Nabire, Jubi – Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah memerlukan perhatian serius terhadap keselamatan hewan peliharaan anjing dan kucing, terutama dari penyakit dan kekerasan yang dilakukan manusia. Sebab, angka ancaman keselamatan terhadap anjing dan kucing cukup tinggi.
‘Rigel Vet’ adalah tempat rawat inap untuk kucing dan anjing di Nabire yang didirikan dan dikelola drh Irvan Arief Palo pada 2021.
Palo menyebutkan di ‘Rigel Vet’ saja dalam kurun empat tahun terakhir (2021-2024), ia berhasil menyelamatkan 3.502 ekor anjing dan 890 ekor kucing dari kematian. Meski, 48 ekor anjing dan 60 ekor kucing lainnya tidak bisa diselamatkan nyawanya. Kasus kematian anjing dan kucing tersebut, selain disebabkan wabah virus, juga akibat penganiyaan oleh manusia.
“Kematian anjing dan kucing karena terkena virus dan masyarakat yang lambat membawanya untuk mendapatkan pengobatan. Mereka membawanya juga dalam kondisi yang kritis, sudah memasuki fase parah, sehingga mati,” kata drh Irvan Arief Palo ketika ditemui Jubi di ‘Rigel Vet’, Jumat (17/1/2025).
Data yang disampaikan drh Irvan Arief Palo itu berdasarkan hasil monitoring dan penanganan langsung di ‘Rigel Vet’ selama empat tahun itu. Data tidak termasuk kasus yang ditangani klinik lain di Nabire. Juga tidak termasuk data anjing dan kucing yang mati di lokasi lain.
“Khusus anjing dan kucing yang mati di luar dari penanganan kami itu banyak, seperti tabrak lari lalu mati di tempat, orang bunuh potong diam-diam, itu semua tidak terhitung dalam data yang saya sebutkan,” ujarnya.
Jangan memakan anjing dan kucing
Drh Irvan Arief Palo menyebutkan di ‘Rigel Vet’ ia cenderung menerima hewan anabul (hewan peliharaan yang berbulu) untuk dirawt, seperti kucing dan anjing. Pada banyak tradisi di dunia, kucing dan anjing tidak termasuk hewan konsumtif. Di Papua, pada banyak budayanya, juga menjadikan kucing dan anjing sebagai hewan peliharaan dan teman manusia.
“Risiko penyakit kucing dan anjing dapat menularkan penyakit seperti rabies, toksoplasmosis, dan leptospirosis. Daging kucing dan anjing tidak dianggap seimbang dan sehat untuk dikonsumsi manusia,” katanya.
Selain alasan etis, kata Palo, kucing dan anjing dilindungi dari kekerasan dan eksploitasi karena ada undang-undang dan konvensi internasional. Banyak negara melarang mengonsumsi kucing dan anjing, seperti di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 18/2009 tentang Kesehatan Hewan.
“Undang-undang ini mengatur penyelenggaraan peternakan dan kesehatan hewan secara aman, sehat, dan berkelanjutan. Undang-undang ini juga bertujuan melindungi kesehatan manusia, hewan, dan ekosistemnya,” katanya.
Selain itu, kata Palo, sebagai bentuk kepedulian terhadap hewan banyak orang menganggap kucing dan anjing sebagai teman, bukan sebagai sumber makanan.
“Jadi, masyarakat perlu memahami bahwa kucing dan anjing bukan hewan konsumsi, sebaiknya tidak dikonsumsi lagi,” ujarnya.
Palo menceritakan, ia membuka tempat rawat inap hewan peliharaan ‘Rigel Vet’ sejak 2021 dan langsung menangani pasien hewan. Ia menangani beberapa kasus, seperti anjing dan kucing yang dipanah menggunakan anak panah dan di-toki (dipukul) menggunakan balok yang mengakibatkan kaki anjing itu patah.
“Pada awal Januari 2025 saya menangani satu kasus kucing dipanah, tapi tidak mati. Setelah saya obat kucing itu sembuh,” katanya.
Ia sudah menangani empat ekor kucing yang terkena panah. Sedangkan anjing yang dipanah dan selamat ada tiga ekor.
“Selama saya menangani kasus panah atau penikaman, yang paling ribet itu ketika terkena luka tembus di bagian dada, karena kami tidak punya peralatan bedah,” ujarnya.
Terburuk pada 2021
Drh Irvan Arief Palo menceritakan wabah anjing dan kucing pernah menyerang Kabupaten Nabire pada 2021. Itu tahun terburuk bagi para pemiliknya.
“Hewan kesayangan mereka terserang virus, baik anjing maupun kucing,” katanya.
Tahun itu Palo melakukan pemetaan yang menunjukkan angka kasus apa saja yang paling tinggi. Eskalasi yang paling tinggi yang menyerang kucing adalah Panleukopenia, mirip muntaber pada manusia.
