Jayapura, Jubi – Kementerian Komunikasi dan Informatika atau Kominfo mengajak pemuda Papua, untuk terus berinovasi dan berkreasi, dalam menghadapi bonus demografi 2030.
Ajakan tersebut disampaikan saat Forum Literasi Demokrasi bertema “Harmoni Tradisi dan Modernitas: Inovasi Kreasi Anak Muda Papua” di Gedung Pertemuan Papua Youth Creative Hub, Kota Jayapura, Provinsi Papua, Kamis (27/6/2024).
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo, Usman Kansong dalam sambutannya mengatakan, dirinya merasa sangat bangga akan adanya Papua Youth Creative Hub yang telah menjadi sarana bagi anak muda Papua untuk berkreasi, mengembangkan dan mengekspresikan diri di segala bidang kreativitas.
Usman juga mengajak anak-anak muda Papua untuk keluar dari zona nyaman, dan berani menjadi seorang entrepreneur atau pengusaha yang dapat menyediakan lapangan pekerjaan, terlebih Indonesia akan segera menghadapi bonus demografi tahun 2030 mendatang.
“Pada tahun 2030, kita akan menghadapi bonus demografi, suatu kondisi ketika usia produktif berada dalam angka terbesar dalam struktur kependudukan Indonesia. Ketika usia produktif jumlahnya banyak, artinya kebutuhan lapangan pekerjaan juga besar,” kata Usman.
“Bayangkan,” lanjutnya, “Kalau kita semua hanya kepikiran menjadi pegawai atau karyawan, maka tentunya akan terjadi banyak pengangguran sebab lapangan pekerjaan tidak bertambah.”
![Kominfo ajak pemuda Papua terus berinovasi 5 Forum Literasi Demokrasi bertema "Harmoni Tradisi dan Modernitas: Inovasi Kreasi Anak Muda Papua" di Gedung Pertemuan Papua Youth Creative Hub, Kota Jayapura, Provinsi Papua, Kamis (27/6/2024)](https://jubi.id/wp-content/uploads/2024/06/IMG_20240628_150356.jpg)
Dia berujar bahwa Papua Youth Creative Hub dibangun oleh pemerintah sebagai implementasi dan pengejawantahan komitmen pemerintah, untuk membangun pusat pengembangan dan pemberdayaan talenta Papua sebagai motor penggerak sumber daya manusia dan ekonomi Papua.
“Jadi, ini merupakan sarana pendidikan sekaligus sarana untuk menumbuhkembangkan ekonomi kreatif di Papua,” katanya.
Acara ini juga menghadirkan tiga narasumber yang jadi pembicara utama dalam sesi diskusi, seperti, Avelinus Lefaan Dosen Universitas Cenderawasih Jayapura, Yunita Alanda Monim, Putri Indonesia Papua 2023, dan Meilaine Osok Sekretaris Jenderal PYCH.
Avelinus Lefaan mendorong agar anak-anak muda untuk segera mendapatkan pekerjaan setelah menyelesaikan pendidikannya dan mandiri dalam menentukan jalan hidup, yang akan ditempuh ke depannya tanpa menunggu-nunggu bantuan dari pihak lain.
“Ilmu tidak terbatas di kampus, dosen hanya mengajar 30 persen sedangkan 70 persen lain anda harus mencarinya sendiri. Dunia ini tidak akan memanjakan Anda, pemerintah tidak akan bisa menjaminkan suatu pekerjaan. Namun, mereka hanya bisa memberikan kebebasan serta memfasilitasi masyarakat agar bisa bekerja,” ujar Avelinus.
Sementara itu Yunita Alanda Monim menyebutkan, dalam rangka menjaga keseimbangan antara tradisi dan modernitas, dirinya selalu menampilkan bahwa dia adalah orang Papua kemanapun dirinya pergi.
Maka dari itu, apa saja yang digunakan dan lakukan harus selalu disesuaikan dengan nilai-nilai budaya Papua.
“Banyak orang yang bilang cinta Papua, tapi kebanyakan tidak menerapkan nilai-nilai budaya Papua tersebut. Secara tidak sadar kita hanya bicara di mulut saja tetapi tidak menunjukkannya lewat perilaku, kata Yunita.
Sedangkan Meilaine Osok yang membicarakan soal identitas budaya menyoroti tentang cara mempertahankan identitas budaya yang salah, sehingga menutup diri dari modernisasi, yang pada akhirnya hanya akan merugikan masyarakat itu sendiri. Lantas bagaimana caranya mempertahankan identitas budaya?
“Pertama, kita harus kenali dulu apa yang sudah berubah, kemudian hadirkan diri diri kita pada zaman itu, lihat sekeliling kita, serta kenali diri kita sendiri sehingga hal itu dapat menjadi acuan untuk kembali kepada akar kita. Tetapi itu tidak akan menjadi suatu penghambat untuk menutup diri dari modernisasi,” kata Osok.
Kegiatan yang dihadiri sekitar 150 mahasiswa dan masyarakat umum ini, diharapkan agar para pemuda Papua, semakin terdorong untuk terus berinovasi dan berkreasi, serta mampu menjadi penggerak utama dalam menghadapi tantangan bonus demografi 2030. (*)
Discussion about this post