Jayapura, Jubi – Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Kepulauan Yapen tercatat sebanyak 1.904. Jumlah tersebut dihimpun Dinas Kesehatan sejak tahun 1995 sebanyak 1.875, ditambah 29 kasus pada periode 31 September 2024.
Penanggung Jawab HIV/AIDS Kepulauan Yapen, Ina Wayoi, mengatakan rata-rata pasien terjangkit HIV/AIDS pada kelompok umur produktif yaitu 25 sampai 49 tahun dengan jumlah status HIV 664 dan AIDS 410 kasus.
“Total angka HIV dan AIDS sebanyak 1.074 kasus,” kata Wayoi saat diwawancarai Jubi via telepon, pada Senin (7/10/2024).
Selain kelompok umur, angka HIV/AIDS juga ada yang sesuai catatan suku. Orang Asli Papua (OAP) tercatat paling tinggi. Kasus HIV OAP tercatat sebanyak 1.165 kasus dan AIDS sebanyak 630 kasus, totalnya sebanyak 1.795 kasus.
“Kalau catatan suku non-OAP, kasus HIV sebanyak 67 kasus dan AIDS 42 kasus, ditotalkan jadi 109 kasus,” ujarnya.
Ia menjelaskan, faktor risiko penularan HIV/AIDS di Kepulauan Yapen adalah pergaulan bebas atau hubungan seksual secara berganti-ganti pasangan (heteroseksual). Heteroseksual berkontribusi menularkan kasus HIV sebanyak 1.212 kasus, AIDS sebanyak 655 kasus, totalnya 1.867 kasus.
“Menyusul, kasus penularan pada ibu ke anak, penularan HIV tercatat sebanyak 9 kasus dan AIDS sebanyak 12 kasus, ditotalkan jadi 21 kasus. Faktor penularan lainnya belum diketahui,” ujarnya.
Sementara itu, Administrator Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Kepulauan Yapen, Marlon Mundoni, mengatakan Kepulauan Yapen menerapkan kebijakan desentralisasi HIV/AIDS, sebagai upaya memutus mata rantai penularan virus HIV meski belum maksimal.
“Kendala yang kami hadapi itu soal jangkauan ke kampung-kampung, kami belum bisa ke sana karena masalah biaya transportasi yang tidak cukup,” katanya.
Mundoni menjelaskan kebijakan desentralisasi membantu mempermudah pemeriksaan pasien, agar mereka tidak perlu lagi memeriksakan diri ke rumah sakit di luar Kepulauan Yapen.
“Sebelum desentralisasi itu kami lakukan pemeriksaan pasien di RS Dok II Jayapura, sekarang tidak lagi, kami langsung periksa pasien di RS Serui. Itu juga mempermudah ODHA untuk ambil obat [ARV] di Serui,” ujarnya.
Mundoni berharap dengan adanya upaya dan kebijakan-kebijakan yang diterapkan, bisa membantu memutuskan mata rantai penularan HIV/AIDS di Kepulauan Yapen.
“Kami ingin generasi kami pada usia produktif bisa menjaga pergaulan dengan sehat, supaya kita akhiri masalah ini dengan cepat,” katanya. (*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!