Jayapura, Jubi — Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) melalui Komando Nasional (KOMNAS) menyatakan bertanggung jawab atas dua insiden penyerangan terhadap aparat militer Indonesia di Papua pada awal April 2025.
Dalam pernyataan resmi yang disampaikan oleh Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, disebutkan bahwa Panglima Kodap Yambi, Yoniro Enumby, bersama pasukannya, mengklaim bertanggung jawab atas penembakan terhadap seorang anggota intelijen militer Indonesia di wilayah Yambi, Puncak Jaya, pada Senin, 7 April 2025.
Menurut TPNPB, korban telah diikuti selama beraktivitas di wilayah yang diklaim sebagai zona konflik bersenjata. Kelompok ini juga mengeluarkan peringatan keras kepada warga sipil yang disebut sebagai “imigran Indonesia” untuk meninggalkan daerah konflik agar tidak menjadi target operasi.
Selain itu, TPNPB juga melaporkan bahwa dua helikopter militer Indonesia dilaporkan telah menyerang wilayah sipil di Kampung Timopur, Distrik Sinak Barat, dengan menembakkan bom. Namun, tidak ada korban jiwa dalam serangan tersebut.
Menanggapi serangan udara itu, TPNPB mendesak Presiden Prabowo Subianto, Panglima TNI, dan Polri untuk menghentikan penggunaan bom terhadap warga sipil. “Jika kalian memang jagoan, mari kita bertarung di medan perang,” kata mereka dalam pernyataan itu.
Sementara itu, pada 8 April 2025, TPNPB kembali mengeluarkan siaran pers kedua, yang kali ini berasal dari Kodap XVI Yahukimo. Panglima Kodap, Brigjen Elkius Kobak, menyatakan bahwa pasukannya telah mengeksekusi mati 11 orang yang diduga anggota TNI yang menyamar sebagai pendulang emas di wilayah Yahukimo.
Aksi ini dilakukan oleh Batalion Yamue dan Batalion WSM yang diperbantukan dari Kodap III Ndugama Derakma, dalam operasi selama tiga hari, dari 6 hingga 8 April 2025. Selain 11 korban tewas, tiga orang lainnya dilaporkan mengalami luka-luka.
TPNPB menyampaikan bahwa tindakan tersebut merupakan balasan terhadap pernyataan Panglima TNI yang mengakui bahwa personel yang menyamar sebagai warga sipil adalah bagian dari TNI. “Maka sesuai dengan pengakuan tersebut, kami telah eksekusi mereka,” ujar mereka.
Pernyataan-pernyataan ini telah menambah ketegangan di tengah konflik bersenjata yang masih berlangsung di Papua, serta menyoroti kompleksitas antara operasi militer, keamanan warga sipil, dan tuntutan kemerdekaan dari kelompok separatis. (*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!