Jayapura, Jubi – Papua Nugini segera memiliki orang suci Katolik pertamanya. Paus Fransiskus telah menyetujui dekrit untuk kanonisasi tiga santo baru, termasuk seorang awam yang mati syahid asal negara tersebut.
Salah satu yang akan dikanonisasi adalah Beato Petrus To Rot, seorang katekis yang wafat sebagai martir saat Perang Dunia Kedua. Ia meninggal dalam tahanan tentara Jepang pada Juli 1945 di Papua Nugini.
Beato Petrus tetap menjalankan karya pastoralnya selama masa pendudukan Jepang, meski kegiatan keagamaan dilarang dan para misionaris telah ditangkap. RNZ Pasifik melaporkan, To Rot dilaporkan kepada polisi oleh saudaranya sendiri setelah ia menentang praktik poligami yang dilakukan saudaranya itu. Ia pun dijatuhi hukuman dua bulan penjara dan wafat akibat diracun.
Paus Yohanes Paulus II telah membeatifikasi Beato Petrus To Rot pada 17 Januari 1995 di Port Moresby.
Selain To Rot, Paus Fransiskus juga membuka jalan kanonisasi bagi Uskup Agung Ignatius Choukrallah Maloyan, yang dibunuh dalam genosida Armenia, serta Ibu Maria del Monte Carmelo, pendiri tarekat religius di Venezuela.
Paus juga mengakui mukjizat yang dikaitkan dengan Romo Carmelo De Palma, imam asal Italia yang lahir pada 27 Januari 1876. Mukjizat itu berupa penyembuhan seorang biarawati Benediktin pada 2013 dari penyakit degeneratif.
Pada 7 April 2025 lalu, Paus juga mengakui kebajikan heroik Hamba Tuhan José Antônio de Maria Ibiapina, seorang politikus Brasil yang kemudian menjadi imam pada abad ke-19.
Mengenang Petrus To Rot
Menurut laporan hidupkatolik.com, Gereja Katolik Papua Nugini memperingati satu abad kelahiran Beato Petrus To Rot (dibaca “toe rote”) dengan mengadakan berbagai kegiatan dari Juli 2011 hingga Desember 2012, termasuk katekese bertema keluarga dan kehidupan, perarakan relikwi, serta ziarah ke Rakunai, tempat kelahiran Petrus.
Uskup Rabaul, Mgr. Francesco Panfilo, SDB, dalam nota pastoralnya menyatakan bahwa kesucian hidup awam seperti To Rot adalah pengingat akan pentingnya keluarga dan sakramen perkawinan Katolik. Ia berharap peringatan tersebut mendorong keluarga-keluarga, khususnya kaum muda, untuk meneladani kesetiaan To Rot.
Dalam kunjungan ad limina para uskup Papua Nugini dan Kepulauan Solomon ke Vatikan pada 9 Juni 2012, Paus Benediktus XVI juga menegaskan pentingnya meneladani keberanian To Rot dalam menjaga nilai-nilai keluarga.
Media Evangelisasi
Untuk melanjutkan pewartaan Injil, dibangunlah jaringan media “Suara Petrus To Rot” yang mencakup radio, televisi, dan internet. Proyek ini juga melibatkan denominasi Kristen lain dalam semangat ekumenis.
Menurut Uskup Rochus Tatamai, MSC, inisiatif ini bertujuan menghadirkan saksi-saksi Kristus di era digital. Siaran “Suara Petrus To Rot” kini bisa didengar di berbagai wilayah seperti Kerema, Vunapope, Malmaluan, Bereina, dan Lorengau, serta direncanakan hadir di Port Moresby. Sementara program televisi Katolik Kundu2 telah tersedia di seluruh Papua.
Kesalehan Hidup dan Kemartiran
Petrus To Rot lahir pada 1912 di Rakunai, New Britain, Papua Nugini. Ayahnya, Angelo To Puia, adalah kepala kampung, dan ibunya bernama Maria la Tumul. Petrus adalah anak ketiga dari enam bersaudara.
Sejak kecil, Petrus menunjukkan bakat kepemimpinan dan religiositas yang kuat. Ia disiplin dalam doa dan aktif sebagai putra altar. Pada usia 18 tahun, ia menjadi katekis awam, memimpin pengajaran dan pelayanan di kampungnya.
Tahun 1936, ia menikahi Paula Ja Varpit dan dikaruniai tiga anak, meski hanya satu yang hidup hingga dewasa, Rufina La Mama.
Ketika Jepang menduduki PNG pada 1942, para misionaris ditahan. Petrus tetap memimpin komunitas, merawat orang sakit, dan mengajar iman Katolik. Ia menolak ajakan untuk kembali ke praktik poligami yang dilegalkan Jepang, dan akhirnya ditahan karena tetap menjalankan kegiatan keagamaan.
Ia dipenjara di sebuah gua, namun tetap mendapat kunjungan dan dukungan dari warga. Hal ini membuat tentara Jepang merasa terancam. Pada 7 Juli 1945, Petrus dibunuh di depan gua tersebut. Jenazahnya dimakamkan secara diam-diam di samping gereja tempat ia biasa melayani.
Tanggal 7 Juli kini diperingati sebagai hari kemartiran Beato Petrus To Rot. Ia juga ditetapkan sebagai salah satu teladan dalam Hari Orang Muda Sedunia 2008 di Sydney, Australia. (*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!