Jayapura, Jubi – Setiap dua tahun, Angkatan Bersenjata di Kaledonia Baru menyelenggarakan latihan militer berskala besar bertajuk Croix du Sud atau “Palang Selatan”. Tahun ini, latihan tersebut melibatkan pasukan dari 19 negara dan berfokus pada pemberian bantuan kemanusiaan bagi warga Wallis dan Futuna, yang terdampak bencana alam.
Latihan militer yang telah digelar sejak 2012 ini bertujuan melatih kesiapsiagaan Angkatan Bersenjata Kaledonia Baru (FANC) dan mitranya di kawasan Pasifik untuk melakukan operasi bantuan kemanusiaan di wilayah terpencil yang minim akses terhadap sumber daya manusia dan material. Latihan tahun ini dijadwalkan berlangsung dari 23 April hingga 4 Mei 2025.
Wallis dan Futuna Jadi Lokasi Latihan untuk Pertama Kali

Untuk pertama kalinya, latihan Palang Selatan diadakan di Kepulauan Wallis dan Futuna, Pasifik Selatan. Selama sepekan terakhir, wilayah ini mulai ramai oleh kedatangan pasukan asing.
“Ini adalah pasukan yang terlibat dalam Operasi Palang Selatan,” demikian dikutip Jubi dari situs la1ere.francetvinfo.fr, Kamis (24/4/2025).
Latihan ini juga menjadi ajang uji coba bagi Pacific Respons Group (PRG), kelompok koordinasi aksi militer kawasan yang dibentuk dalam KTT Menteri Pertahanan Pasifik di Noumea, awal 2023. PRG akan berperan penting dalam mengoordinasikan bantuan regional pascabencana.
Untuk pertama kalinya juga, Pacific Special Advisory Team (PSAT), unit ahli dalam PRG, dikerahkan. Mereka bertugas memberikan dukungan strategis, memfasilitasi koordinasi bantuan, dan menawarkan solusi sesuai kondisi lapangan.
Simulasi Penanganan Bencana dan Evakuasi
Dua kapal Angkatan Laut Prancis, D’Entrecasteaux dan Bougainville, telah berlabuh di pelabuhan Mata’Utu. Kapal-kapal ini akan mendukung simulasi penyelamatan di laut.
“Membentuk gugus kapal dengan D’Entrecasteaux akan memungkinkan kami melaksanakan semua langkah mendasar dalam mendukung warga pascabencana—mencari korban, membantu yang terluka, dan melakukan evakuasi ke daratan,” jelas Letnan Komandan P. Cornet, Komandan Bougainville.
Pada Rabu (23/4), pukul 08.00–09.30 pagi waktu setempat, pesawat A400M menjatuhkan dua skuadron dari ketinggian 1.000 kaki di atas Bandara Hihifo, Wallis. Di siang hari, penerjun payung melompat dari pesawat CASA dari ketinggian 13.000 kaki.
Keterlibatan Warga dan Sektor Pendidikan
Latihan ini juga melibatkan penduduk setempat dalam berbagai kegiatan sosial, guna memperkuat hubungan antara militer dan masyarakat. Beberapa kegiatan yang direncanakan antara lain pemeliharaan jalur benteng Tonga di Wallis dan perbaikan fasad Basilika Poï di Futuna.
Kelompok pelajar akan mengunjungi dua kapal perang Prancis, mengikuti pelatihan pengenalan pesawat, simulasi pertolongan pertama, hingga informasi tentang perekrutan militer dan kewarganegaraan.
FANC juga menyediakan logistik untuk pengangkutan barang dari Noumea ke Wallis dan Futuna, termasuk pemindahan tiang transmisi antara Wallis dan Alofi dengan bantuan helikopter PUMA—manuver rumit yang dijadwalkan pada 26 April.
Sejumlah LSM, seperti Ordo Malta, Palang Merah, dan Bank Makanan, turut serta dalam latihan ini dan menggelar berbagai sesi edukasi publik mengenai pertolongan pertama.
Tentang Wallis dan Futuna
Menurut Wikipedia, Wallis dan Futuna adalah wilayah seberang laut Prancis (collectivité d’outre-mer/COM) sejak 28 Maret 2003. Sebelumnya, wilayah ini berstatus territoire d’outre-mer/TOM. Ibu kotanya adalah Mata’Utu.
Wilayah ini terdiri dari tiga pulau vulkanik tropis dan sejumlah pulau kecil. Dua kelompok pulau utama adalah Kepulauan Wallis (Uvea) di timur laut dan Kepulauan Hoorn (Futuna dan Alofi) di barat daya. Luas wilayah ini mencapai 142,42 km², dengan populasi sekitar 11.151 jiwa berdasarkan sensus Juli 2023.
Wilayah ini resmi menjadi protektorat Prancis sejak perjanjian yang ditandatangani oleh para raja lokal antara tahun 1887–1888, dan diintegrasikan ke dalam koloni Kaledonia Baru pada 1917. (*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!