Biak, Jubi – Kabupaten Biak Numfor, Papua, merupakan daerah kepulauan di Provinsi Papua yang kaya dengan potensi alam, baik perikanan dan pariwisata bahari. Biak juga berpeluang menjadi poros maritim dunia di Pasifik karena letaknya yang sangat strategis. Pulau Biak berada di daerah khatulistiwa yang berdekatan dengan berbagai negara di kepulauan Pasifik.
Berbagai negara besar di dunia melirik potensi Biak sebagai daerah kepulauan yang kaya dengan sumber daya alam serta wisata bahari.
Untuk menuju poros maritim dunia di Pasifik, ada beberapa aspek yang perlu disiapkan yakni pembangunan kemaritiman yang mencakup aspek infrastruktur, politik, sosial-budaya, hukum, keamanan, dan ekonomi.
Penegakan kedaulatan wilayah laut Negara Kesatuan RI (NKRI), revitalisasi sektor-sektor ekonomi kelautan, penguatan dan pengembangan konektivitas maritim, rehabilitasi kerusakan lingkungan dan konservasi biodiversity, serta peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kelautan, merupakan program utama dalam upaya mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Kepala Staf Kepresidenan RI, Moeldoko, mengakui potensi pariwisata dan perikanan dimiliki Kabupaten Biak Numfor sangat melimpah sehingga harus dikelola dengan baik guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
“Saya melakukan survei kunjungan dari udara wilayah pulau Biak sangat menjanjikan terutama sektor pariwisata dan perikanan,” kata Moeldoko.
Sesuai kebijakan pembangunan pemerintah, wilayah Kabupaten Biak Numfor masuk dalam program strategis nasional. Oleh karena itu,
berbagai potensi wisata bahari dan perikanan di Biak terus didorong guna mensejahterakan rakyat Papua dengan membangun infrastruktur dasar.
Sementara itu, terkait dengan upaya mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, telah dicanangkan Presiden Joko Widodo dengan lima pilar utama, yakni pilar pertama berupa pembangunan kembali budaya maritim Indonesia.
Pilar kedua, berkomitmen dalam menjaga dan mengelola sumber daya laut dengan fokus membangun kedaulatan pangan laut melalui pengembangan industri perikanan dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama.
Pilar ketiga, komitmen mendorong pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, pelabuhan laut, logistik, dan industri perkapalan, serta pariwisata maritim.
Pilar keempat, melakukan diplomasi maritim yang mengajak semua mitra Indonesia untuk bekerja sama pada bidang kelautan.
Pilar kelima yakni membangun kekuatan pertahanan maritim.
Sedangkan untuk menuju pulau Biak sebagai poros maritim di Pasifik, diperlukan proses pembangunan kemaritiman yang meliputi aspek infrastruktur, politik, sosial-budaya, hukum, keamanan dan ekonomi, serta penegakan kedaulatan wilayah laut NKRI.
Selain itu, dibutuhkan revitalisasi sektor-sektor ekonomi kelautan, penguatan dan pengembangan konektivitas maritim, rehabilitasi kerusakan lingkungan dan konservasi biodiversity.
Aspek yang juga tak kalah penting untuk menyiapkan Biak sebagai poros maritim dunia di Pasifik adalah peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kelautan. Dalam kurun waktu 25 tahun ke depan wilayah kepulauan Biak diperkirakan akan ramai, karena letaknya menjanjikan secara geopolitik, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
Moeldoko berharap, pemerintah pusat melalui kebijakan lintas kementerian untuk merealisasikan berbagai kebijakan dan program pembangunan di Kabupaten Biak Numfor secara cepat serta terpadu.
“Pulau Biak memiliki potensi sumber daya alam dengan sektor unggulan pariwisata, kelautan dan perikanan berpotensi menjadi pusat pertahanan dunia, keamanan wilayah laut dan udara di kepulauan Biak harus tetap terjaga apabila Indonesia ingin menjadi poros maritim dunia,” ucapnya.
Kunci keberhasilan menjadikan Biak poros maritim dunia adalah penguasaan potensi lautan dan udara yang strategis karena menyimpan beragam sumber energi terbarukan.
Berdasarkan data, desain perencanaan program 25 tahun Biak menjadi kekuatan maritim dunia telah disampaikan ke pemerintah untuk bahan kajian.
