Jayapura, Jubi – Proyek pangan di Merauke berupa biji-bijian padi, dicanangkan sejak pemerintahan Belanda di Kumbe tahun 1940-an pasca Perang Dunia Kedua. Selanjutnya di era pemerintahan Indonesia lebih banyak proyek persawahan melalui program transmigrasi sampai era reformasi.
Proyek terbesar memakai lahan terluas di Kabupaten Merauke, tepatnya di era pemerintah Bupati Merauke, Drs John Gluba Gebze (2000–2010). Tepatnya saat Kota Merauke berusia ke 108 pada 12 Februari 2010, proyek Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) sebanyak 32 investor diajak untuk mengelola lahan seluas 1.282.833 hektare.
John Gluba Gebze merupakan bupati ke 10 dan sempat menyewa pesawat yang dijalankan oleh maskapai penerbangan Merpati Nusantara Air (MNA) yang akhirnya bangkrut dan menjadi besi tua.
Selanjutnya di masa pemerintahan Bupati Romanus Mbaraka, terutama masa jabatan kedua (2021–2024) program terbaru lainnya dengan nama Proyek Strategi Nasional (PSN), terutama tanaman pangan areal persawahan dan perkebunan tebu di lahan seluas dua juta hektare, termasuk wilayah Kimaam juga jadi sasaran PSN.
Bupati Mbaraka yang juga berasal dari Pulau Kimaam, ikut menolak program PSN tebu, yang hendak masuk ke wilayah adat masyarakat Kimaam.
Sebelum Mbaraka bupati Merauke periode 13 dan 14, ada pula Bupati Merauke Freddy Gebze selama periode 2016–2021, bupati Fredy periode ke-10 ini merupakan putra kandung dari Thobias Mbearme Gebze, bupati Merauke periode ke-6 dari 1984–1985.
Kini bupati Merauke periode ke-15, dari 2025–2030, Yoseph Gebze yang berpasangan dengan wakil bupatinya Fauzun Nihaya. Keduanya baru dilantik pada 20 Februari 2025 di Jakarta oleh Presiden Prabowo Subianto.

Bupati Yoseph Bladib Gebze yang dilansir dari RRI.co.id mengatakan, warga di Yagebob kesulitan mengakses jalan, terutama ke Jagebob 12, 13 dan SP2 yang memiliki potensi besar di bidang perkebunan, termasuk program pabrik telo yang belum terealisasi.
Ia mengajak semua pihak bersama-sama merapatkan barisan dan satukan langkah membangun Merauke, dengan semangat “Izakod Bekai Izakod Kai”.
“Kita harus bersatu untuk menjawab tantangan daerah dalam memajukan daerah dan menjaga wilayah tetap aman, damai, bersih dan penuh toleransi dalam kehidupan bersama. Ini bukanlah tugas yang ringan, tetapi saya yakin dengan dukungan semua pihak kita mampu membangun Merauke dengan baik,” ujarnya sebagaimana dilansir dari Portal.merauke.go.id.
Warga Jagebob di Kampung Po, mama Afra Kwipalo Balaigaise mengkhawatirkan Proyek Strategis Nasional (PSN) di Jagebob, yang rencananya menjadi perkebunan tebu.
“Jelas kami sangat khawatir sebab akan merusak sumber air minum, karena selama ini andalkan air sumur atau pun rawa,” katanya.
Sebelumnya Masyarakat Adat Malind melakukan audiensi dengan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang diwakili Ketua Komite II Badikenita Br dan Wakil Ketua III Komite II DPD RI A. Abd. Waris Halid, dua perwakilan DPD RI asal Papua Selatan.
Dalam audiensi di auditorium kantor bupati Merauke, Senin (2/12/2024), Masyarakat Adat Malind menyatakan penolakannya terhadap PSN. (*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!