Jayapura, Jubi – Para pemimpin gereja di kawasan Pasifik menyambut terpilihnya Paus baru, Leo XIV, dengan harapan besar terhadap kepemimpinannya dalam isu-isu keadilan iklim dan solidaritas terhadap masyarakat yang terpinggirkan.
Paus Leo XIV—sebelumnya Kardinal Robert Francis Prevost asal Chicago, Amerika Serikat—terpilih dalam konklaf Vatikan pada Kamis malam (8/5/2025) waktu Roma. Ia merupakan Paus pertama dari Amerika Serikat dan baru diangkat menjadi kardinal pada 2023. Sebelum menjabat di Vatikan, Prevost menghabiskan sebagian besar hidupnya sebagai misionaris di Peru.
Sekretaris Jenderal Konferensi Gereja Pasifik (Pacific Conference of Churches/PCC), Pendeta James Bhagwan, menyatakan harapan besar agar Paus Leo XIV melanjutkan semangat reformasi dan perhatian terhadap lingkungan seperti yang ditunjukkan mendiang Paus Fransiskus.
“Telah ada banyak doa agar keputusan konklaf ini dibimbing oleh hikmat Tuhan,” ujar Bhagwan dari Fiji. “Kami mendengar bahwa para kardinal menginginkan seorang pemimpin yang moderat, yang mampu melanjutkan warisan Paus Fransiskus—menjangkau mereka yang terpinggirkan, namun tetap berada di tengah dalam berbagai pandangan internal Gereja.”
Bhagwan menambahkan bahwa komunitas Pasifik berharap Paus Leo XIV melanjutkan advokasi terhadap perubahan iklim, sebagaimana yang dilakukan Paus Fransiskus lewat seruan apostolik Laudate Deum menjelang Konferensi Iklim PBB (COP) di Dubai tahun lalu.
“Fokus terhadap penciptaan, seruan untuk mengakhiri penggunaan bahan bakar fosil, dan perhatian terhadap keadilan iklim—semua itu sangat penting bagi masyarakat Pasifik,” katanya. Ia juga menyebut bahwa Gereja Katolik di kawasan ini sangat aktif dalam proses sinodalitas dan berharap akan ada sinode khusus untuk Oseania, seperti halnya sinode Amazon.
Sementara itu, Kardinal John Dew dari Selandia Baru, yang turut serta dalam konklaf, menyatakan keyakinannya bahwa Paus Leo XIV tidak akan ragu menyuarakan isu-isu global, termasuk perubahan iklim, perdagangan manusia, dan krisis pengungsi.
“Paus harus berani menantang ketimpangan dunia, di mana orang miskin makin miskin dan orang kaya makin kaya,” ujar Dew. “Paus Leo terlihat sebagai sosok yang tenang, namun berkomitmen pada nilai-nilai keadilan dan solidaritas.”
Dalam catatan sejarahnya, Paus Leo XIV ternyata pernah mengunjungi Papua. Pastor Didimus Kosi, OFM, dari Keuskupan Timika, mengungkapkan bahwa saat masih menjabat sebagai Prior Ordo Santo Agustinus (OSA), Prevost mengunjungi Sorong pada 2003 untuk memperingati 50 tahun karya OSA di Tanah Papua.

“Beliau mengunjungi umat di Sorong dan Manokwari, wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong,” kenang Pastor Kosi. Dua dekade kemudian, pada 8 Mei 2025, beliau terpilih sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia.
Paus Leo XIV dikenal fasih berbahasa Italia, Inggris, Spanyol, dan Latin—cerminan dari pengalaman panjangnya dalam pelayanan lintas budaya dan benua. (*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!