Jayapura, Jubi – Sekitar 30 mahasiswa menggelar demonstrasi di depan Kampus Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih atau Uncen, Perumnas 3, Waena, Kota Jayapura, pada Jumat (29/7/2022). Mereka menuntut Pemerintah Indonesia mencabut Otonomi Khusus Otsus dan membatalkan pemekaran Papua. Para mahasiswa juga meminta Pemerintah Indonesia menggelar referendum untuk menentukan masa depan Papua.
Demonstrasi para mahasiswa itu merupakan bagian dari demonstrasi menolak pemekaran Papua yang dimobilisasi oleh Petisi Rakyat Papua. Para mahasiswa itu membawa spanduk dengan tulisan “Cabut Otsus, Tolak DOB, dan Gelar Referendum”. Para demonstran itu juga membawa berbagai poster, yang antara lain bertuliskan “DOB surga bagi Jakarta (tapi) neraka bagi Papua, maka berikan hak politik yang menjamin kehidupan manusia Papua”.
Pukul 10.30 WP para demonstran mulai bergerak turun menuju gapura Uncen Waena. Mereka mengajak para mahasiswa dari berbagai fakultas untuk ikut berunjuk rasa.
“Bagi mahasiswa yang benar-benar paham dengan kondisi masyarakat Papua, mari kawan-kawan bergabung. Pemekaran [dan pembentukan] Daerah Otonom Baru bukan untuk menyejahterakan Orang Asli Papua, tetapi membunuh Orang Asli Papua,” kata salah orator, Muru Wonda.
Para demonstran juga mendesak pemerintah untuk membebaskan Juru Bicara Internasional Komite Nasional Papua Barat, Viktor Yeimo. Saat ini, Victor Yeimo telah menjalani persidangan dugaan makar di Pengadilan Negera Jayapura, karena dianggap terlibat dalam demonstrasi menolak rasisme Papua di Kota Jayapura pada 29 Agutus 2019. “Viktor Yeimo, bebaskan, Viktor Yeimo bebaskan,” teriak massa aksi.
Dalam orasinya, Kristian Kobak selaku koordinator aksi menilai kondisi Orang Asli Papua semakin memburuk ketika Papua dikuasai Indonesia. “Ketika bersama Indonesia, masa depan akan hancur. Kekayaan akan habis, tanah ada diambil alih atas nama pembangunan,” kata Kobak.
Kobak menilai Pemerintah Indonesia juga gagal memperbaiki pelayanan publik di Papua. Berbagai pemekaran wilayah terdahulu juga dinilai Kobak merampas ruang hidup Orang Asli Papua.
“Angka gizi buruk di Papua cukup tinggi. Kota yang dibentuk dari hasil pemekaran [terdahulu] sudah jelas membuat Orang Asli Papua tidak memiliki ruang hidup,” ujar Kobak.
Polisi berjaga di depan gapura Kampus Uncen. Polisi menempatkan sejumlah kendaraan di jalan menuju kampus Uncen sekitar 10 kendaraan baik truk, watercanon, kendaraan taktis dan kendaraan lain. Sejumlah polisi yang membawa tongkat rotan, senjata gas air mata berjaga di sana. (*)
Discussion about this post