Wasior, Jubi – Masyarakat Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat mengeluh mahalnya harga bahan bakar minyak atau BBM eceran yang dijual para pedagang di wilayah itu. Olipas Rumbobiar, warga Kampung Wasior II menyebut di tingkat pedagang pengecer, harga BBM jenis Pertalite dijual seharga Rp15 ribu per liter pada siang hari, sedangkan pada malam hari harganya semakin melonjak mahal hingga Rp20 ribu per liter bahkan lebih.
“Harga BBM ini pagi sebesar 15 ribu, sore hari jadi Rp20 ribu, malam hari bisa naik sampai 30 ribu. Ini bagaimana sudah, kasihan kami rakyat kecil ini,” ujar Rumbobiar saat mengikuti kegiatan di aula Kantor Distrik Wasior, di Wasior, Rabu lalu (9/11/2022).
Dia mendesak Pemkab Teluk Wondama segera turun lapangan menertibkan pengecer-pengecer yang secara terang-terang menjual BBM dengan harga jauh di atas HET dan HEN yang telah ditetapkan kepala daerah.
“Bapak-bapak pejabat sudah lihat mereka (pengecer pinggir jalan) sudah tipu-tipu, kenapa cuma lihat saja (tidak ditindak). Jadi kami minta harus lakukan pengawasan. Bila perlu yang begitu-begitu (pengecer nakal) dikasih sanksi,” kata Rumbobiar.
Sebelumnya Bupati Teluk Wondama Hendrik Mambor telah menerbitkan Surat Edaran Nomor : 338/308/Bup-TW/2022 tertanggal 6 September tentang Harga Eceran Tertinggi (HET) dan Harga Eceran Nyata (HEN) BBM jenis pertalite dan biosolar.
Dalam SE Bupati Teluk Wondama itu, HET BBM jenis pertalite di tingkat agen/SPBU Kompak ditetapkan sebesar Rp10.000 per liter dan biosolar sebesar Rp6.800 per liter. Sementara di tingkat pengecer atau subagen berlaku HEN sebesar Rp11.500 per liter.
Asisten Bidang Kesra Setda Teluk Wondama Jemmy Suila menyatakan harga BBM yang tinggi menjadi salah satu pemicu kenaikan harga barang yang selanjutnya akan mendongkrak inflasi.
Tidak hanya Pertalite, menurut Jemmy harga minyak tanah juga sudah melambung tinggi sehingga sangat memberatkan masyarakat.
Harga minyak tanah bahkan sudah mencapai Rp10 ribu hingga Rp12 ribu per liter. Padahal harga normal minyak tanah hanya Rp6.000 hingga Rp7.000 per liter.
Karena itu Jemmy berharap Dinas Perindagkop dan UMKM segera mengambil langkah untuk menertibkan pengecer yang menjual BBM melebihi harga yang telah ditetapkan.
“Diharapkan dinas teknis memperhatikan hal ini karena ini sudah jelas ada edaran bupati untuk kita taati. Kami harap pengawasan dan pengendalian diperkuat karena kepercayaan masyarakat kepada pemerintah semakin menurun karena dianggap pemerintah tidak mampu,” kata Jemmy.
Kepala Dinas Perindagkop dan UMKM Ekbertson Karubuy mengklaim pihaknya rutin melakukan pengawasan BBM sejak pembongkaran/pengisian di pelabuhan setelah kapal tiba sampai dengan penjualan di tingkat subagen maupun pengecer resmi.
Ekber menyebut penjualan Pertalite seharga Rp15 ribu bahkan lebih bukan dilakukan oleh subagen maupun pengecer resmi melainkan pengecer liar atau penjual dadakan yang hanya mengejar keuntungan semata.
“Kenaikan harga itu di luar pengecer resmi dan SPBU Kompak. Mereka membeli di pengecer kemudian dijual kembali, itu yang membuat harga BBM semakin mahal. Kalau di sub SPBU atau subagen dan pengecer resmi itu semuanya Rp11.500 per liter,” kata Ekber. (*)