Nabire, Jubi – Aktivis Ikatan Mahasiswa Intan Jaya Kota Studi Manokwari di Provinsi Papua Barat, Nebot Widigipa meminta para petinggi militer segera menarik pasukan organik dan non organik pemerintah dari Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua Tengah.
“Kami meminta petinggi militer segera tarik militer organik dan nonoraganik dari tanah adat Migani, tanah Ìntan Jaya. Keberadaan mereka sama sekali tidak memberikan rasa aman kepada masyarakat Intan Jaya,” kata Wadigipa melalui layanan pesan WhatsApp pada Rabu (24/1/2023).
Widigipa mengatakan keberadaan aparat kemanan di Intan Jaya tidak melindungi warga sipil. Ia menyatakan dalam kontak tembak yang terjadi di Intan Jaya pada kurun waktu 19 – 21 Januari 2024 menyebabkan dua warga sipil menjadi korban.
“Kami menyesalkan sikap aparat TNI/Polri. Kalau [yang menjadi korban] sesama militer, itu lain cerita. Kami dengan tegas mengutuk sikap aparat kemanan tidak manusiawi,” kata Wadigipa.
Ia juga menyesalkan Pemerintah Provinsi Papua Tengah yang hanya menyikapi korban jiwa dari pihak Brimob. “Harusnya pemerintah bersikap adil kepada masyarakat sipil, jangan memihak aparat kemanan saja. Sikap pemerintah itu menunjukan wajah ketidakadilan terhadap warga yang seharusnya dilindunginya,” katanya.
Widigipa mengatakan aparat keamanan selalu dikerahkan untuk menjaga kepentingan investasi di daerah yang kaya sumber daya mineral. “Hal yang sama terjadi di Kabupaten Intan Jaya. Aparat tidak pikir warga sipil, mereka lebih utamakan investasi, sehingga mereka menembak warga sipil yang seharusnya dilindungi oleh aparat keamanan,” katanya.
Widigipa mengatakan pihaknya akan memantau langkah konkrit penghentian pembangunan patung Yesus oleh TNI di Intan Jaya, maupun rencana penambangan Blok Wabu di Intan Jaya. “Jika pemerintah mengizinkan Blok Wabu [ditambang], kami akan melakukan demonstrasi sampai pencabutan surat izin usaha [pengelola Blok Wabu],” ujarnya. (*)