Jayapura, Jubi – Saat dunia memperingati Hari Laut Sedunia 2025, Minggu 8 Juni 2025, salah seorang alumni Australia Awards, Henry Kaniki, membuat gebrakan dalam konservasi laut di Kepulauan Solomon.
Ia menggunakan keahlian akademis dan semangat komunitas untuk mengabdikan ilmunya, memberikan manfaat, dan menciptakan dampak di dunia nyata.
Dari melindungi penyu yang terancam punah hingga memberdayakan masyarakat pesisir, pekerjaannya membantu memastikan lautan terus menopang kehidupan penduduk Kepulauan Solomon untuk generasi mendatang. Demikian dikutip jubi.id dari laman resmi www.solomonstarnews.com, Minggu (8/6/2025).
Henry memegang gelar Magister Sains dalam Ilmu dan Manajemen Perikanan dari Universitas James Cook, Australia, yang didukung oleh Beasiswa Australia Awards. Ia sangat antusias berjuang menyelamatkan penyu dan lingkungan terumbu karang terbesar di dunia yang berada di negara Kepulauan Solomon.

Saat dunia merayakan Hari Laut Sedunia pada 8 Juni, kisah Henry menyoroti peran penting konservasi berbasis masyarakat dalam menjaga lautan dan sumber daya kelautan.
Tumbuh di sepanjang pantai, Henry mengembangkan ikatan yang dalam dengan lautan.
“Saya selalu tertarik dengan laut,” katanya. “Jadi, ketika saya masuk universitas, saya memilih untuk belajar Ilmu Kelautan,” tambahnya.
Penelitian tersebut mengarahkannya pada jalur yang mencakup lebih dari satu dekade kerja konservasi. Salah satu pencapaiannya yang paling signifikan adalah memimpin deklarasi Taman Laut Komunitas Nasional Arnavon—kawasan lindung pertama di bawah Undang-Undang Kawasan Lindung Kepulauan Solomon tahun 2010, dan lokasi bersarang terbesar di Pasifik bagi penyu sisik yang terancam punah.
Termotivasi oleh kerja lapangannya, Henry mengejar gelar masternya untuk mendapatkan perspektif global dan memperluas dampaknya.
“Pengalaman Australia Awards membuka banyak peluang. Pengalaman ini membantu saya memahami bagaimana tindakan lokal berkontribusi pada tujuan konservasi global,” katanya.
Saat ini, ia mengelola proyek konservasi laut selama tujuh tahun sebagai Manajer Konservasi untuk World Wildlife Fund (WWF) Kepulauan Solomon.
Proyek ini berfokus pada manajemen sumber daya berbasis masyarakat—memberdayakan masyarakat untuk mengelola sumber daya kelautan mereka, memperkuat tata kelola, serta mendukung mata pencaharian perempuan dan inklusi keuangan.
“Kami bekerja sama erat dengan pemerintah provinsi, kementerian, dan masyarakat untuk merancang bersama rencana konservasi.
Tujuannya adalah keberlanjutan jangka panjang—di mana masyarakat terus mengelola sumber daya laut mereka bahkan setelah proyek berakhir,” kata Henry.
Dengan 98 persen wilayah Kepulauan Solomon terdiri dari lautan, Henry menekankan kebutuhan mendesak akan pengelolaan sumber daya kelautan yang berkelanjutan.
“Sekalipun Anda tidak punya uang di saku, laut tetap bisa memberi Anda makanan dan penghasilan—tetapi tidak selamanya jika kita tidak melindunginya,” ia memperingatkan.
“Mulailah dari tempat Anda berada. Ambil kepemilikan dan mari bersatu dalam upaya melindungi dan melestarikan lautan serta sumber daya kelautan kita untuk generasi mendatang.”
Hari Laut Sedunia
Mengutip unworldoceansday.org, dilaporkan bahwa Hari Laut Sedunia PBB 2025 diselenggarakan oleh Divisi Urusan Kelautan dan Hukum Laut dari Kantor Urusan Hukum (DOALOS), dalam kemitraan dengan dan dimungkinkan oleh Oceanic Global.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa Minggu, 8 Juni 2025, adalah Hari Laut Sedunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa akan membuka Konferensi Kelautan PBB di Nice, Prancis (9–13 Juni 2025).
Penyelarasan unik dari dua acara kelautan utama PBB ini merupakan peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk memperkuat visibilitas dan upaya kolaboratif bagi lautan. Mengacu pada sifat khusus dari acara tersebut, Hari Laut Sedunia 2025 akan mengangkat tema: “Keajaiban: Mempertahankan Apa yang Mempertahankan Kita.”
Hari Laut Sedunia bertujuan mengedukasi masyarakat tentang peran laut dalam menyediakan oksigen, sumber daya alam, serta mendukung keberagaman hayati yang sangat vital bagi ekosistem global.
Peringatan ini juga mengingatkan akan tantangan yang dihadapi laut, seperti polusi plastik, penangkapan ikan berlebihan, dan perubahan iklim yang mengancam keseimbangan ekosistem laut. Hari Laut Sedunia menjadi ajakan bagi semua orang untuk berkontribusi dalam melindungi laut, melalui tindakan seperti mengurangi sampah plastik, mendukung kebijakan perlindungan laut, dan menjaga kelestarian habitat laut.
Mari bersama-sama menjaga lautan kita untuk mendukung kehidupan yang lebih sehat, lestari, dan berkelanjutan bagi masa depan bumi.
Menelisik tentang Hari Laut Sedunia, konsep ini awalnya diusulkan pada tahun 1992 oleh Pusat Pengembangan Laut Internasional Kanada dan Institut Kelautan Kanada pada Earth Summit Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan di Rio de Janeiro, Brasil. (*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!