Jayapura, Jubi – Tim Pencarian dan Penyelamatan Perkotaan Selandia Baru atau USAR pada Minggu (22/12/2024) memperkirakan cuaca buruk yang akan melanda Port Villa, Ibu Kota Vanuatu, dan meningkatkan risiko terjadinya tanah longsor atau banjir. Ancaman cuaca buruk itu menjadi bahaya paling signifikan dalam penanganan gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,3 skala Richter terjadi di Vanuatu pada 17 Desember 2024 lalu.
Pada Minggu, Radio New Zealand melansir pemberitaan berjudul “Vanuatu Quake: Warnings issued as impending bad weather poses hazard to Port Vila” yang menyebut tekanan udara tropis di Laut Koral diperkirakan akan bergerak ke perairan Vanuatu. Tekanan udara tropis itu dikhawatirkan akan membawa hujan lebat di Vanuatu.
Pihak berwenang telah mengeluarkan peringatan kepada warga yang tinggal di dekat daerah rawan longsor di sekitar Port Villa. Orang-orang yang tinggal di daerah dataran rendah atau sungai juga telah diminta bersiap untuk pindah jika permukaan air naik. Hujan lebat dikhawatirkan dapat menyebabkan banjir bandang.
Ketua Tim USAR di Vanuatu, Ken Cooper mengatakan gempa bumi berkekuatan 7,3 skala Richter pada 17 Desember 2024 lalu telah menyebabkan tanah longsor yang signifikan.
“Dengan kondisi cuaca yang terjadi saat ini, ada kemungkinan besar tanah longsor akan terus terjadi. Kami perlu memastikan tidak ada risiko yang membahayakan jiwa jika tanah longsor tersebut bergerak lebih jauh,” kata Cooper.
Gempa susulan terus berlanjut, dan pagi ini, Survei Geologi AS mencatat gempa berkekuatan 6,1 skala Richter. Pusat gempa susulan itu berada di kedalaman 40 kilometer, di sebelah barat Port Villa.
“Para insinyur Selandia Baru dan Vanuatu sedang menilai area-area yang diprioritaskan di ibu kota. Keputusan kemudian akan diambil mengenai apakah suatu komunitas perlu dievakuasi,” kata Cooper.
Sejak Tim USAR berada di Vanuatu, mereka bersama Pemerintah Vanuatu telah melakukan penilaian kerusakan bangunan dan infrastruktur memetakan tingkat risiko terbesar. Cooper mengatakan hal itu juga akan membantu masyarakat dalam pemulihan lebih cepat.
“Tim tersebut telah menyelesaikan hampir 1.000 penilaian, bersama tim USAR Australia. [Penilaian itu] merupakan tugas penting. Kedua tim berbagi alat dan praktik umum yang memungkinkan mereka bekerja secara bersamaan dan membantu tim untuk melakukan penilaian dengan cepat,” kata Cooper.
Menurutnya, hasil pemetaan risiko itu akan menjadi panduan bagi tim penanganan gempa dalam penyusunan skala prioritas kerja mereka. “Kami bekerja dengan pemerintah [Vanuatu] dan kelompok infrastruktur mereka. Beberapa prioritas yang telah kami lihat adalah jembatan, [bandara], pelabuhan, dan juga tanah longsor,” katanya.
Resiliensi warga Vanuatu
Para pemimpin tim bantuan dari Selandia Baru di Vanuatu memuji ketangguhan atau resiliensi masyarakat Ni-Vanuatu pasca gempa bumi berkekuatan 7,3 skala Richter itu. Ribuan orang terkena dampak bencana tersebut, dan para warga berhadapan dengan lambatnya upaya tanggap darurat yang terhambat oleh kerusakan infrastruktur maupun jaringan telekomunikasi negara itu.
Emma Dunlop-Bennett, salah satu pimpinan tim bantuan dari Selandia Baru, mengatakan ia kagum dengan kekuatan penduduk setempat setelah bencana. Ia menyatakan tim Selandia Baru di lapangan terus bekerja sama dengan pemerintah Vanuatu untuk mempercepat penanganan gempa bumi.
“Saat kami terjun ke masyarakat, bekerja … dengan pemerintah, orang-orang di luar sana bangkit dan melakukan apa yang mereka bisa untuk kembali menjalankan bisnis seperti biasa, menjalani kehidupan seperti biasa. Saya benar-benar kagum,” katanya.
“Tujuan tim Selandia Baru berada di Vanuatu ada tiga: Untuk menyediakan bantuan kemanusiaan yang mendesak dan kritis, menanggapi kebutuhan konsuler bagi warga Selandia Baru, dan untuk mendukung kelancaran transisi dari bantuan, tanggapan menuju pemulihan. Kemudian kembali menjalankan bisnis seperti biasa, bekerja sesuai kebutuhan prioritas yang diidentifikasi oleh pemerintah Vanuatu, “ ujarnya. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!