Potensi wisata maritim
Bupati Biak Numfor, Herry Ario Naap, mengemukakan bahwa pemerintah tengah mempersiapkan Kabupaten Biak Numfor sebagai salah satu kawasan wisata bahari maritim berbasis ekonomi di kawasan Pasifik.
Potensi perikanan di Kabupaten Biak Numfor melalui Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) titik 717 mencapai 1.054,7 ribu ton per tahunnya. Sedangkan potensi produksi sektor perikanan di Biak Numfor mencapai 144,9 ribu ton atau berkontribusi sebanyak 13,7 persen.
Potensi yang besar, menurut Herry Naap, maka perlu dibarengi dengan adanya infrastruktur berupa sarana dan prasarana yang baik.
Seperti pemerintah merencanakan optimalisasi Pelabuhan Biak dan Bandara Frans Kaisiepo yang nantinya digunakan untuk melakukan hub ekspor produk kelautan dan perikanan dari Biak Numfor.
“Biak berada di utara Provinsi Papua punya potensi kelautan dan perikanan yang besar sekali. Ikan pelagis besar, seperti ikan Tuna Mata Besar, Madidihang, dan Cakalang sangat besar potensinya dan populasinya masih dalam kategori tidak overfished,” kata Herry Naap.
Bupati Naap mengakui, titik WPPNRI 717 sebagai salah satu titik yang perlu dioptimalkan Biak untuk mendukung program pemerintah sebagai
Lumbung Ikan Nasional (LIN).
“Kita kerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait lainnya, seperti Kementerian Perhubungan [Kemenhub], Kementerian Kelautan dan Perikanan [KKP], Bea Cukai, Pelindo, dan Angkasa Pura untuk menyiapkan Biak Numfor sebagai salah satu tempat melakukan ekspor perikanan,” ujarnya.
Dari Biak, kata dia, ekspor ikan bisa langsung ke Tokyo dan juga bisa langsung ke Hawaii atau Sydney.
“Kalau semua ini sudah jadi dengan pesawat dari Bandara Frans Kaisiepo maka gairah ekonomi Biak bergeliat tumbuh,” katanya.
Sail Teluk Cenderawasih
Staf Ahli Menteri PPN/Bappenas Bidang Sektor Unggulan dan Infrastruktur, Velix Vernando Wanggai, menyatakan Kabupaten Biak Numfor tengah merancang kegiatan wisata bahari adat budaya melalui penyelenggaraan Sail Teluk Cenderawasih 2023.
Velix menyebutkan kegiatan Sail Teluk Cenderawasih tidak hanya menjadi kegiatan seremonial tetapi akan menjadi tahap awal untuk pengembangan ekonomi, percepatan infrastruktur, sekaligus pemberdayaan masyarakat sekitar di kawasan Teluk Cenderawasih.
Selain itu, kegiatan Sail Teluk Cenderawasih diharapkan dapat membuka sail pariwisata lainnya di wilayah Papua dan Papua Barat.
“Untuk itu, akan dibuat kerangka kelembagaan pelaksanaan Sail Teluk Cenderawasih berupa kepanitiaan di tingkat daerah dan tingkat nasional,” ujarnya.
Kawasan Teluk Cenderawasih terletak di utara Pulau Provinsi Papua yang terdiri dari gugusan Pulau Biak, Numfor, Meosnum, dan Yapen.
Sementara itu, wilayah daratan mulai dari Waropen di sebelah timur, Nabire, Moor, Napan, Wondama, Wasior, hingga di barat Manokwari merupakan gugusan kawasan yang keindahannya konon menyerupai kepulauan “Caribia” di Amerika Tengah yang terkenal eksotis.
Cekungan Teluk Cenderawasih yang terhubung langsung dengan Samudera Pasifik ibarat “jendela” di timur Indonesia yang berhadapan dengan negara-negara tetangga dan serumpun ras Melanesia di Pasifik Selatan menjadi daya tarik wisata bahari maritim.
Dengan berbagai fasilitas pendukung, kekayaan alam yang melimpah, baik sektor perikanan maupun pariwisatanya, sangat beralasan jika Pulau Biak sangat menjanjikan sebagai poros maritim dunia terutama wilayah Pasifik. (*)