Nabire, Jubi – Serangkaian pembakaran terhadap fasilitas umum melanda Distrik Sinak di Kabupaten Puncak pada tahun lalu. Aksi tersebut merugikan masyarakat karena mengganggu layanan publik.
Anggota DPR Papua Tengah Anis Labene mengatakan Sinak menjadi daerah tumpuan bagi sejumlah distrik di sekitarnya. Beberapa layanan publik di wilayah tersebut terpusat di Sinak.
“Saya benar-benar kecewa [atas aksi pembakaran tersebut]. Layanan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi menjadi terhambat di Sinak,” kata Labene, Kamis (16/1/2025).
Berdasarkan data Polres Puncak, aksi pembakaran terhadap fasilitas publik, di antaranya menimpa gedung SMA Negeri 1 Sinak, dan gedung SMP Negeri 1 Sinak. Gedung SMA Negeri 1 dibakar pada 21 Oktober 2024, sekitar pukul 19.00 Waktu Papua. Adapun Gedung SMP Negeri 1 Sinak dibakar pada 22 November 2024, sekitar pukul 02.30 Waktu Papua.
Polisi mengidentifikasi para pelaku pembakaran sebagai kelompok bersenjata pimpinan Kalenak Murib. Kelompok yang sama pun diduga merusak mobil operasional Puskesmas Sinak.
Pembakaran juga menyasar gudang logistik di Bandara Tapulinik pada 3 Februari, dan kantor Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) pada 14 Agustus. Pelaku pembakarannya belum teridentifikasi.
“Gudang logistik itu menjadi sandaran bagi masyarakat Sinak, Agandugume, dan Pogoma. Mereka punya bahan bangunan dan bahan makanan disimpan di situ,” kata Labene.
Selain fasilitas gudang logistik, layanan pendidikan di Distrik Agandugume, dan Distrik Pogoma juga masih bergantung kepada Sinak. Karena itu, banyak siswa dari kedua distrik tersebut bersekolah di SMP Negeri 1 Sinak dan SMA Negeri 1 Sinak.
“Semua siswa dari distrik hasil pemekaran Sinak [Agandugume, dan Pogoma] bersekolah di sana. Sekarang, mereka mau lari [bersekolah] ke mana lagi?,” ujar Labene.
Legislator dari Daerah Pemilihan Puncak tersebut menegaskan fasilitas umum dibangun pemerintah untuk kepentingan masyarakat. Karena itu, dia menyerukan pihak yang bertikai menghentikan aksi pembakaran di Sinak.
“Kami tidak tahu motif dari rentetan peristiwa ini [pembakaran fasilitas umum]. Jadi, kepada pihak mana pun, dan siapa pun, saya minta berhenti mengganggu [merusak] fasilitas umum,”katanya.
Susahkan masyarakat
Pembakaran terhadap sejumlah fasilitas publik juga dikeluhkan Erimaluc Murib, Warga Sinak. Dia mengatakan kejadian tersebut membuat kondisi masyarakat yang sudah susah menjadi makin susah.
“Kami mengalami situasi serbasulit [akibat konflik bersenjata]. Kami berharap pemerintah segera memperbaiki [gedung SMP Negeri 1 Sinak dan SMA Negeri 1 Sinak] supaya anak-anak bisa kembali bersekolah,” kata Murib.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Eka Kristina Yeimo turut prihatin atas kondisi di Sinak. Dia berharap pemerintah segera memperbaiki fasilitas pendidikan di Sinak.
“Pemerintah harus segera turun tangan. Mereka mesti selamatkan [memulihkan] fasilitas publik untuk kepentingan masyarakat,” kata Yeimo.
Menurutnya, perbaikan terhadap fasilitas publik tersebut menjadi satu-satunya solusi untuk mengatasi masalah layanan masyarakat di Sinak. Warga setempat tidak mungkin mengandalkan layanan publik di daerah lain karena ongkos transportasi dan akomodasinya sangat mahal.
“Karena sekolah dibakar, para siswa terancam putus sekolah. Jika mereka hendak [melanjutkan sekolah] ke kota [Mulia], pemerintah harus bikin asrama untuk menampung mereka,” kata Senator dari Papua Tengah kelahiran Sinak, tersebut. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!