Jayapura, Jubi- Dunia fisika teoritik di Indonesia baru saja kehilangan guru besar purnabakti Prof Pantur Silaban PhD pada Senin, 1 Agustus 2022. Berkat kepakarannya itu guru besar kelahiran di Tapanuli, Sumatra Utara, 11 November 1937 mendapat penghormatan pada upacara pelepasan jenazah di Aula Barat, Institut Teknologi Bandung (ITB).
“Prof. Pantur Silaban, Ph.D., adalah dosen ITB yang berbagai karyanya perlu kita rujuk bersama dan sikap hidupnya perlu dicontoh sebagai teladan. Dimulai menjadi dosen muda sampai menyelesaikan tugasnya sampai purna bakti sebagai Guru Besar beliau tetap menujukan dedikasi yang tinggi untuk ITB terutama untuk bidang kepakarannya sebagai Guru Besar di bidang ilmu relativitas,”kata Wakil Rektor Bidang Keuangan, Perencanaan, dan Pengembangan, Ir. Muhamad Abduh, Ph.D sebagaimana dilansir laman resmi itb.ac.id.
Prof Silaban menempuh pendidikan di ITB dan meraih gelar Sarjana Sains di bidang fisika teoritik (theoretical physics) pada tahun 1964 di Departemen Fisika ITB. Beliau meraih gelar Ph.D. di bidang relativitas umum pada tahun 1971 dari Departemen Fisika, Syracuse University, Syracuse, New York, USA.
Sejak memulai karier sebagai asisten dosen Fisika di ITB tahun 1964-1966, Pantur Silaban berhasil meraih gelar Guru Besar di bidang Fisika Teoritik pada 1994-2002. Sumber lain menyebutkan bahwa beliau pernah belajar tentang keilmuan relativitas dari muridnya Einstein.
Guru besar ini menempuh pendidikan di ITB dan meraih gelar Sarjana Sains di bidang fisika teoritik (theoretical physics) pada 1964 di Departemen Fisika ITB. Meraih gelar Ph.D. di bidang relativitas umum pada 1971 dari Departemen Fisika, Syracuse University, Syracuse, New York, USA.
Sejak memulai karier sebagai asisten dosen Fisika di ITB tahun 1964-1966, Pantur Silaban berhasil meraih gelar Guru Besar di bidang Fisika Teoritik pada 1994-2002. Sumber lain menyebutkan, dia pernah belajar tentang keilmuan relativitas dari muridnya Einstein.
Saat Prof Pantur Silaban kembali dari USA pada 1971 dan bertemu dengan salah satu muridnya yang baru masuk kuliah di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Jurusan Fisika pada 1972. Sebelumnya HJ Wospakrik kuliah di jurusan tambang pada 1971. Namun almarhum Hans Jacobus Wospakrik lebih tertarik dengan fisika teoritik terutama mempelajari teori relativitas Alberth Eisntein.
Dosen kelahiran Serui Papua ini memang sudah meninggal terlebih dahulu, akibat leukemia yang dideritanya pada 11 Januari 2005 dalam usia 53 tahun. Tetapi hubungan antara dosen dan murid hingga akhirnya menjadi sesama dosen tetap terjalin baik dalam memberikan materi pelajaran. Kedua dosen ini juga ikut menerjemahkan buku buku teknik, fisika dasar, matematika bersama Penerbit Airlangga.
Sekembalinya Hans J Wospakrik ke Indonesia pada 1982 setelah ikut riset bersama Martinus JG Veltman (yang pada 1999 meraih hadiah Nobel Fisika) di Utrecht Belanda dan Ann Arbon Michigan University, Amerika Serikat. Ia menulis buku tentang Berkenalan Dengan Teori Kerelatifan Umum Einstein Dan Biografi Albert Einstein
“Tuhan tidak bermain dengan alam ciptaan-Nya, dan segala keajaiban ilmu pengetahuan membuktikan kodrat alam ini. Ungkapan tersebut dikemukakan oleh Albert Einstein, ilmuwan fisika-matematika kenamaan di abad 20. Karya termegahnya, Teori kerelatifan umum Eisntein diperkenalkan dengan agak popular. Buku karya Hans Wospakrik ini dapat diikuti dengan mudah oleh pembaca, tanpa perlu memiliki latar belakang fisika dan matematika yang terlalu mendalam.
Prof Pantur Silaban dan Hans J Wospakrik PhD adalah dua dosen ITB yang juga berjasa dalam menerjemahkan buku buku teks bagi mahasiswa Teknik dan MIPA di Indonesia mulai dari buku Fisika Modern. Listrik Magnet,Kalkulus dan Geometrik Analisis, Vektor Analisis, Operation Research, Transformasi Laplace.(*)
Discussion about this post