Opini  

Membangun ekonomi berbasis masyarakat adat di Papua

ekonomi
Ilustrasi, hutan di Papua yang berada ancaman deforetasi. – Jubi/Mongabay.co.id

Oleh: Maximus Sedik

Perkembangan dunia saat ini mempengaruhi pola kehidupan masyarakat, terutama aktivitas ekonomi—sendi yang menopang kehidupan secara individu, maupun secara kelompok dalam segala pengembangan yang berbeda. Parameter kesejahteraan seseorang juga dilihat dari bagaimana ekonominya, sehingga persaingan kehidupan semakin luas.

Industrialisasi pun berkembang pesat di seluruh dunia. Setiap manusia dibekali berbagai kemampuan, untuk bekerja di berbagai industri ekstraktif maupun nonekstraktif, untuk membiayai kehidupan keluarga dan kebutuhan lainnya.

Dalam sistem tata negara, terutama di negara-negara dunia ketiga selalu ada inovasi baru—atau melalui kerja sama bilateral dan multilateral—untuk meningkatkan perekonomiannya.

Tanah Papua adalah salah satu pulau di kawasan timur Indonesia—salah satu negara berkembang atau dunia ketiga. Tanah Papua terdiri atas kawasan pegunungan, rawa-rawa, lembah, dan pesisir. Aspek ini mempengaruhi aktivitas ekonomi masyarakat Papua. Kondisi alam Papua turut membentuk kreativitas orang asli Papua (OAP), untuk mengembangkan dan mempertahankan hidupnya.

Di daerah pegunungan misalnya, aktivitas utama adalah berburu dan bercocok tanam dengan banyak jenis tanaman. Aktivitas kerohanian dan kebudayaan juga coraknya berbeda. Sedangkan OAP yang mendiami daerah berawa menotok sagu sebagai makanan utama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masyarakat di pesisir juga beraktivitas harian sebagai nelayan.

Kehidupan penduduk asli Papua berpusat pada alam sebagai sumber kehidupan primer dan sekundernya. Dengan alam yang masih subur penduduk asli Papua berkebun dengan cara tradisional.

Sebelum membuka lahan perkebunan atau melakukan aktivitasnya, penduduk asli Papua melakukan ritual adat sesuai dengan kearifan lokalnya. Misalnya sebelum mendayung perahu untuk mencari ikan, mereka terlebih dahulu membaca arah angin, dan menentukan tempat dimana pusat ikan.

Yang dilakukan pasti memiliki nilai tersendiri karena alam bukan sekadar pusat hidup. Alam bagi penduduk asli Papua adalah roh dan jiwanya, sehingga ada hubungan timbal-balik antara manusia dengan alam.

Membangun basis ekonomi Papua dilakukan meliputi beberapa bidang, seperti, pertanian, perikanan, peternakan, dan pariwisata.

Pertama, pertanian, yang mencakup beberapa kelompok seperti sayur-sayuran dan ubi-ubian. Kelompok ini disebut sebagai basis yang bergerak untuk menyediakan bahan-bahan dan diberi pelatihan untuk mengaturnya.

Untuk mengatur bahan-bahan ini hingga sampai di pasar ada kelompok yang namanya penyuplai. Ada juga kelompok yang hanya menjual hasil-hasil buminya. Kelompok ini juga bekerja sama dengan restoran, hotel, dan lain-lain.

Sagu adalah makanan utama orang Papua di wilayah dataran rendah. Beberapa wilayah pesisir di Tanah Papua, seperti Tambrauw tumbuh hutan sagu—yang bisa diproduksi menjadi berbagai bahan makanan seperti papeda dan berbagai penganan lainnya.

hutan sagu
Ilustrasi, hutan sagu di Papua. – Jubi/Dok

Akan tetapi, dusun-dusun sagu perlahan berubah menjadi “dusun beton”. Oleh sebab itu, saatnya hutan sagu harus dilestarikan untuk diwariskan kepada anak-anak cucu, agar tetap menjadi sumber kehidupan mereka kelak;

Kedua, perikanan, yang terbagi menjadi perikanan laut dan perikanan darat. Pada bidang perikanan laut, nelayan membentuk kelompok sesuai dengan tempat masing-masing. Kelompok yang bertugas untuk mencari ikan di laut itu dibekali kemampuan untuk menangkap ikan.

