Jayapura, Jubi – Hari Kamis (22/9/2022), dokter Gunawan Ingkokusumo pergi meninggalkan semua karya dan kampanye yang selama ini dirintisnya. Beliau adalah salah satu perintis kampanye HIV/AIDS di Tanah Papua.
Waktu itu di Tanah Papua berbicara soal HIV/AIDS masih dianggap tabu. Ibarat penyakit kusta dalam kitab suci orang Kristen, Alkitab, HIV/AIDS dianggap sebagai penyakit kutukan.
Tetapi dokter Gunawan terus berjuang agar masyarakat jangan mendiskriminasi orang dengan HIV/AIDS atau ODHA.
Salah satu hal yang Jubi.id tidak pernah lupa adalah ungkapan atau singkatan yang selalu dilontarkan dr Gunawan kampanye HIV/AIDS. Misalnya, Nabire disebut Napsu Bikin Repot. Begitupula dengan Wamena, Wajib Menahan Napsu. Kalau tidak bisa, ya harus pakai kondom atau lebih baik setia terhadap satu pasangan.
Itulah langkah awal yang dilakukan dr Gunawan dalam melakukan program kampanye soal bagaimana mencegah penularan HIV di Tanah Papua.
Jurnalis Jubi.id mengenal dr Gunawan Ingkokusumo saat menjadi pengurus di PKBI atau sebuah lembaga bernama Pusat Keluarga Berencana Indonesia Cabang Irian Jaya. Waktu itu belum ada lembaga bentukan pemerintah bernama Komisi Penanggulangan AIDS atau KPA Provinsi Papua. PKBI lah yang menjadi motor penggerak kampanye HIV/AIDS di Tanah Papua.
Setelah dr Gunawan sudah tidak lagi di PKBI, program kampanye HIV/AIDS di PKBI dilanjutkan oleh salah seorang dosen FKIP jurusan Geografi Universitas Cenderawasih (Uncen), Jhon Rahail, yang terkenal dengan ungkapan Gerobak HIV/AIDS termasuk rahasia di balik gunung es.
Bersama dr Gunawan Ingkokusumo dan John Rahail pada 2002 melakukan kampanye dan diskusi HIV/AIDS saat ulang tahun pertama Harian Pagi Timika Pos di Kota Timika. Kampanye dua aktivis HIV/AIDS ini di Timika berhasil membuka mata semua pihak untuk sama-sama berjuang melawan penyebaran HIV di Tanah Papua.
Saat KPA Provinsi Papua mulai dibentuk, dr Gunawan Ingkokusumo ikut pula mendorong dan mendukung program kerja bersama Wakil Gubernur Papua saat itu, drh Constant Karma. Keduanya melakukan kampanye sirkumsisi atau sunat bagi kesehatan. KPA Provinsi Papua juga melakukan studi banding ke Afrika maupun ke Papua Nugini.
Pada Pertemuan Nasional AIDS di Surabaya tahun 2007, dr Gunawan Ingkokusumo menerima penghargaan sebagai Generasi Pertama Aktivis AIDS di Indonesia. Ada 34 aktivis yang menerima penghargaan tersebut. Dr Gunawan dan drh Constant Karma di antaranya.
Kini semua yang dirintis dr Gunawan Ingkokusumo dan kawan-kawan seakan-akan hilang ditelan waktu. Apalagi saat pandemi Covid-19, membuat semua orang seolah lupa bahwa HIV/AIDS masih ada di Tanah Papua. Semoga mereka tidak lupa.
Informasi yang diterima Jubi, sekitar tiga pekan lalu, dr Gunawan jatuh di kamar mandi. Rabu (21/9/2022) malam, Beliau dilarikan ke RSU Syaiful Anwar Malang. Kamis (22/9/2022) sekitar pukul 3 dini hari, pejuang kesehatan di Tanah Papua itu menghembuskan nafas terakhirnya.
Selamat jalan dr Gunawan Ingkokusumo. Lapang jalanmu menuju keabadian. Kami akan selalu ingat petuahmu ‘Jamu Jati Kendi’ – Jaga mulut, Jaga hati, dan Kendali diri. (*)