Jayapura, Jubi – Perubahan alam dari hutan menjadi kota terkadang memakan korban termasuk burung-burung yang kehilangan rumah mereka yaitu pohon-pohonan. Tembok-tembok dan bangunan telah menggantikan hutan menjadi rumah maupun bangunan fasilitas udara maupun lainnya.
Siang itu, Kamis (15/6/2023), menjelang kembali ke Jakarta dari Amsterdam, saat duduk di café, jurnalis Jubi.id melihat banyak burung beterbangan mencari sesuap makanan yang tersisa di meja makan pemilik café. Beragam burung ada elang berwarna hitam hingga burung elang laut berwarna putih.
Tampak dari kejauhan burung-burung itu saling berebutan sisa-sisa makanan yang tertinggal di atas meja. Burung elang laut cukup besar sehingga lebih unggul dalam merebut makanan. Sedangkan burung elang kecil berwarna hitam tersingkir dan menunggu saat elang laut itu terbang meninggalkan meja tersebut.
Beruntung, di Belanda aturan pemerintah sangat ketat sehingga burung dara merpati, itik, dan angsa di sekitar kanal di sepanjang kota Utrech beterbangan dengan bebas.
“Kalau ada yang berani menangkap atau membunuh mereka sudah pasti kena hukuman,” kata paitua Biak Timur, Arish Wader, kepada Jubi.id, di Den Haag, belum lama ini.
Dia menambahkan di tempat tinggalnya, flat berlantai enam, terdapat jaring-jaring penghalang bagi burung merpati untuk masuk.
“Saya punya flat terdapat dua burung merpati yang kitong di Papua bilang burung Pombo, sudah bertelur dan saya anggap burung Pombo piaraan saya,” katanya seraya menambahkan kalau dilarang untuk membiarkan burung tinggal di teras rumahnya.
“Saya biasa memberikan mereka makanan roti dan sedikit mentega,” katanya sambil tertawa.
Bahkan kata Wader, pria berusia 75 tahun itu, kalau sering memberikan makan mereka sudah pasti banyak burung yang datang dan mau tinggal di rumahnya. Tetapi karena ada jaring sehingga burung sulit masuk dan tinggal di depan teras flatnya yang berlantai enam itu.
Saking banyaknya burung di Belanda, termasuk di sekitar bandara internasional Schiphol Amsterdam, jelas sangat berbahaya dan mengganggu bagi penerbangan di sana. Solusi yang digunakan pemerintah Belanda untuk menjaga masuknya burung-burung di lokasi bandara Amsterdam dengan memasukan dan memelihara babi di sekitar Bandara Schiphol.
Tabrakan antara pesawat dan burung yang lebih besar, seperti angsa, dapat menimbulkan bahaya serius, terutama jika hewan itu tersedot ke dalam mesin.
“Bandara Schiphol melihat sekitar 150 serangan burung pada tahun 2020 dan babi adalah salah satu dari beberapa tindakan yang diambil bandara untuk mencoba menurunkan jumlah serangan tersebut,” kata juru bicara Bandara Schiphol, Willemeike Koster, sebagaimana dikutip Jubi.id dari CNN Indonesia.com.
“Uji coba ini melibatkan babi yang mencari makan di lahan seluas lima hektar di mana tumbuhan bit gula baru-baru ini dipanen di antara dua landasan pacu,” kata Bandara Schiphol dalam siaran pers pada September 2020. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!