Masyarakat Papua sudah terbiasa dan mengetahui medan yang dihadapi. Penangkapannya pun dilakukan secara tradisional dan ramah lingkungan. Yang menangkap ikan bertugas membawa hasil tangkapannya di darat. Ada juga kelompok yang siap membeli tangkapan nelayan ini dan membawa atau menjualnya kembali ke restoran, warung, dan lain-lain.

Sedangkan kelompok yang bergerak di sektor perikanan darat mengembangkan ikan-ikan air tawar. Mereka memelihara ikan dalam bentuk yang besar dan sistem pemasarannya sama seperti di atas;

Ketiga, pariwisata. Di Tanah Papua banyak tempat eksotis yang menarik minat wisatawan. Tempat ini terdapat di pesisir pantai maupun pegunungan.

Ada kelompok yang bertugas untuk menata tempat-tempat ini dan ada pula kelompok yang menyedikan warung-warung kecil untuk para pengunjung di sekitar spot wisata tersebut. Ada juga kelompok petugas kebersihan di sekitar tempat wisata, yang merawat seluruh perlengkapan wisata. Pemilik kawasan menyediakan fasilitas berupa homestay untuk para wisatawan yang ingin bermalam. Keberadaan media juga sangat penting untuk mempromosikan tempat-tempat ini.

Sektor-sektor ini diatur dengan baik. Sistem yang dibangun secara perlahan berdampak pada ekonomi masyarakat.

Alam Papua yang begitu kaya sebenarnya mampu meningkatkan perekonomian penduduk asli. Pemerintah semestinya melakukan pemberdayaan berbasis masyarakat adat.

Dusun sebagai penyedia dan pusat ekonomi ramah lingkungan. Dusun sagu, dusun berburu, dusun memancing, dusun molo (penyelaman), dusun bore, dan semua dusun sangat potensial untuk dikembangkan, demi meningkatkan perekonomian masyarakat.

Membangun komunitas masyarakat itu sangat penting untuk mengatur, mendorong, dan meningkatkan ekonomi mereka.

Namun, secara kasat mata orang Papua berjualan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Belum terlihat untuk meningkatkan profit. “Hari ini jual hari ini habis dan besok jual lagi dan seterusnya”. Kita belum sampai pada tahap bagaimana potensi itu mendatangkan uang.

Dusun-dusun masyarakat Papua harus dijaga dari para pemilik modal besar. Ini merupakan tugas dan tanggung jawab bersama. Maka mulai sekarang orang Papua mesti mengembangkan potensi yang ada di dusun-dusun sebagai lumbung pangan.

Orang Papua mesti secara bersama menyelamatkan lembah, hutan sagu, sungai yang jernih, gunung yang hijau, hutan yang masih asri, dan laut yang menyimpan berbagai biota laut dan ikan-ikannya. Fakta bahwa orang Papua hidup dalam genggaman kapitalisme, yang merusak seluruh tempat hidupnya.

Tanah Papua sebagai wilayah masuk dalam rancangan ekonomi negara melalui berbagai investasi. Dan negara bekerja sama dengan para pemodal besar untuk membangun industri apa saja. Belakangan program baru dari negara seperti Proyek Strategis Nasional (PSN), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), dan program-program besar dihadirkan bersamaan dengan pemekaran provinsi dan kabupaten/kota. Kini saatnya kita menyelamatkan tanah, hutan, gunung, batu, dan semua yang ada di tanah ini dari ancaman kapitalisme. (*)

*Penulis adalah mahasiswa asal Kabupaten Tambrauw yang sedang studi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Comments Box

Dapatkan update berita terbaru setiap hari dari News Room Jubi. Mari bergabung di Grup Telegram “News Room Jubi” dengan cara klik link https://t.me/jubipapua , lalu join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
banner 400x130
banner 728x250