Jayapura, Jubi – Sejumlah 54 mahasiswa penerima beasiswa Papua yang berstudi di Amerika Serikat belum menerima kiriman biaya hidup. Para orangtua mendesak Pemerintah Provinsi Papua melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia atau BPSDM Papua segera membayarkan biaya hidup anak mereka.
Ketua perhimpunan Perwakilan Orangtua Mahasiswa Beasiswa Dalam dan Luar Negeri, Andri Ayomi menyatakan setidaknya ada 54 mahasiswa penerima beasiswa Papua yang tengah berkuliah di Amerika Serikat belum menerima biaya hidup. Sejumlah 28 orang diantaranya berkuliah di Corban University.
Sejumlah 26 orang lainnya tersebar di berbagai perguruan tinggi. Mereka berkuliah di Saint Louis University (2 orang), Michigan State University (5 orang), West Michigan University (8 orang), Lousiana State University (1 orang), Dalas Baptis University (1 orang), Aubum University (2 orang), The Ohio State University (2 orang), University Of Arizona (1 orang), University Of South Florida (1 orang), University Of Portland (1 orang), University California Baptist (1), dan University Kansas (1).
“Data itu saya [kumpulkan dengan] lakukan wawancara [secara daring] dengan mereka,” ujar Ayomi kepada Jubi, pada Sabtu (14/1/2022).
Ayomi merinci, sejumlah 28 mahasiswa belum menerima pembayaran biaya hidup untuk periode September hingga Desember 2022. Sementara 26 mahasiswa lainnya belum menerima biaya hidup periode Mei hingga Agustus 2022.
“Mmang pembayaran sudah dilakukan. Tapi ada [sisa kuartal II dan III] yang belum dibayarkan. Mereka sama sekali belum terima,” kata Ayomi.
Ayomi menyatakan dari 54 mahasiswa itu, 50 orang diantaranya mahasiswa Strata 1, dan empat lainnya adalah mahasiswa Strata 2. Dalam peraturan Gubernur Papua Nomor 5 Tahun 2021 tentang Pedoman dan Standar Pemberian Beasiswa, diatur bahwa biaya hidup bagi mahasiswa Strata 1 yang berkuliah di Amerika Serikat (AS) senilai 500 sampai 1.500 dolar AS per bulanan. Sementara mahasiswa Strata 2 yang berkuliah di AS berharap mendapatkan biaya hidup 1.750 dolar AS per bulan.
Ayomi menyatakan BPSDM Papua harus segera membayar hak para mahasiswa tersebut. Menurutnya, keterlambatan pembayaran itu akan mempengaruhi prestasi mahasiswa.
“Kalau [studi] di luar negeri, kalau anak-anak nilainya kurang [atau tidak memenuhi standar akademik], bisa dikeluarkan. Kami mohon dengan hormat, dana [biaya hidup maupun pendidikan] mereka jangan terlambat,” ujarnya.
Salah satu orangtua penerima beasiswa Papua yang berkuliah di AS, Daniel Sukan mengaku anaknya belum menerima biaya hidup periode Mei hingga Agustus 2022. Anaknya, Christina Sukan, saat ini sedang menempuh pendidikan magister di Universitas Dalas Baptis.
Daniel menyatakan anaknya harus bekerja di rumah makan di AS untuk membiayai kebutuhan sehari-harinya. “Dia punya hak harus dibayarkan,” katanya.
Orangtua lainnya, Erma juga mengaku bahwa anaknya belum menerima biaya hidup dari Mei hingga Desember 2022. Anaknya, Muhammad Latif Bay, sedang menempuh pendidikan magister di West Michigan University.
Erma menyatakan kini ia harus mengirimkan uang untuk Latif. Menurut Erma, demi berhemat Latif terkadang harus puasa makan.
Erma menyatakan ia telah berulang kali menemui BPSDM Papua, tetapi biaya hidup anaknya tidak kunjung dibayarkan. “Dong [BPSDM Papua] bilang tidak ada uang,” ujarnya. (*)