Jakarta, Jubi – Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan Penyakit Kuku dan Mulut atau PMK terus berupaya meningkatkan akurasi sistem pelaporan kasus PMK guna memberikan gambaran penanganan kasus secara akurat.
“Kami terus berupaya meningkatkan akurasi sistem pelaporan, hal ini menjadi penting agar informasi yang disampaikan ke publik betul-betul mendeskripsikan penanganan kasus PMK di lapangan,” kata Koordinator Tim Pakar Satgas Penanganan PMK Prof. Wiku Adisasmito dalam konferensi pers mengenai perkembangan penanganan PMK, yang diakses secara daring dari Jakarta, Kamis (11/8/2022).
Wiku mengatakan petugas pengumpul data di daerah diharapkan terus melakukan sinkronisasi data manual dan digital termasuk dengan data yang dikumpulkan oleh petugas unsur TNI dan Polri.
Pihaknya juga mengimbau seluruh satgas yang ada di lapangan untuk selalu melakukan pengamatan secara teliti guna menemukan ternak-ternak dengan gejala klinis mirip PMK dan melaporkan setiap terjadi penambahan kasus baru PMK.
Sementara itu, Wiku juga menginformasikan bahwa pihaknya terus mengoptimalkan strategi testing guna mendukung upaya penanganan wabah yang menyerang hewan ternak tersebut.
“Strategi testing sebagai upaya diagnostik PMK, memastikan lalu lintas ternak dan produk asal hewan aman PMK, serta surveilans PMK agar segera berjalan,” katanya.
Dia menambahkan, pemerintah telah menargetkan kuota pemeriksaan atau testing sebanyak kurang lebih 345.000 sampel guna memastikan pengendalian wabah yang maksimal, serta memberikan perlindungan terbaik bagi hewan ternak rentan PMK.
“Kegiatan testing akan dilakukan di 12 laboratorium yang ditunjuk oleh Kementerian Pertanian,” katanya.
Selanjutnya, terdapat 27 laboratorium di bawah koordinasi Badan Karantina Pertanian RI masih dalam proses pengkajian untuk dinilai kesesuaian sarana dan prasarananya untuk memeriksa sampel PMK.
“Beberapa laboratorium di bawah kementerian lain juga disiapkan untuk dapat membantu pemeriksaan jika diperlukan dalam rangka percepatan testing,” katanya.
“Lokasi dimaksud seperti rumah potong hewan atau spesimen yang diperoleh dari jalur lalu lintas ternak ke laboratorium rujukan. Pengiriman spesimen perlu dilakukan secara berkala untuk memastikan keadaan hewan ternak,” katanya. (*)