Sentani, Jubi – United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), atas nama Bangsa Papua, menyampaikan duka cita mendalam atas wafatnya Bapa Suci Paus Fransiskus pada Senin (21/4/2025), bertepatan dengan perayaan Pesta Paskah Kedua bagi umat Kristiani.
“Selamat jalan Bapa Suci Paus Fransiskus, Bapa pembela kaum miskin, teraniaya, tertindas, dan pembawa damai bagi dunia. Doakanlah perjuangan Bangsa Papua dari Surga,” ujar Markus Haluk, Sekretaris Eksekutif ULMWP kepada Jubi melalui pesan singkat dari Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, dini hari tadi.
Menurut Haluk, sepanjang hidupnya Paus Fransiskus telah menampakkan wajah Kristus di abad ke-21 melalui tindakan nyata yang berpihak kepada mereka yang tersingkir, menderita, dan teraniaya oleh elite penguasa serta oligarki.

“Paus mengeluarkan dua ensiklik yang sangat berpengaruh, yakni Laudato Si pada 2015 yang berbicara tentang pentingnya menjaga Ibu Bumi sebagai rumah bersama, serta Fratelli Tutti yang menyoroti pentingnya dialog sebagai alternatif dari egoisme dan kekerasan,” tambah Haluk.
Karena itu, lanjut Haluk, ULMWP mengajak seluruh rakyat West Papua untuk mengangkat hati dan berdoa kepada Kristus, Sang Gembala Agung, agar menerima Bapa Suci dalam Perjamuan Kudus di Surga.
“ULMWP juga mendoakan agar seluruh rangkaian prosesi pemakaman Paus Fransiskus berjalan dengan lancar dalam naungan kasih dan kerahiman Tuhan,” ujarnya.
Ia juga berharap agar Paus pengganti nantinya melanjutkan visi dan teladan hidup Paus Fransiskus, terutama dalam membela dan menyuarakan penderitaan serta ancaman genosida, ekosida, dan etnosida yang dihadapi umat Kristiani di West Papua.
Presiden Eksekutif ULMWP, Menase Tabuni, menyatakan bahwa kepergian Paus Fransiskus adalah kehilangan besar bagi umat kecil yang tertindas.
“Paus Fransiskus akan dikenang sebagai salah satu Bapa Gereja yang sederhana dan tulus, yang mempromosikan keadilan, perdamaian, dialog, dan memberikan harapan kepada kaum lemah,” ujarnya.

Tabuni menambahkan, dalam perjalanan apostoliknya ke Papua Nugini (Port Moresby, Vanimo, dan Baro) pada September 2024, Paus telah menunjukkan keberpihakan kepada kelompok minoritas dan tersingkir.
“Kehadiran Paus di PNG menyadarkan dan menegur manusia yang serakah akan pentingnya menjaga bumi sebagai ibu yang memberi kehidupan. Pulau Nugini, pulau ketiga terbesar di dunia yang menopang kehidupan planet ini, menjadi saksi teguran keras Paus kepada para investor dan elite politik yang menggadaikan masa depan bumi demi kepentingan segelintir pihak,” tegasnya.
Ucapan duka juga datang dari Octovianus Mote, Wakil Presiden Eksekutif ULMWP di Amerika Serikat. Ia mengatakan bahwa bukan hanya umat Katolik, tetapi seluruh umat manusia telah kehilangan seorang pemimpin dunia yang sederhana dan pekerja keras bagi mereka yang menderita.
“Rasa kehilangan ini terasa kuat, terutama karena Paus Fransiskus juga memberi perhatian pada ancaman genosida dan ekosida yang dihadapi rakyat West Papua dalam kunjungan apostoliknya ke wilayah Pulau Nugini bagian barat pada September 2024,” pungkasnya. (*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!