Jayapura, Jubi- Badan Pekerja Sinode Gereja Kristen Injili atau BPS- GKI di Tanah Papua menyatakan rasa duka mendalam dan menyesalkan peristiwa penyerangan yang dilakukan Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat atau TPNPB terhadap guru dan tenaga medis di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, pada (21/3/2025 ) lalu.
Hal itu dikatakan Ketua BPS Sinode GKI di Tanah Papua, Pdt. Andrikus Mofu, M.Th, didampingi Wakil Ketua I Sinode, Hiskia Rollo, dan Kepala Sekretariat GKI di tanah Papua Pdt. Willem Rumbiak STh, MM, saat menggelar konferensi pers di Kantor BPS Sinode GKI di Tanah Papua, Jl. Perkutut Kotaraja Dalam, Distrik Abepura, Kota Jayapura Rabu (26/3/2025).
“Kami sangat berduka dan menyesalkan peristiwa ini. Para guru dan tenaga medis yang menjadi korban adalah pelayan kemanusiaan yang telah bekerja tanpa pamrih untuk mencerdaskan anak-anak dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Juga kejadian ini merupakan bentuk kekerasan yang tidak hanya merusak pelayanan gereja, tetapi juga mengganggu nilai-nilai kemanusiaan dan keimanan di wilayah pedalaman Papua,” ujar Mofu.
Pada Jumat dan Sabtu, (21-22/3/2025), TPNPB menyerang guru dan nakes yang bertugas di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pengunungan. Satu orang bernama Rosalina Rerek Sogen (30) meninggal dunia dan enam orang lainnya luka- luka.
Selain itu, ruang Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Kristen (SD YPK) dirusak, dan dua unit rumah guru dibakar. Penyerangan TPNPB itu juga menimbulkan ketakutan di kalangan masyarakat, menghambat akses pendidikan serta layanan kesehatan di wilayah tersebut.
Menurutnya, Distrik Anggruk merupakan bagian dari wilayah pelayanan GKI, di mana Klasis GKI Yalimo Anggruk memiliki 65 jemaat yang tersebar di delapan lingkungan dan sembilan distrik. Salah satu lembaga pendidikan yang terdampak adalah SD YPK Daniel Anggruk, tempat para guru yang menjadi korban mengabdikan diri dalam dunia pendidikan.
Mofu mengatakan, peristiwa ini telah menyebabkan banyak warga mengungsi ke hutan karena merasa takut dan tidak aman. Kondisi ini semakin memperburuk kesejahteraan mereka, terutama bagi perempuan dan anak-anak, serta mengganggu aktivitas perekonomian dan pelayanan publik di daerah tersebut.
BPS Sinode GKI di Tanah Papua menyampaikan turut berdukacita kepada keluarga almarhumah Ibu Guru Rosalia Rerek Sogen, serta seluruh tenaga medis dan guru yang menjadi korban.
” Menyerukan ketenangan kepada warga jemaat GKI di Kabupaten Yahukimo dan sekitarnya, serta memastikan keselamatan mereka, baik di Distrik Anggruk maupun di lokasi pengungsian. Kami meminta pihak pemerintah, aparat TNI, dan kepolisian untuk segera melakukan investigasi guna mengungkap penyebab dan pelaku dari peristiwa ini serta menenangkan masyarakat melalui pendekatan pastoral,” ujarnya.
Pihaknya juga berharap, pemerintah daerah mengambil langkah cepat. Koordinasi dengan berbagai pihak untuk menangani situasi di Klasis GKI Yalimo Anggruk. Agar pelayanan pendidikan dan kesehatan dapat segera pulih.
” Kami mengimbau masyarakat agar tidak menyebarkan berita hoaks terkait peristiwa ini, sehingga tidak memperkeruh keadaan dan menciptakan ketakutan di tengah masyarakat,” ujarnya.
” BPS Sinode GKI di Tanah Papua berharap peristiwa serupa tidak terulang di masa depan dan meminta semua pihak untuk bersama-sama menjaga keamanan serta kedamaian di Tanah Papua. Gereja akan terus menjalankan misi kemanusiaan dan pelayanan di tengah masyarakat, sebagaimana tertulis dalam Amanat Agung Yesus Kristus dalam Injil Matius 28:19-20,” katanya.
Sebelumnya pada Minggu (23/3/2025) dalam keterangan pers tertulisnya, Kepala Operasi Damai Cartenz 2025, Brigjen Faizal Ramadhani mengatakan kekerasan yang dilakukan TPNPB di distrik Anggruk menyebabkan seorang guru bernama Rosalia Rerek Sogen, meninggal dunia.
Selain itu, 6 guru dan tenaga kesehatan terluka yakni Doinisia Taroci More (guru), Vantiana Kambu (guru), Paskalia Peni Tere Liman (guru), Fidelis De Lena (guru), Kosmas Paga (guru), dan Irawati Nebobohan (tenaga kesehatan).
” Itu adalah tindakan sangat keji, para guru dan tenaga medis itu bukan militer. Mereka adalah pendidik yang mengabdikan diri untuk anak-anak Papua,” ujarnya
Menurut Faizalm serangan TPNPB itu merupakan upaya menciptakan ketakutan dan menghambat pembangunan dan pelayanan pendidikan.
“Tindakan kekerasan itu tidak akan menyurutkan komitmen negara dalam memberikan pelayanan pendidikan dan kesehatan kepada masyarakat Papua. [Kekerasan itu] justru menjadi bukti bahwa kekejaman yang dilakukan KKB semakin nyata,” ujarnya.(*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!
TPNPB OPM tidak salah,
Eksekusi dilakukan setelah mengamati betul bahwa mereka itu Anggota TNI yang menyamar sebagai Guru dan Tenaga Kesehatan untuk mencari tahu informasi keberadaan TPNPB OPM.
https://www.facebook.com/share/p/1EUgbMB99z/
Prabowo mana ada mw serius urus