Jayapura, Jubi- Warga negara Papua Nugini yang berkunjung ke wilayah Indonesia di tanah Papua, tercatat lebih banyak ketimbang orang Indonesia bepergian ke wilayah Papua Nugini. Kunjungan mereka ke Sota dan Skouw karena ingin berbelanja di Pasar Tradisional di Pos Lintas Batas Negara(PLBN).
“Warga PNG yang melintasi wilayah PNG ke Indonesia pada 2022 lebih banyak tercatat ada sebanyak 18 956 orang PNG yang datang dan keberangkatan kembali ke PNG sebanyak 18 364 orang sedangkan orang Indonesia sendiri pada kedatangan sebanyak 2912 orang dan keberangkatan sekita 2098. Ini menjadi Perbedaan ini jelas sangat kontras sekali,”kata Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Papua, Anthonius M. Ayorbaba, SH.,M.Si kepada Jubi.id di Hotel Horison, Sabtu (1/4/2023).
Dia menambahkan kedatangan warga PNG ke wilayah Papua melalui PLBN Skouw, PLBN Sota dan yang terbaru nanti di Yetetkun Distrik Ninati di Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua Selatan.
“ Pertama dengan adanya PLBN ini jelas memberikan akses kepada masyarakat untuk pertumbuhan ekonomi karena adanya pasar rakyat. Kedua warga PNG ini masuk melalui pelintasan tidak resmi atau jalan tikus. Biasanya melintasi jalan tikus ini pasti akan membawa barang illegal terutama ganja. Walau mereka punya hubungan kekerabatan, karena itu penting melakukan edukasi bagi mereka,”kata Ayorbaba seraya menambahkan misalnya di Pos Lintas Bupul Distrik Elikobai, Kabupaten Merauke merupakan pos resmi lintas batas tetapi warga PNG lebih sering melintasi Bupul Atas.
Lebih lanjut kata Ayorbaba begitu pula di Kabupaten Keerom warga PNG lebih banyak melintasi lewat Kampung Kibay. “Kami akan menyusul adanya Pos Lintas baru di Kibay,”katanya seraya menambahkan tantangan harus ada pendidikan atau edukasi tentang pentingnya melintasi pos lintas batas resmi ketimbang melewati jalan tikus.
Dia menambahkan soialisasi peraturan lintas batas dan penerbitan pas lintas batas ini untuk mengetahui kewargaannegara Indonesia di perbatasan.
Dikatakan sosialisasi peraturan lintas batas dan penerbitan pas lintas batas ini untuk mengetahui kewarganegaraan indonesia di bagian perbatasan.
Sementera itu Jenny salah seorang mahasiswi Papua New Guinea asal Provinsi Sepik Barat atau Provinsi Sandaun yang berkuliah di Surabaya, kepada Peter Zambia dalam You Tubenya mengatakan kalau warga PNG dari Vanimo melintasi batas ke Kampung Skouw Yambe Distrik Muara Tami Kota Jayapura. “Saya punya keluarga ada di sana Kampung Skouw dan kita biasanya memakai kartu lintas batas tradisional berwarna kuning,”katanya seraya menambahkan kalau ke luar Papua harus memakai pasport Papua New Guinea.
PLBN Yetetkun terbaru dan modern
Mengutip pu.go.id menyebutkan kehadiran PLBN ini diharapkan dapat menjadi cikal bakal pusat kegiatan ekonomi di wilayah 3T (terdepan, terluar dan tertinggal), sehingga mendorong pemerataan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyampaikan pembangunan PLBN tidak hanya bertujuan untuk pos lintas batas negara, namun juga akan didorong menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru, salah satunya dengan dibangunnya pasar. Dengan demikian kehadiran PLBN akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan perbatasan.
“Pembangunan PLBN tidak hanya sebagai gerbang masuk namun menjadi embrio pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat perbatasan,” kata Menteri Basuki.
Wilayah Boven Digoel merupakan tempat bersejarah karena pernah menjadi tempat pengasingan bagi pejuang Kemerdekaan Indonesia seperti Mohammad Hatta pada masa Kolonial Belanda yang berjarak sekitar 422 Km dari Kota Merauke. Kementerian PUPR telah meningkatkan kualitas jalan perbatasan (Trans Papua) pada ruas Merauke-Boven Digoel tersebut untuk memperkuat konektivitas kawasan perbatasan
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyampaikan pembangunan PLBN tidak hanya bertujuan untuk pos lintas batas negara, namun juga akan didorong menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru, salah satunya dengan dibangunnya pasar. Dengan demikian kehadiran PLBN akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan perbatasan.
“Pembangunan PLBN tidak hanya sebagai gerbang masuk namun menjadi embrio pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat perbatasan,” kata Menteri Basuki.
Wilayah Boven Digoel merupakan tempat bersejarah karena pernah menjadi tempat pengasingan bagi pejuang Kemerdekaan Indonesia seperti Mohammad Hatta pada masa Kolonial Belanda yang berjarak sekitar 422 Km dari Kota Merauke. Kementerian PUPR telah meningkatkan kualitas jalan perbatasan (Trans Papua) pada ruas Merauke-Boven Digoel tersebut untuk memperkuat konektivitas kawasan perbatasan.
Pembangunan PLBN Yetetkun merupakan bagian dari komitmen Pemerintah dalam menjalankan amanah Nawacita yang dicetuskan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada lima tahun silam, yaitu “Membangun dari Pinggiran”. Tujuannya adalah untuk menjadikan kawasan perbatasan negara yang sering juga disebut sebagai halaman belakangnya Negara Indonesia, menjadi beranda depan yang dapat dibanggakan.(*)