Nabire, Jubi – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah berkomitmen terus meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama pasien yang berhenti nafas, stroke dan penyakit jantung.
Hal tersebut ditandai dengan penyelenggaraan pelatihan Code Blue Preparation Course & Early Warning Score System (EWSS) yang pesertanya adalah dokter dan perawat.
Direktur RSUD Kabupaten Intan Jaya, Kristianus Tebai mengatakan, kegiatan tersebut dilaksanakan di aula Akper Nabire, Jumat, (19/5/2023) dengan melibatkan 48 peserta yang dibagi dalam dua tim.
Tim 1 kelas khusus 8 orang belajar tentang Code Blue Team Preparation Course, Basic Life Support (BLS) – Provider Course and Advanced Cardiovascular Life Support (ACLS) – Provider Course. Sementara untuk kelas peserta 40 orang belajar tentang Code Blue Team Preparation Course, Early Warning Score (EWS) System and Code Blue Management Workshop.
“Semua dari RSUD Intan Jaya dan kami gabungkan tiga orang peserta dari PMI Kabupaten Intan Jaya dan satu dari Klinik Misael Bilogai. Jadi ini atas kerjasama antara RSUD Intan Jaya dengan HIPGABI PAPUA dan MEDICLIGHT. Kegiatan ini di tanah Papua diadakan kali ke tiga oleh RSUD Intan Jaya hari ini,” kata Kristianus Tebai.
Early Warning Score (EWS) system menurut dia, suatu sistem permintaan bantuan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien secara dini. EWS didasarkan atas penilaian terhadap perubahan keadaan pasien melalui pengamatan yang sistematis terhadap semua perubahan fisiologi pasien.
“System ini merupakan konsep pendekatan proaktif untuk meningkatkan keselamatan pasien dan hasil klinis pasien yang lebih baik dengan standarisasi pendekatan asesmen dan menetapkan skoring parameter fisiologis yang sederhana dan mengadopsi pendekatan ini dari Royal College of Physicians – National Health Services, 2012,” kata Tebai.
Ia mengatakan, ketika seorang pasien mendadak sakit dan datang ke rumah sakit, atau kondisi memburuk tiba- tiba selama di rumah sakit, maka waktu adalah penting dan respon klinis yang cepat dan efisien diperlukan untuk optimalisasi hasil klinis yang diharapkan. EWS dilakukan terhadap semua pasien pada asesmen awal dengan kondisi penyakit akut dan pemantauan secara berkala pada semua pasien yang mempunyai risiko tinggi berkembang menjadi sakit kritis selama berada di rumah sakit, termasuk henti jantung.
“Inti dari penanganan henti jantung adalah kemampuan untuk bisa mendeteksi dan bereaksi secara cepat dan benar untuk sesegera mungkin mengembalikan denyut jantung ke kondisi normal untuk mencegah terjadinya kematian otak dan kematian permanen,” ujarnya.
Ia berharap dukungan dari Pj Bupati Intan Jaya dan Kepala Dinas Kesehatan setempat terhadap penyelenggaraan kegiatan pelatihan tersebut merupakan langkah awal dalam pembentukan tim bode blue serta pelaksanaan system EWS di RSUD dengan tujuan meningkatkan kualitas layanan kegawatdaruratan.
Asisten II Setda Kabupaten Intan Jaya, Arles Manik mewakili Pj Bupati Intan Jaya, Apolos Bagau berharap, pascakegiatan pelatihan tersebut peserta harus menangani pasien yang membutuhkan pertolongan apalagi berkaitan dengan jantung, stroke, dan penyakit berat lainnya.
Ia mengatakan, walaupun umur kabupaten Intan Jaya masih muda namun masalah kesehatan menjadi sebuah gunung perlu ditangani bersama demi kesejahteraan bersama.
“Pelatihan ini sebuah inovasi yang dilakukan RSUD Intan Jaya. Kami apresiasi, sehingga peserta setelah ikut pelatihan dan kembali ke tempat tugas agar tangani pasien yang gawat darurat sambal bekerja ekstra,” ujarnya. (*)