Jubi TV – Pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR RI, pada tahun ini telah menganggarkan pembangunan jalan dan jembatan di ruas jalan Sentani-Depapre sebesar 378 miliar rupiah. Anggota DPRD Kabupaten Jayapura wilayah pemilihan empat, Patrinus Nelson Sorontouw mengatakan, informasi yang disampaikan pemerintah pusat melalui kementerian teknis, harus ditepati dan dilaksanakan secepat mungkin.
“Masyarakat sudah sangat paham, siapa yang harus mengerjakan jalan ini. Realisasinya harus tahun ini, tidak boleh ditunda lagi,” ujarnya, saat ditemui di Sentani, Senin (17/1/2022).
Menurutnya, kronologi dalam upaya menanti janji pemerintah terhadap pekerjaan jalan Sentani menuju Depapre dan sebaliknya ini, sudah sangat lama dan banyak korban yang jatuh akibat kondisi jalan yang rusak parah. Koordinasi demi koordinasi dilakukan, kata dia, dan demo berturut-turut, semuanya untuk mendapatkan jawaban pasti tentang pekerjaan ruas jalan sepanjang 24 kilometer ini.
Untuk itu, masyarakat mendesak Pemerintah Kabupaten Jayapura dan tentunya secara kewenangan yakni Pemerintah Provinsi Papua, namun disayangkan hal itu tidak diakomodir dalam RAPBD Provinsi Papua 2022.
“Sebagai wakil rakyat, secara khusus dapil empat, kami akan mengawal proses pembangunannya hingga tuntas,” katanya.
Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw secara terpisah mengatakan, pengerjaan ruas jalan Sentani menuju Depapre bukan kepentingan Pemerintah Kabupaten Jayapura, tetapi semuanya demi kesejahteraan masyarakat yang tinggal di Distrik Sentani Barat Moi dan Distrik Depapre, juga sebagian Distrik Ravenirara.
“Ketika jalannya bagus, sudah pasti ada peningkatan ekonomi bagi masyarakat, sebab Depapre juga merupakan kawasan pariwisata dan hasil laut yang sangat menjanjikan,” jelas Awoitauw.
Usaha ini, kata bupati, tidak main-main. Semua pihak dikoordinasi, didatangi, guna menyampaikan semua aspirasi masyarakat. Kementerian hingga lembaga-lembaga terkait di pemerintah pusat dikunjungi, KPK, hingga Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, untuk memastikan status hukum dari jalan ini sudah selesai dan sudah inkrah.
“Program pembangunan jalan direncanakan sejak 1993, selama kepemimpinan saya sembilan tahun ini, kita terus mendorong dan berupaya agar proses pembangunan jalan dilaksanakan. Bahkan Presiden Jokowi kami pernah datangkan ke Depapre dan perintah orang nomor satu di republik ini sangat jelas, bahwa kementerian terkait, gubernur, dan bupati segera melaksanakan pembangunan jalan Depapre,” ucapnya.
Berdampak pada layanan kesehatan
Persoalan ruas jalan Sentani-Depapre yang rusak berdampak pada pelayanan warga yang tinggal di wilayah pembangunan dua dan empat, Distrik Sentani Barat Moi dan Distrik Depapre. Warga kesehariannya memanfaatkan jalan sepanjang kurang lebih 23 kilometer ini, guna menyalurkan berbagai hasil Sumber Daya Alam (SDA) untuk dijual ke pasar. Ruas jalan ini juga digunakan untuk mengantar pasien yang sakit hingga dalam kondisi darurat, dari Puskesmas Depapre menuju Rumah Sakit Yowari.
Salah satu warga Kampung Wanya, Distrik Depapre, Loisa Yerisitouw mengatakan jalan yang rusak parah ini sangat berdampak pada pelayanan medis.
“Ada yang meninggal di jalan, bahkan ada juga yang terpaksa melahirkan di jalan,” ujar Loisa saat ditemui di Sentani, Senin (17/1/2022).
Dikatakan, kondisi jalan Depapre sejak terjadi bencana banjir bandang 2019 lalu, telah mengubah struktur dan kondisi jalan dari yang sebelumnya dikerjakan, tetapi tidak diselesaikan dengan baik. Akibatnya, banyak material batu dan pasir dari bukit yang dibawa aliran air ke jalan raya, hingga masuk ke permukiman.
“Jalan yang berlubang dan berada di tepi jurang dengan kondisi jalan menanjak atau turunan yang sangat curam. Sangat berbahaya bagi pengendara roda dua maupun empat, apalagi yang baru pertama melintas jalan ini pasti kerepotan dan bisa kecelakaan,” jelasnya.
Masyarakat berdemo, kata Loisa, sampai tiga hari memalang ruas jalan di Maribu Kampung. Kemudian, pemerintah berjanji akan mengerjakan jalan ini pada 2022.
“Selain sebagai jalan umum, jalan ini juga dimanfaatkan untuk membawa bahan jualan dari kebun mereka ke pasar,” ucapnya.
Hal senada juga disampaikan La Ode, sopir angkutan umum Sentani-Depapre, bahwa jalan rusak berdampak bagi kendaraan yang digunakannya untuk mengangkut penumpang. Menurutnya, setiap tiga hari ia harus membeli suku cadang mobil yang baru. Dengan bobot penumpang dan kondisi jalan yang rusak parah, ia mengaku sering mengantisipasi jangan sampai ada mesin yang rusak atau tidak berfungsi dengan baik.
“Saya pernah membawa pasien yang hendak bersalin dari Depapre ke Rumah Sakit Yowari. Kondisi jalan yang rusak, mau cepat, mau lambat serba salah. Akhirnya ibu itu melahirkan di pertengahan jalan menuju Maribu. Setelah proses bersalin selesai, kami lanjutkan perjalanan menuju Yowari,” ujarnya. (*)
News Desk
