Jayapura, Jubi – Kekhawatiran atas kekerasan berbasis gender di Vanuatu muncul dalam laporan pemerintah menyusul gempa bumi dahsyat di Port Vila tiga minggu lalu.
Para pejabat meyakini jumlah korban tewas akibat gempa berkekuatan 7,3 skala Richter pada 17 Desember masih mencapai 14 orang, dan 265 orang terluka. Demikian dikutip Jubi.id dari RNZ Pasifik, Rabu (8/1/2025).
Kepolisian Vanuatu, yang juga merupakan bagian dari tim operasi pencarian dan penyelamatan, melaporkan bahwa tujuh orang tewas di Gedung Billabong.
Korban lainnya meninggal di sekitar wilayah Port Vila, ibukota Republik Vanuatu.
Sebuah laporan yang baru saja dirilis dari kantor Penanggulangan Bencana Nasional (NDMO) memberikan gambaran yang menyedihkan tentang dampaknya terhadap negara tersebut.
NDMO mengatakan 80.000 orang terkena dampak dan 1.473 orang mengungsi dari rumah mereka.
Laporan tersebut mengungkap bahwa mereka yang mengungsi tinggal di akomodasi yang kurang penerangan, di bawah standar atau di luar ruangan yang lebih berisiko mengalami kekerasan berbasis gender.
Hal ini menunjukkan perlunya kesadaran yang lebih besar seputar masalah ini, akses ke layanan konseling, dan pencahayaan yang lebih baik.
Sejak gempa bumi, sebanyak 1954 orang telah menerima persediaan tempat tinggal darurat, 13.794 barang bantuan telah diserahkan dan 1300 rumah tangga telah disurvei untuk kebutuhan makanan dan keamanan.
Layanan listrik, air, dan telepon sebagian besar telah pulih, meskipun layanan internet masih dalam perbaikan.
Direktur operasi Save the Children Vanuatu, Lavinia Mahit mengatakan kepada RNZ Pacific bahwa mereka berupaya merehabilitasi anak-anak sebelum sekolah dimulai bulan depan.

“Kami telah menyiapkan apa yang kami sebut sebagai ruang ramah anak. Kami memiliki lima lokasi yang aktif beroperasi dan ruang-ruang ini menyediakan tempat yang aman bagi anak-anak untuk bermain, menggambar, membaca, dan melukis,” katanya.
“Jadi ini memberi mereka kesempatan untuk menjadi diri mereka sendiri dan menjadi anak-anak lagi serta melupakan trauma yang terjadi,” tambahnya.
Mahit mengatakan sebagian besar sekolah sudah layak untuk dibuka kembali.
Laporan ini menguraikan kebutuhan kemanusiaan mendesak di Vanuatu, yang meliputi peralatan rumah tangga penting termasuk perlengkapan tidur, peralatan memasak, lampu tenaga surya, terpal dan perkakas.
Penilaian risiko terhadap properti yang rusak, termasuk di daerah pinggiran kota dan pedesaan juga dibutuhkan. Serta perbaikan atau pembangunan kembali sejumlah besar rumah.
Namun Vanuatu juga kekurangan tenaga terampio untuk dapat menilai kerusakan struktural.
Laporan itu mengatakan risiko siklon yang sedang berlangsung, disertai hujan lebat dan angin kencang, memperburuk kerusakan bangunan dan menunda upaya pemulihan.
Masalah mendesak di sektor kesehatan meliputi kekurangan air kritis di semua delapan fasilitas kesehatan; kurangnya dukungan psikologis bagi petugas kesehatan dan pasien; meningkatnya kasus penyakit mirip influenza dan diare akibat air yang terkontaminasi; dan kekurangan pasokan medis di Rumah Sakit Pusat Vila.
Sedangkan masalah manajemen pengungsian dan pusat evakuasi meliputi 275 orang berlindung di empat pusat evakuasi dan 1.198 orang di rumah tangga tuan rumah; kekurangan pasokan medis, makanan, air, penerangan, perlengkapan tempat tinggal dan perlengkapan mandi.
Secara logistik, Vanuatu membutuhkan lokasi dan pemantauan yang efektif terhadap pasokan bantuan yang masuk untuk memastikan distribusi yang merata; pengiriman barang-barang penting kepada keluarga secara tepat waktu; dan lebih banyak transportasi dan personel untuk mengelola dan mengirimkan sejumlah besar barang bantuan.
Sementara masalah terkait ketahanan pangan dan pertanian meliputi perlunya melakukan penilaian dan perencanaan untuk memastikan pengiriman makanan yang konsisten ke rumah tangga yang terkena dampak dan dukungan untuk pemulihan pertanian termasuk pasokan pertanian penting.
Gempa susulan masih terus terjadi
Departemen Meterologi dan Bahaya Geofisika Vanuatu, VMGD, mengatakan gempa susulan terus berlanjut.
“Menyusul rumor yang beredar, kami ingin memperjelas bahwa tidak ada peringatan akan gempa bumi atau tsunami,” katanya dalam sebuah pernyataan.
“Gempa bumi tidak dapat diprediksi” tambahnya.
VMGD mengatakan hujan diperkirakan akan meningkat di pulau-pulau bagian utara.

Dikatakannya, ada risiko tanah longsor di daerah sekitar Efate, di mana hujan lebat dapat memicu pergerakan di wilayah yang melemah akibat gempa bumi baru-baru ini.
Pihak berwenang menghimbau agar berhati-hati di area ini.
Peringatan angin kencang laut juga telah dikeluarkan untuk perairan selatan dan tengah Vanuatu.
Rencana pemulihan
Peter Korisa, dari Pusat Operasi Pemulihan, mengatakan kepada VBTC bahwa rencana pemulihan akan memakan waktu sekitar dua tahun dan akan dibagi menjadi beberapa fase.
Ia mengatakan penilaian oleh teknisi sedang berlangsung untuk menentukan keamanan bangunan, dan sertifikat hunian akan dikeluarkan untuk bangunan yang telah mendapat izin.
Pusat Operasi Pemulihan telah mengeluarkan peringatan kepada masyarakat di Port Vila dan Efate mengenai pembatasan akses ke CBD.
Vanuatu Daily Post melaporkan pihak berwenang telah mengamati banyak orang dan kendaraan tak berwenang memasuki zona terlarang
Siapa pun yang mencoba memasuki area terlarang tanpa izin akan menghadapi penangkapan dan tuntutan. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!