Jayapura, Jubi – Capaian imunisasi dalam Pekan Imunisasi Nasional atau PIN Polio 2024 di beberapa provinsi Tanah Papua masih sangat rendah. Kondisi geografis yang sulit, keterbatasan tenaga kesehatan, gangguan keamanan, hingga masih ada penolakan imunisasi menjadi penyebabnya.
Health Officer – Immunization UNICEF Papua, dr Husny Muttaqin mengatakan hingga 13 Juni 2024, dosis pertama vaksin polio di Tanah Papua baru diberikan kepada 351.998 anak, setara 40,7 persen dari total sasaran. Sedangkan dosis kedua vaksin polio baru diberikan kepada 11.475 anak, atau setara 1,3 persen total sasaran.
Sepanjang PIN Polio yang digelar Mei – September 2024, diharapkan ada 95 persen dari 865.690 anak di Tanah Papua yang mendapat vaksin polio. “[Capaian imunisasi polio dosis pertama] masih rendah [dibanding target] sasaran. [Seharusnya yang terimunisasi mencapai] 95 persen [dari target sasaran],” kata Husny kepada Jubi, pada Sabtu (15/6/2024).
Husny mengatakan pemerintah provinsi/kabupaten/kota di Tanah Papua harus bekerja keras untuk meningkatkan capaian imunisasi PIN Polio. “Masih perlu ditingkatkan dalam pelaksanaan PIN Polio itu, agar cakupan bisa terkejar, mengingat [paket lengkap imunisasi] Polio itu empat putaran,” ujarnya.
Husny mengatakan penyebaran informasi/sosialisasi PIN Polio harus terus digencarkan, memobilisasi tenaga kesehatan dan masyarakat ke lokasi-lokasi sasaran imunisasi. Ia mengatakan hal ini tentu perlu dukungan dari semua pihak baik organisasi perangkat daerah, lembaga agama, lembaga adat, hingga organisasi profesi .
Husny mengatakan dinas kesehatan di Tanah Papua sudah harus bisa memetakan kampung mana saja yang memiliki cakupan imunisasi polio yang rendah. Husny mengatakan perlu ada strategi khusus untuk sejumlah daerah yang sulit dijangkau tenaga kesehatan, baik karena kendala operasional dan aksesibilitas.
“Misalnya, dengan melibatkan kader atau gereja yang memiliki bidang-bidang kesehatan untuk dilibatkan, termasuk untuk penetesan [vaksin polio]. Jumlah pos pos penetesan [vaksin] juga sebaiknya ditambah, agar aksesnya jadi semakin luas,” ujarnya.
Husny mengingatkan dampak yang terjadi apabila anak-anak tidak mendapatkan imunisasi PIN Polio. “Anak yang tidak diimunisasi polio akan berisiko terkena polio dan lumpuh, karena tidak kebal virus polio. Padahal polio mudah menular lewat makanan yang terkontaminasi virus dari tinja yang ada di tanah atau air,” katanya.
Berbagai kendala di Papua Tengah
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana Provinsi Papua Tengah, drg Yohanes Tebai mengatakan ada beberapa kendala yang dihadapi sehingga cakupan imunisasi polio belum mencapai target 95 persen. Diantaranya, koordinasi organisasi perangkat daerah yang belum berjalan maksimal dan hanya sebatas melakukan peluncuran PIN Polio.
“Dilakukan bupati hanya sebatas launching PIN Polio. [Di] Kabupaten Deiyai, [PIN Polio] baru mulai tiga hari lalu imunisasi. Jadi target 95 persen lambat,” kata Tebai pada Jumat (14/6/2024).
Tebai mengatakan kendala lain adalah letak geografis dan gangguan keamanan di beberapa daerah seperti Kabupaten Puncak Jaya, Puncak, dan Intan Jaya. Ia juga mengatakan pencapaian target PIN Polio juga terkendala jauhnya jarak yang harus ditempuh warga untuk mendatangi pos penetesan vakin polio, dan adanya resistensi warga untuk mengizinkan anak mereka diimunisasi.
Pelaporan PIN berbasis daring juga menyulitkan tenaga kesehatan di kampung yang tidak memiliki jaringan internet untuk mengupdate data. “Ini semua terjadi rata-rata di semua kabupaten yang [capaian imunisasi masih] di bawah 20 persen,” ujarnya.
Tebai mengatakan pihaknya telah melakukan monitoring dan evaluasi guna menggenjot capaian imunisasi di Papua Tengah, diantaranya meningkatkan jumlah pos PIN Polio. Direncanakan akan ada 351 pos PIN Polio di Papua Tengah, tersebar di Kabupaten Nabire (41 pos), Kabupaten Puncak Jaya (38 pos), Kabupaten Paniai (54 pos), Kabupaten Mimika (69 pos), Kabupaten Puncak (32 pos). Adapun pos PIN Polio di Kabupaten Dogiyai (41 pos), Kabupaten Intan Jaya (40 pos) dan Kabupaten Deiyai (34 pos).
“Kita sudah evaluasi dan monitoring,” katanya.
Tebai mengatakan usaha lain yang dilakukan yakni penyebaran informasi PIN Polio di media sosial, serta pemasangan spanduk di lokasi strategis. Tebai juga ingin menambah tenaga kesehatan yang melakukan imunisasi polio, dan mengumpulkan anak-anak dengan sasaran besar di satu lokasi. “Harus dikumpulkan semua baru tetes [pemberian Polio],” ujarnya.
Provinsi Papua Tengah memiliki 13 rumah sakit, 95 puskesmas, 160 puskesmas pembantu. Berbagai fasilitas kesehatan di Papua Tengah memiliki 380 dokter, 3.046 perawat, 1.201 bidan, dan 370 tenaga kesehatan masyarakat.
Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Elia Tabuni Mgr MSc pada (5/6/2024) mengatakan melakukan upaya akselerasi capaian PIN Polio telah dilakukan, termasuk melalui koordinasi dengan pimpinan dinas kesehatan kabupaten/kota.
Dinas Kesehatan Papua menyarankan penyelenggaraan PIN Polio untuk beberapa kampung yang berdekatan dapat digabungkan, dan meminta penambahan tim di wilayah dengan jumlah anak sasaran PIN Polio yang banyak. “Kami mengharapkan pimpinan daerah melakukan intervensi,” katanya. (*)
Discussion about this post