Jayapura, Jubi – Pertama kali Lukas Enembe mencalonkan diri menjadi calon Gubernur Provinsi Papua pada 2005. Profesor Ikrar Nusa Bhakti menyandingkan Lukas Enembe dan mantan Perdana Menteri Papua Nugini, Paias Wingty, dari Provinsi Mount Hagen, PNG.
Bagi Ikrar Nusa Bhakti, Enembe dan Wingty sama-sama dari pegunungan tanah New Guinea, dari Papua Barat dan Papua Timur sekarang bernama Papua New Guinea. Antropolog JR Mansoben dalam disertasinya di Universitas Leiden, Belanda berjudul “Sistem Politik Tradisional di Irian Jaya” (1995), menyebutkan bahwa sistem politik ‘Big Man’ atau pria berwibawa, diperoleh melalui pencapaian.
Sumber kekuasaan terletak pada kemampuan individual, kekayaan material, kepandaian berdiplomasi atau berpidato, keberanian memimpin perang, fisik tubuh yang besar, sifat bermurah hati, dan dermawan. Pelaksanaan kekuasaan biasanya dijalankan oleh satu orang. Etnik yang menganut sistem kepemimpinan pria berwibawa di Tanah Papua adalah orang Dani, Asmat, Mee, Maybrat, Muyu, dan Malind Anim.
Lukas Enembe meraih kedudukan dan pemimpin politik mulai dari Wakil Bupati Puncak Jaya, Bupati Puncak Jaya. Praktis hampir 20 tahun berkuasa dalam kepemimpinan politik di Kabupaten Puncak Jaya dan merupakan seorang Big Man dari Puncak Jaya.
Bahkan pada 2005 Lukas Enembe mencalonkan diri menjadi Gubernur Provinsi Papua, tetapi kalah dari politikus senior, Barnabas Suebu. Toh kekalahan dalam pemilihan umum Gubernur Provinsi Papua tak membuat politikus dan Ketua Umum Partai Demokrat Provinsi Papua ini tidak patah semangat, terus bertekad maju pada periode berikutnya, dan berhasih meraih jabatan Gubernur Provinsi Papua pada periode 2013-2018.
Lelaki yang punya nama lengkap Lomato Lukas Enembe ini lahir di Kampung Mamit, Distrik Kombu, Tolikara, Papua pada 27 Juli 1967. Ia meraih gelar kesarjanaannya pada Fisip Jurusan Ilmu Pemerintahan di Universitas Sam Ratulangi pada usia 28 tahun.
Suami dari Yulce Wenda ini mengawali kariernya sebagai ASN di Kantor Sospol Kabupaten Merauke hingga akhirnya berpasangan dengan Eliezer Renmaur memimpin Kabupaten Puncak Jaya. Ia menjadi wakil bupati dari Eliezer Renmaur pada 2001.
Gubernur Lukas Enembe ini juga sangat dihormati tokoh politik dari Provinsi Sandaun, Papua Nugini; anggota parlemen Vanimo Green, Belden Namah. Tak heran kalau anggota parlemen Papua Nugini dari Vanimo, Belden Namah, menyesalkan cara penangkapan dan penahanan Gubernur Papua, Lukas Enembe, oleh pemerintah Indonesia.
Dalam Post Courier edisi 10 Januari 2023, Balden Namah, yang daerah pemilihannya berbatasan dengan provinsi Papua di Indonesia, menyuarakan keprihatinan atas apa yang dia gambarkan sebagai ‘perlakuan tidak manusiawi’ terhadap Gubernur Enembe.
Dia mengatakan cara penangkapan dan penahanan Enembe sangat tercela, tidak manusiawi, dan merupakan gejala penganiayaan bersejarah terhadap penduduk asli Melanesia di Papua oleh Indonesia.
Dalam kondisi kesehatan yang buruk, the Big Man dijatuhi hukuman penjara terhadap Gubernur Papua nonaktif Lukas Enembe diperberat menjadi 10 tahun penjara dan denda Rp1 miliar subsider 4 bulan kurungan.
Hukuman itu diputuskan oleh Pengadilan Tinggi DKI Jakarta dalam sidang vonis banding yang telah digelar beberapa waktu lalu.
Sehari setelah Natal, 26 Desember 2023, semua warga Papua dikejutkan dengan kepergian seorang Big Man dari tanah New Guinea, Lukas Enembe. Ia meninggal pukul 11 00 WIT, Selasa (26/12/2023).
Wajah ibukota Provinsi Papua tak lepas dari peran dua tokoh ini, Big Man Lukas Enembe, Gubernur Provinsi Papua periode 2014-2023, dan Brigjen TNI AD (Purn) Acub Zainal, Gubernur Irian Jaya periode 1973-1975.
Menjelang akhir kepemimpinan Lukas Enembe sebagai orang nomor satu di Provinsi Papua, kantor Gubernur Irian Jaya peninggalan Gubernur Acub Zainal dirombak total. Maklum, bangunan berusia hampir 50 tahun itu harus dibongkar dan hancur menjadi bangunan bertingkat dan modern.
Meski mendapat protes maupun tantangan, namun pembongkaran kantor gubernur warisan Acub Zainal dinilai sudah tua dan berisiko hingga harus dibangun baru.
“Bagi saya apa yang dilakukan Gubernur Lukas Enembe wajar dan sesuatu yang berbeda karena kantor Gubernur Papua memiliki nilai sejarah sejak zaman Nederlands Nieuw Guinea, UNTEA, dan pemerintahan peralihan hingga pemerintahan Republik Indonesia di kantor Gubernur Papua sekarang,” kata Michael Menufandu, mantan Duta Besar RI untuk Kolombia, kepada jurnalis Jubi di kediamannya di Dok V Atas, Kota Jayapura, Rabu (28/12/2022) siang, saat peresmian Kantor Gubernur Provinsi Papua.
Selamat jalan the Big Man from New Guinea Island. (*)
Nama : Lukas Enembe
Istri : Yewuce Enembe
Anak : Astract Bona T.M. Enembe
Eldorado Gamael Enumbi
Dario Alvin Nells Isak Enembe
Pendidikan:
SD YPPGI Mamit (1980)
SMPN 1 Jayapura, Sentani (1983)
SMAN 3 Jayapura, Sentani (1986)
S1, Studi Ilmu Politik, FISIP Universitas Sam Ratulangi, Manado (1995)
Karier
Aktif Organisasi Kepemudaan di Sulawesi Utara (1988–1995)
Ketua Mahasiswa Jawijapan Sulawesi Utara (1989–1992)
Pengurus SEMAH FISIP UNSRAT Manado (1990–1995)
Koordinator PPM FISIP UNSRAT Manado (1992–1994)
Ketua IMIRJA Sulawesi Utara (1992–1995)
Penggerak Kegiatan Keluarga Tani Pegunungan Tengah (1995 – 1996)
CPNS Kantor SOSPOL Kabupaten Merauke (1996-1997)
PNS Kantor SOSPOL Kabupaten Merauke (1997)
Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya (2001-2005)
Bupati Kabupaten Puncak Jaya (2007-2012)
Ketua DPD Partai Demokrat Papua (2006-2011, 2012-2017, 2017-2022)
Gubernur Provinsi Papua (2013-2018, 2018-2023).
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!