Jayapura, Jubi – Pakar geoteknik dari Selandia Baru akan segera menyelesaikan penilaian tanah di lokasi longsor yang mematikan di Provinsi Enga, Papua Nugini. Lebih dari 7000 orang telah dievakuasi dan pemerintah yakin lebih dari 2000 orang masih terkubur di bawah tanah longsor yang belum stabil, setelah lebih dari seminggu pasca bencana.
Penduduk kampung melaporkan bahwa tujuh jenazah lagi dikuburkan, Sabtu (1/6/2024), sore dari sembilan jenazah yang ditemukan. Demikian dikutip Jubi.id dari rnz.co.nz, Senin (3/6/2024). Dua jenazah lainnya akan dibawa ke Provinsi Barat oleh keluarga mereka.
Tim Geohazard hari ini akan menyampaikan temuan awal mereka dari lokasi bencana yang masih belum stabil tersebut. Lokasi yang sama dimana tanah longsor serupa pernah terjadi 30-40 tahun yang lalu.
Rekomendasi-rekomendasinya termasuk mengatasi aliran air dari ground zero, mengisolasi anak-anak sungai, menstabilkan batu-batu besar, menyatakan daerah-daerah yang berisiko tinggi terjadinya tanah longsor, dan menilai retakan-retakan yang mendasarinya.
Para ahli juga mencatat bebatuan lepas di gunung menimbulkan risiko bagi masyarakat di hilir.
Kekurangan bahan bakar telah memengaruhi operasi darurat sementara jalan ke Porgera masih diblokir.
Sementara itu, komunitas Tionghoa di Wabeg memberikan makanan kepada para penyintas dan pengungsi desa yang terkena dampak tanah longsor besar-besaran di Papua Nugini.
Bahan makanan yang disumbangkan antara lain biskuit, beras, ikan kaleng, mie, air minum kemasan, minyak goreng, dan sumbangan uang tunai sebesar US$26.000.
Pihak berwenang mengatakan ada kebutuhan mendesak untuk membangun jalan pintas untuk mencegah krisis kemanusiaan di Porgera karena berkurangnya pasokan makanan dan bahan bakar.
Menurut laporan dan asesmen terbaru Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), kepemimpinan politik terhadap rencana tanggap darurat bencana longsor Enga sangat kurang.
“Kurangnya kepemimpinan yang tepat dari para pemimpin masyarakat dan tim tanggap bencana provinsi, dan tidak adanya pasukan keamanan untuk mengendalikan massa.” (*)
Discussion about this post