Nabire, Jubi – Dosen Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih Herman Katmo alias Kahar ditemukan dalam meninggal di pinggir jalan di Kampung Asei Kecil, Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, pada Senin (29/5/2023). Herman Katmo adalah salah satu pendiri Gerakan Rakyat Demokratik Papua atau Garda Papua.
Aktivis Gerakan Rakyat Demokratik Papua, Samuel Awom menceritakan Herman Katmo pada Senin pagi keluar rumah untuk berjalan kaki dan olahraga di sekitar rumahnya di Waena. Menurutnya, Herman tidak membawa sepeda motor ataupun telepon selular.
Keluarga Herman Katmo mulai merasa khawatir karena ia tidak kunjung pulang pada Senin malam. “Akhirnya kerabat dan teman temannya kemudian berupaya mencari almarhum. Almarhum kemudian dikabarkan meninggal, jenazahnya di RS Bhayangkara Polda Papua pada 30 Mei 2023,” katanya.
Awom menuturkan jenazah Kahar ditemukan seorang warga Sentani pada Senin sekitar pukul 13.30 WP. Penemuan jenazah Kahar lantas dilaporkan ke Kepolisian Sektor (Polsek) Sentani.
“[Saudara dari penemu jenazah Herman Katmo] melapor ke Polsek Sentani sekitar pukul 14.10 WP siang. Jenazahnya ditemukan di Kampung Asei Kecil, Distrik Sentani Timur. Polisi kemudian datang pukul 14.15 WP, dan mendapati jenazah terbaring di samping kanan jalan,” katanya.
Awom mengatakan tim identifikasi polisi kemudian datang dan melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP). Ia menyatakan belum mengetahui hasil oleh TKP itu.
“Menurut polisi, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan/penganiyaan di tubuh jenazah. Namun pihak keluarga kerabat almarhum belum bisa menerima [kematian Kahar]. Soalnya, kronologi dan lokasi kematian janggal, jauh dari tempat almarhum biasa olahraga dan jalan pagi,” katanya.
Dokter Rumah Sakit Bhayangkara Kota Jayapura, dr Jimmy VJ Sembay SpF jenazah Kahar telah diotopsi. “Proses otopsi berjalan kurang lebih 2 jam, bersama Tim Inafis menyimpulkan di depan perwakilan keluarga dan kerabat. Untuk tubuh bagian luar, ada memar panjang disebelah tangan kiri,” katanya.
Sembay mengatakan terjadi pembengkakan jantung yang disimpulkan sebagai serangan jantung kedua yang menyebabkan kematian Kahar . Serangan jantung itu diduga disebabkan penyempitan pembuluh darah.
Kesimpulan itu dibantah pihak keluarga, karena Herman Katmo belum pernah mengeluh sakit jantung dan belum pernah mengalami serangan jantung. Sem Awom mengatakan otopsi jenazah korban dilakukan secara tertutup, dan tidak melibatkan keluarga dan kerabat.
Herman Katmo menempuh pendidikan Strata 1 di Semarang, Jawa Tengah, dan telah menjadi aktivis sejak muda. Kahar ikut mendirikan Aliansi Mahasiswa Papua, Jaringan Aksi Kejora (Jiajora), dan Front Nasional Mahasiswa Papua (FNMP). Berbagai organisasi itu dikenal kritis menyuarakan perlawanan terhadap praktik kolonialisme dan kapitalisme global, termasuk situasi Tanah Papua.
Karena sikap politiknya, Herman Katmo pernah ditangkap aparat Kepolisian Resor Kota Besar Semarang pada 2003 karena mengibarkan bendera Bintang Kejora. Pasca penangkapan itu, Hermat Katmo terus melanjutkan aksi perlawanan dan gerakan pro demokrasi di Tanah Papua. Kahar kemudian mendirikan Gerakan Rakyat Demokratik Papua. (*)