Jayapura, Jubi – Papua Nugini mencatat lebih dari 800.000 kasus malaria yang sudah terkonfirmasi, dan 300 kematian terkait malaria terjadi sepanjang tahun 2023. Malaria masih menjadi ancaman besar di kawasan ini dan bisa mematikan jika tidak didiagnosis dan diobati dengan cepat.
Hal ini dikatakan Menteri Kesehatan, Papua Nugini Dr Lino Tom, MP saat Papua Nugini menjadi tuan rumah KTT Pemimpin Asia Pasifik tentang Penghapusan Malaria ke-8. Acara regional tersebut diselenggarakan oleh Pemerintah Papua Nugini bekerja sama dengan Aliansi Pemimpin Malaria Asia Pasifik pada 6-7 Juni 2024 di Hotel Hilton di Port Moresby, Papua Nugini.
Menurut dia hal ini selaras dengan tema Visi Papua Nugini 2050 dan Rencana Kesehatan Nasional 2021-2030, ‘Tidak meninggalkan siapa pun adalah urusan semua orang’. Forum tingkat tinggi itu bertujuan untuk mempertemukan Kepala Negara, Menteri Kesehatan dari Papua Nugini dan Melanesia, mitra global, perwakilan sektor swasta, dan pemimpin lokal.
Dr Tom menyoroti bahwa malaria bukan hanya masalah kesehatan tetapi juga beban sosial dan ekonomi bagi negara. Ia mencatat bahwa meskipun ada kemajuan di kawasan Asia Pasifik, lebih dari dua miliar orang masih berisiko tinggi terkena malaria. “Sedihnya, anak-anak kecil dan wanita hamil termasuk yang paling rentan,” tambahnya sebagaimana dikutip Jubi.id dari news.pngfacts.com, Senin (10/6/2024).
![800.000 lebih kasus Malaria terjadi di Papua Nugini pada 2023 2 65eeb4ef53cdbabef6e648c3 PDN MG 0035 p 800](https://jubi.id/wp-content/uploads/2024/06/65eeb4ef53cdbabef6e648c3_PDN_MG_0035-p-800.jpg)
“Statistik ini sungguh menyedihkan,” kata Dr. Tom. Ia menekankan bahwa malaria masih menjadi ancaman besar di kawasan ini dan bisa mematikan jika tidak didiagnosis dan diobati dengan cepat
Perubahan iklim telah memperburuk penyebaran malaria. Dr. Tom menjelaskan meningkatnya suhu, banjir, dan peningkatan curah hujan menyebabkan penyakit malaria muncul di daerah baru. “Ini adalah kasus di provinsi saya, Enga, di mana kita melihat penyakit malaria di tempat-tempat yang sebelumnya tidak terkena dampaknya,” katanya.
“Peningkatan kasus malaria membebani sistem kesehatan,” kata Dr. Tom seraya mengatakan, peningkatan kasus malaria secara global mengancam kemajuan yang telah dicapai sejauh ini dan menambah tekanan terhadap layanan kesehatan.
KTT tersebut, jelasnya, merupakan kesempatan untuk berkolaborasi dalam pemberantasan penyakit malaria di kawasan Asia Pasifik. “KTT ini merupakan kesempatan untuk berbagi pengalaman dan keahlian serta menegaskan kembali tekad kita untuk mencapai Asia Pasifik bebas malaria melalui kolaborasi, inovasi, dan tindakan berkelanjutan,” kata Dr. Tom.
Ia memuji KTT tersebut, yang diadakan untuk pertama kalinya di Melanesia dan menyambut para pejabat senior dari 15 negara di kawasan Asia Pasifik.
“Menjadi tuan rumah KTT Pemimpin akan menjadi kesempatan yang tepat bagi negara-negara di kawasan Melanesia untuk berbagi pencapaian mereka, memperbarui kemauan politik, dan mengatasi tantangan untuk mencapai eliminasi pada 2030,” demikian tegas Menkes PNG Dr Lino Tom MP yang dikutip dari 2024asiapacificsummit.malarialeaders.org.
Sementara itu PM James Marape mengatakan KTT Pemimpin ini berfungsi sebagai platform penting untuk memajukan agenda eliminasi malaria di kawasan Asia Pasifik dan merupakan kesempatan yang tepat untuk menegaskan kembali komitmen politik Papua Nugini terhadap Eliminasi Malaria. (*)
Discussion about this post