Jayapura, Jubi – Masyarakat Indonesia, khususnya tenaga kesehatan di Papua, harus menangkal hoaks atau kabar bohong dengan dengan mencermati informasi media digital. Setiap pengguna media sosial juga diminta mempertimbangkan etika dalam meneruskan informasi di media digital.
Hal itu disampaikan Ketua Program Studi Perdagangan Internasional sekaligus praktisi literasi digital, Bayu Sutjiatmo dalam webinar Kementerian Komunikasi dan Informatika pada, Sabtu (30/7/2022). Bayu mengingatkan bahwa tidak ada media digital yang 100 persen aman dari hoaks.
“Yang bisa kita lakukan adalah mengurangi risikonya secepat mungkin. [Kita bisa mengurangi risiko itu] dengan [bersikap] bijak [saat] menggunakan media digital. Dengan kemudahan, sedikit usaha tambahan, dan waspada, akan membuat kita lebih aman di dunia digital,” katanya.
Bayu berharap petugas medis agar selalu berpikir kritis saat menerima informasi dari media digital, khususnya media sosial. “Berpikir kritis agar tidak mudah percaya dengan semua yang kita dapat di internet,” katanya.
Bayu mengatakan tenaga kesehatan dihadapkan dengan begitu banyak kabar bohong atau hoaks. Kerap kali tenaga kesehatan tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk bisa menangkal kabar bohong tersebut.
“Sebagai tenaga kesehatan juga harus bisa bisa berperan aktif dalam meredam pemberitaan yang belum tentu benar [atau hoaks],” katanya.
Kementerian Komunikasi dan Informatika menemukan 9.546 hoaks telah tersebar di berbagai platform media sosial di Internet. Data itu ditemukan dalam kurun waktu tiga tahun, mulai Agustus 2018 hingga awal 2022. (*)
Discussion about this post