meluas pada operasi bencana dan penyelamatan serta kemampuan Papua Nugini dalam menangani bencana skala besar.”
Sementara itu, mosi tidak percaya yang diharapkan, tidak mungkin terjadi pada minggu ini karena mosi baru perlu diajukan kepada Ketua yang merinci Rainbo Paita sebagai perdana menteri pengganti, menggantikan Allan Bird , yang merupakan calon dari oposisi pada bulan Februari.
Sidang parlemen akan berakhir Jumat pekan depan.
Papua Nugini terdiri dari 22 Provinsi meliputi 20 provinsi ditambah dengan dua wilayah khusus. Pertama wilayah Otonomi Bougainville dan NCD (National Capital Disktrik) atau Daerah Khusus Ibukota Port Moresby.
Wilayah yang terkena bencana tanah longsor terdapat wilayah Kampung Yambali, Provinsi Enga, provinsi ini kaya akan tambang di Porgera Mining.
Enga merupakan salah satu provinsi di Papua Nugini (PNG). Enga secara geografis terletak di wilayah utara Papua Nugini dan terpisah dari Dataran Tinggi Barat yang berdekatan pada saat kemerdekaan nasional pada 1975. Kelompok etnis mayoritas adalah Engan.
Sekitar 500.000 orang tinggal di provinsi ini, yang memiliki satu bahasa lisan di lima kabupatennya. Sebagian kecil tanah Engan di sisi timur wilayah tersebut tetap berada di Dataran Tinggi Barat. Wilayah mereka dapat diakses melalui jalan darat dari Gunung Hagen tetapi tidak langsung dari tempat lain di wilayah Enga. (*)
Discussion about this post