Jayapura, Jubi- Sista, sebuah organisasi feminis yang berbasis di Vanuatu dan Pacific Media Assistance Scheme (PACMAS) bekerja sama mendukung perempuan yang bekerja di industri media. Lembaga ini menyatakan, perempuan bekerja di industri media merupakan sebuah tantangan.
dailypost.vu melansir, dengan dukungan dari PACMAS, mereka telah melakukan survei atas dukungan Media Asosiesen blong Vanuatu (MAV), untuk lebih memahami kebutuhan dan tantangan perempuan di media.
Sebagian besar wanita tidak setuju dengan survei yang dilakukan karena rekan kerja takut untuk bebas berbicara tentang apa yang mereka hadapi di tempat kerja mereka. Bahkan sebagian besar temuan survei menunjukkan, semuanya berjalan lancar, Namun kenyataannya terjadi ketimpangan antara laki-laki dan perempuan.
Sesi diskusi yang digelar mengungkapkan perempuan yang bekerja di media menghadapi banyak tantangan.
Penasihat Kebijakan dan Urusan Publik di Komisi Tinggi Selandia Baru, Jennifer Kausei, mengatakan ada keseimbangan yang adil antara laki-laki dan perempuan dalam penempatan kerja, tetapi sebagian besar keputusan dilakukan oleh laki-laki.
“Perempuan harus memiliki hak seperti kebanyakan laki-laki dalam pengambilan keputusan,” katanya.
Pejabat Komunikasi di Departemen Energi, Fern Napwatt mengatakan, gadis-gadis muda harus melanjutkan pendidikan mereka di media, untuk mendapatkan lebih banyak kualifikasi.
Ini akan memungkinkan mereka untuk mendapatkan posisi lebih tinggi di media. Dia mengatakan bekerja di media tidak mudah.,Dibutuhkan pasangan yang pengertian untuk membuat seorang perempuan bisa bekerja.
“Memiliki pria yang memahami pekerjaan anda di media sangat penting,” katanya.
Diskusi dalam forum tersebut menunjukkan, perempuan menghadapi lebih banyak kesulitan di perusahaan media daripada laki-laki. Kebanyakan wanita berbicara dengan bebas tentang pengalaman mereka, tentang bagaimana mereka diperlakukan.
“Bekerja di media sebagai perempuan tidak mudah, tapi kami perempuan berhak mendapatkan kesetaraan,” kata Ibu Evelyn Toa.
Pejabat Komunikasi dan Advokasi di Asosiasi Kesehatan Keluarga Vanuatu, Georgilla Worwor, mengatakan, “Dari diskusi hari ini, kita dapat melihat tantangan jatuh pada kepemimpinan, sangat sulit bagi perempuan di media untuk mengekspresikan diri melalui ide dan kreativitas mereka,”(*)