Manokwari, Jubi – Lilis Kaway menata berbagai barang dagangannya di sebuah bagunan permanen yang belum rampung di Pulau Mansinam. Dia menjual aneka aksesori khas Tanah Papua.
Dagangan perempuan asal Mansinam itu laku keras. Banyak peziarah membeli produk yang dijualnya.
“Mama jualan mahkota dan pernak-pernik khas Papua. [Barangnya] laku terjual,” kata Kaway, Selasa (4/2/2025).
Pulau Mansinam ramai dikunjungi peziarah setiap menjelang dan saat peringatan Hari Pekabaran Injil di Tanah Papua. Peringatan itu dirayakan saban 5 Februari setiap tahun untuk mengenang perjalanan misi pertama Injil di Tanah Papua.
Mahkota atau hiasan kepala yang dijual Kaway terbuat dari kulit kayu marbin. Harganya Rp250 ribu sebuah. Kaway juga menjual mahkota berbahan kain dengan hiasan bulu kasuari.
Perempuan 48 tahun itu telah lama mengeluti usaha tersebut. Dia bahkan sering berkeliling ke Sorong dan Manado untuk memasarkan produknya.
Panitia 170 Tahun Pekabaran Injil di Tanah Papua memberi kesempatan seluas-luasnya bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) setempat untuk berjualan di Mansinam. Kesempatan itu terutama diberikan kepada penjual makanan dan suvenir khas Tanah Papua.
“Kesuksesan peringatan Hari Pekabaran Injil di Tanah Papua, diukur dari beberapa aspek. Selain ritual, ada aspek pariwisata, sosial, ekonomi, dan budaya,” kata Derek Apnir, Ketua Panitia 170 Tahun Pekabaran Injil di Tanah Papua.
Karena itu, Kaway pun mendapat berkah lain dari perayaan. Mahkota yang dijualnya diborong para pengunjung dan peziarah di Mansinam.
“Pihak Gereja [di Mansinam] mewajibkan jemaat mengenakan mahkota khas Papua saat beribadah. Mama pun memproduksinya lebih banyak daripada biasa,” ujar Kaway.
Pengunjung Mansinam saat puncak perayaan Hari Pekabaran Injil tidak hanya dari warga Kristiani. Banyak pula umat lain mengunjunginya untuk berwisata alam dan sejarah.
Perahu motor pun hilir-mudik mengangkuti penumpang dari Manokwari ke Mansinam. TNI Angkatan Laut bersama Badan Pertolongan dan Pencarian (SAR) Nasional juga mengerahkan armada mereka untuk mengamankan lalu lintas perairan. Sejumlah polisi turut berjaga-jaga di lokasi penyeberangan.
“Ada yang mem-framing Manokwari tidak aman. Itu tidak betul. Beberapa pelaku begal sudah kami tangkap,” kata Kepala Polres Manokwari Komisaris Besar Rivadin Benny Simangunsong.
Untuk memperlancar mobilitas pengunjung ke Mansinam, Dinas Perhubungan Papua Barat juga menyediakan sejumlah kapal penyeberangan dan 15 bus. Begitu pula Polri, menyiapkan sejumlah moda transportasi untuk pengunjung.

Makna 170 tahun
Perayaan 170 Tahun Pekabaran Injil di Tanah Papua bertemakan Keselamatan Telah Berlangsung bagi Suku-suku Bangsa di Tanah Papua. Tema tersebut sejalan makna di balik angka 170.
“Angka satu melambangkan kekerabatan [di Tanah Papua]. Angka tujuh melambangkan jumlah wilayah adat di Tanah Papua. Angka 0 menggambarkan kembali ke titik nol, merenungkan kedamaian, dan suka cita [di Tanah Papua],” kata Derek Apnir.
Pulau Mansinam menjadi daerah awal penyebaran Injil di Tanah Papua. Ajaran itu diperkenalkan pertama kali oleh Carl Willhem Ottow, dan Johan Gottlob Geissler, dua zending dari Jerman. Momen kedatangan Ottow dan Geissler ke Mansiman pada 5 Februari 1855 tersebut kemudian diperingati sebagai Hari Pekabaran Injil di Tanah Papua.
“Otto, dan Geisler mendapat catatan sejarah, orang orang di Tanah Papua bisa berbahasa Melayu. Mereka ke Mansinam karena pulau ini sering disinggahi para pelaut dan saudagar saat hendak ke Papua,” kata Penatua Yan Christian Warinussy
Menurut Warinussy, peristiwa bersejarah tersebut patut selalu dikenang umat. Pengenangannya melalui refleksi atau perenunga diri, bukan berhura-hura. (*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!