Jayapura, Jubi – Persipura Jayapura kontra Deltras Sidoarjo dalam laga lanjutan wilayah timur kompetisi Liga 2 di Stadion Utama Lukas Enembe, Kabupaten Jayapura, Minggu (18/9/22), akan menjadi pertemuan ke-31 bagi kedua tim.
Persipura dan Deltras sudah saling bersua dalam 30 pertandingan sejak Liga Indonesia (Ligina) I kurun 1994/1995. Dalam puluhan kali pertemuan itu, Persipura meraih 15 kemenangan, sementara Deltras menang sebanyak 8 kali dan di 7 laga lainnya kedua tim bermain imbang.
Dalam perjumpaan mereka, tim berjulukan Mutiara Hitam pernah mencicipi dua kemenangan telak atas Deltras. Pertama, ketika Deltras masih bernama Gelora Dewata pada kompetisi Ligina 2001. Bermain di Stadion Mandala, tim Mutiara Hitam tampil beringas dan menang dengan skor 6-2.
Gol-gol kemenangan Persipura itu dicetak oleh dua gol Chris Leo Yarangga, Nikson Nuboba, Eduard Ivakdalam, Steven Sibi, dan satu gol penalti dieksekusi oleh penjaga gawang, Silas Iskandar Ohee.
Lalu yang kedua, pada Liga Indonesia 2004. Ketika itu, Persipura berpesta gol ke gawang Deltras dengan skor 6-1 juga di Stadion Mandala, Kota Jayapura. Enam gol kemenangan Persipura dicetak oleh Ulian Souza da Silva, dua gol Eduard Ivakdalam, Sonny Papara, David Da Rocha, dan Ferry Youwe. Sementara satu-satunya gol Deltras dicetak oleh Jimmy Suparno.
Jimmy menjadi pemain paling disorot di laga tersebut. Usai pertandingan, dia dieluk-elukkan oleh pemain Persipura, seperti menyambut pahlawan pulang.
“Saya cetak satu gol ketika itu, dan setelah pertandingan, di tengah lapangan saya diangkat bak pahlawan oleh pemain Persipura, sambil mereka teriak “Jimmy ko pu rumah di Papua bukan di Jawa, tong sayang ko“. Itu yang paling berkesan sampai saya meneteskan air mata,” kenang Jimmy saat diwawancarai awak media Jubi, berapa waktu lalu.
Jimmy bukan orang yang asing bagi publik Mandala. Musim sebelumnya pada Ligina 2003 dia sempat diidolakan oleh pecinta Persipura. Remaja asal Cilacap kelahiran 20 Februari 1984 itu, dibawa oleh Rudy William Keltjes, pelatih keturunan Belanda yang mengarsiteki Persipura pada musim 2003.
Ketika itu, usia Jimmy masih 18 tahun, belum punya pengalaman bermain di Liga Indonesia. Dia baru saja lulus dari PPLP Salatiga.
Di usia yang masih terbilang cukup muda, Jimmy langsung berdiri sejajar dengan pemain-pemain kawakan seperti Chris Leo Yarangga, Ronny Wabia dan Eduard Ivakdalam di skuad Persipura. Jimmy mengenakan kostum bernomor punggung 19 ketika itu.
Saat memperkuat Persipura di musim 2003, meski bukan pemain yang berposisi sebagai striker murni, performa Jimmy cukup moncer. Dia berhasil menggelontorkan 14 gol. Jimmy bersama Helconi Hermain adalah dua pemain dari luar Papua yang mendapatkan tempat dihati publik Mandala.
“Walaupun hanya semusim tapi pengalaman itu sangat berkesan sekali. Apalagi, Pak Walikota dulu, MR Kambu dia menganggap saya seperti anak sendiri. Dan sampai sekarang pun rasa cinta terhadap Tanah Papua tidak bisa hilang di hati saya,” ungkap Jimmy.
Ketika publik Mandala mulai bertambah cinta pada performanya, Jimmy justru memilih meninggalkan Persipura mengikuti jejak Rudy Keltjes hengkang ke Deltras Sidoarjo. Ingin dekat dengan keluarga menjadi alasan utama Jimmy dan sang pelatih pindah ke Pulau Jawa.
Namun, Jimmy sendiri mengungkapkan, alasan terbesarnya meninggalkan Persipura karena ingin membalas budi kepada Keltjes yang berjasa membawanya berkarier di kompetisi sepak bola tertinggi Indonesia bersama Persipura.
Jimmy sempat menolak tawaran Walikota Jayapura dan Ketua Umum Persipura, MR Kambu, yang menawarinya menjadi Pegawai Negeri Sipil, demi tetap tinggal membela Persipura.
“Saat saya memutuskan pindah ke Deltras Sidoarjo itu menjadi pilihan yang sangat sulit sebenarnya, sampai saya dijemput ajudan pribadinya Pak Kambu ke kantor beliau. Ketika itu, Pak Wali sampai menawarkan kerja sebagai PNS di sana, sedangkan di sisi lain Om Ruddy (Keltjes) yang bawa saya ke Persipura dan beliau juga yang ajak saya ke Deltras. Akhirnya dengan berat hati saya ikut Om Ruddy ke Deltras,” tuturnya.
Pemain yang memiliki panggilan Jimmy Ono itu, semasa membela Persipura itu menyesal telah meninggalkan tim Mutiara Hitam. Namun ia tetap merasa bangga pernah menjadi bagian dalam sejarah klub kebanggaan masyarakat Papua itu.
“Menyesal sudah jelas ada, tapi mungkin sudah jalan Tuhan buat saya. Saya tetap merasa bangga karena Persipura adalah tim yang membesarkan saya dan karena Persipura lah saya dikenal di seluruh Indonesia. Sampai detik ini pun cinta saya ke Tanah Papua tidak akan pernah pudar,” Jimmy. (*)