Jayapura, Jubi – Tiga orang dilaporkan tewas di Fiji dalam kasus yang diduga berkaitan dengan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Kepolisian Fiji mengimbau masyarakat agar tidak menjadikan kekerasan sebagai cara menyelesaikan perselisihan.
Petugas polisi merespons laporan gangguan rumah tangga setelah terdengar pertengkaran antara sepasang kekasih. Setibanya di flat pasangan tersebut di sebuah kompleks perumahan, petugas menemukan kedua korban dalam kondisi luka serius yang terlihat jelas. Demikian dikutip Jubi dari laman RNZ Pasifik, Rabu (30/4/2025).
Dalam kasus terpisah, seorang pria berusia 47 tahun telah didakwa atas pembunuhan seorang perempuan berusia 28 tahun. Ia dijadwalkan hadir di Pengadilan Magistrat Nadi pada Rabu (30/4/2025).
Koordinator Fiji Women’s Crisis Centre, Shamima Ali, mengatakan kepada fijivillage.com bahwa sebanyak 90 persen perempuan tidak melaporkan kekerasan yang mereka alami dari pasangan, kekasih, atau suami mereka.
Menurutnya, ketika terjadi masalah dalam pernikahan, perempuan kerap disalahkan. Banyak dari mereka bertahan dalam hubungan yang penuh kekerasan karena ketergantungan ekonomi, rasa takut, kekhawatiran terhadap anak-anak yang akan tumbuh tanpa ayah, serta tekanan dari keluarga, teman, atau masyarakat.
“Semua itu menjadi alasan — dan pada akhirnya, dia mencintai pria itu,” kata Shamima.
“Dia hanya ingin pasangannya mengubah perilaku dan berhenti memperlakukannya seperti keset atau anjing — yang sayangnya sering terjadi dalam hubungan semacam ini.”
Ia menambahkan, kemiskinan menjadi faktor penting yang menyebabkan perempuan bertahan dalam hubungan yang penuh kekerasan dan tidak memiliki jalan keluar.
Data dari pusat krisis tersebut mencatat 530 kunjungan baru untuk konseling dari Januari hingga September 2024. Angka ini mencakup enam kasus pemerkosaan, tiga kasus percobaan pemerkosaan, enam kasus penyerangan seksual, dan 19 kasus pemerkosaan terhadap anak.
Sepanjang tahun 2023, tercatat 707 kunjungan baru, termasuk 16 laporan pemerkosaan dan 26 laporan pemerkosaan anak.
Menteri Urusan Perempuan, Anak, dan Perlindungan Sosial Fiji, Sashi Kiran, mengimbau perempuan yang berada dalam hubungan penuh kekerasan atau merasa dalam bahaya untuk segera mencari bantuan. Menurutnya, masalah KDRT harus ditangani secara menyeluruh, mulai dari tingkat rumah tangga, komunitas, hingga masyarakat luas.
Awal bulan ini, tim rugby Fiji Drua memberhentikan dua pemainnya yang dituduh melakukan kekerasan terhadap pasangan mereka.
Sebuah laporan dari Jurnal Internasional untuk Kejahatan, Keadilan, dan Demokrasi Sosial tahun lalu menyoroti praktik kepolisian terkait KDRT. Survei terhadap 365 petugas menemukan beberapa hal penting: mayoritas petugas mengetahui adanya kebijakan zero tolerance terhadap KDRT, namun banyak yang tidak menerapkannya secara konsisten. Petugas juga cenderung mendorong penyelesaian kasus melalui pendekatan tradisional, adat, dan agama, dan baru melanjutkan penyelidikan serta penuntutan bila korban bersikeras.
Laporan lain dari jurnal yang sama, berjudul Budaya, Agama, dan Kekerasan dalam Rumah Tangga: Refleksi atas Kerja Bersama Komunitas Fiji dan Tuvalu, menyebut bahwa kawasan Pasifik memiliki tingkat kekerasan terhadap perempuan tertinggi di dunia, berdasarkan sejumlah studi tentang kekerasan dalam rumah tangga, pasangan intim, dan kekerasan dalam keluarga.
Penelitian tersebut menyatakan bahwa kekerasan semacam itu telah menjadi hal yang dinormalisasi dan dirasionalisasi, serta diproduksi melalui ketimpangan gender yang menempatkan perempuan dalam posisi subordinat di ranah politik, ekonomi, sosial, agama, dan budaya.
Para peneliti menyimpulkan bahwa “kita dihadapkan pada pertanyaan penting tentang dekolonisasi dalam memahami kekerasan dalam rumah tangga dan ‘budaya kita’.”
“Ini berkaitan dengan narasi yang kita bangun tentang diri kita sendiri — dari mana asal narasi itu dan seberapa efektif narasi tersebut dalam mengungkap masalah dalam budaya, tradisi, dan keyakinan kita, serta mencari solusi melalui kerangka dan institusi modern, kolonial, atau Barat.” (*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!