Antara, Jubi – Bertambah setidaknya 60 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza pada Rabu (25/6), sehingga jumlah korban tewas di daerah kantung Palestina yang terkepung itu secara keseluruhan menjadi 37.718 orang sejak 7 Oktober 2023.
Menurut keterangan Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza bahwa sekitar 86.377 orang lainnya terluka dalam serangan gencar terkini itu.
“Pasukan Israel membunuh 60 orang dan melukai 140 lainnya dalam empat pembantaian terhadap beberapa keluarga dalam 24 jam terakhir,” kata kementerian.
“Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka,” tambahnya.
Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutal yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023.
Lebih dari delapan bulan setelah serangan Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat bom yang diperpatah okeh blokade yang melumpuhkan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ).
Keputusan terbaru ICJ memerintahkan Tel Aviv agar segera menghentikan operasi militernya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum akhirnya diserbu tentara Israel pada 6 Mei.
PBB tidak menarik diri
Juru Bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Stephane Dujarric menegaskan PBB tidak menarik diri dari Gaza dan menolak klaim sebaliknya.
“Kami hanya berusaha menemukan ruang di mana kami beroperasi dalam kondisi yang memenuhi standar kami yang sangat mendasar dan sederhana,” kata Dujarric kepada wartawan seperti dikutip dari Anadolu, Kamis (27/6/2024).
Dujarric turut menekankan bahwa PBB tidak beroperasi di bawah perlindungan tentara Israel dan menempuh jalan yang berbeda.
“Namun jalan menuju kesuksesan di sini adalah gencatan senjata agar kami berkemampuan untuk memiliki akses kemanusiaan penuh dan tanpa hambatan, untuk segera membebaskan semua sandera,” ucapnya.
Dia menambahkan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan ketidakamanan dan pertikaian aktif di Gaza selatan masih menjadi hambatan utama bagi operasi kemanusiaan. Salah satu kendala utama dan terus berlanjut adalah pengambilan pasokan dari penyeberangan Kerem Shalom.
“Untuk melakukan hal tersebut, organisasi kemanusiaan menghadapi aktivitas kriminal di sepanjang jalan yang terpaksa mereka hadapi, di tengah operasi militer Israel di dekatnya. Pihak berwenang Israel terus membatasi penggunaan jalan alternatif,” ujar Dujarric.
Mengenai penyaluran bantuan dari dermaga terapung buatan Amerika Serikat di Gaza, lanjutnya, PBB masih mengkaji situasi keamanan dan belum menyalurkan bantuan dari sana karena kondisi yang diperlukan tidak terpenuhi.
“Apakah organisasi-organisasi non-PBB lainnya akan mengambil bantuan tersebut, itu adalah pertanyaan yang harus dijawab oleh negara lain. Namun kami, sebagai PBB, tidak memilih jalan itu, (kami) belum memiliki kondisi yang diperlukan untuk menerima bantuan tersebut,” tuturnya. (*)
Discussion about this post