Sedangkan virus yang menyerang anjing adalah Parvovirus, penyakit yang sangat menular dan bisa berakibat fatal pada anak anjing.
“Gejala Parvo pada anjing di antaranya muntah, diare berdarah, lemas, dan dehidrasi. Setara muntaber pada manusia. Angka kematian anjing akibat Parvo ini mencapai 100 persen. Jadi pemilik anjing-anjing mahal itu paling takut dengan khasus inI,” ujarnya.
Kasus tertinggi pada Maret-Juli 2021 dan menurun pada Agustus-September 2021. Bahkan pada anjing periode Agustus-September itu tidak ada kasus sama sekali. Lalu pada Oktober-November 2021 naik lagi dan berakhir pada Februari 2022.
“Februari 2022 itu tidak ada lagi kasus. Lalu muncul lagi pada Juli 2022 dan pada Oktober 2022 hilang, lalu muncul lagi pada Desember 2022. Dalam setahun dua kali naik,” ujarnya.
Ketika wabah itu muncul, Palo mengaku sampai menangani 100-an pasien per minggu, sehingga ia kesulitan karena kekurangan tenaga.
“Saat itu tidak ada tenaga medis, hanya saya sendiri. Akhirnya kita programkan vaksin untuk menekan kasus ini sehingga pada 2023 idak muncul lagi, kecuali pada September-November 2023. Setelah itu tidak ada lagi. Tapi pada Juli-September 2024 muncul lagi, setelah itu hilang, karena kami terus melakukan vaksin kepada kucing maupun anjing,” katanya.
Pada kasus Juli-Oktober 2024, kata Palo, wabah cukup parah melanda kucing di Nabire. Ada lebih 90 kucing dalam seminggu masuk rawat inap.
“Sekarang kami menangani kasus muntaber hanya satu-satu dan jarang, kebanyakan kucing yang mengalami cedera dan sakit hernia, darah putih kurang, patah tulang, dan sebagainya,” ujarnya.
Perlu rumah sakit hewan
Palo mengatakan di tengah keterbatasan fasilitas di ‘Rigel Vet’ dan harga layanan relatif murah, ia bekerja dengan sungguh-sungguh. ‘Rigel Vet’ juga bertahan dengan fasilitas seadanya.
Ia mengaku sedang melakukan komunikasi dan lobi kepada Pemkab Nabire untuk merintis pembangunan rumah sakit hewan karena di Kabupaten Nabire sering ada wabah hewan dengan skala besar.
“Kabupaten Nabire tidak punya peralatan seperti radiologi, ruang bedah, dan rawat inap khusus untuk hewan. Saya rasa ini perlu karena hewan-hewan ini dekat dengan masyarakat yang bisa menimbulkan penyakit di kalangan masyarakat,” katanya.
Warga Nabire asal Jawa, Umi juga setuju Pemkab Nabire perlu melengkapi fasilitas klinik hewan.
“Rata-rata masyarakat memelihara kucing dan anjing. Mereka juga pelihara unggas dan hewan jenis besar. Karena itu sangat penting ada fasilitas perawatan yang memadai agar hewan peliharaan tidak mati,” katanya.
Hans Magai, warga Nabire yang memiliki anjing peliharaan mengatakan ia merawat anjingnya dengan memberikan makanan secara teratur dan sering memandikannya.
“Saat cuaca kemarau, saya mandikan untuk mencegah kutu anjing,” ujarnya.
Magai juga kerap memberikan anjing peliharaannya daging yang dimasak. Kemudian memberikan nasi bercampur daging-dagingan.
“Kadang anjingnya tidak mau memakan makanan, jika kita kasih tidak sesuai dengan porsinya, setelah itu kita memberikan sesuai porsi makan,” katanya.
Magai tertarik memelihara anjing karena ada totem pada marga mereka sehingga ia pelihara. Ia juga tidak biasa mengonsumsi daging anjing.
“Kami tidak mengkonsumsi anjing karena marga kami mempunyai cerita, kami pelihara untuk menjaga rumah, apabila ada pencuri atau hal-hal yang tidak baik di rumah anjing akan mendeteksi semua,” ujarnya.
Magai menyayangkan karena kerap anjingnya dipotas karena sangat lincah mendeteksi saat orang masuk ke rumah atau pencuri hendak masuk ke rumah.
Menurut Magai anjing-anjingnya sering ditawar untuk dibunuh dijadikan bahan makanan. Ketika ia menolak terkadang anjingnya hilang entah dibunuh atau dibawa ke mana.
“Saya tidak tahu kadang anjing saya hilang ke mana, entah dicuri, dibunuh atau seperti apa saya tidak mengerti,” katanya. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!