Sentani, Jubi – Masyarakat Kampung Demoikisi, pada Minggu (10/4/2022), merayakan seratus tahun atau satu abad injil masuk di kampung tersebut.
Injil masuk tepat pada 10 April 1922, melalui seorang hamba Tuhan, Barnabas Yufuai, yang membawa injil dari Pulau Metudebi, Kota Jayapura menuju Kampung Demoikisi, Distrik Yokari, Kabupaten Jayapura, Papua.
Perayaan dilaksanakan dengan sebuah obor yang dibawa dari Pulau Metudebi menuju Kampung Wanya Depapre, dan diarak menuju Kampung Demoikisi disambut oleh 12 suku yang mendiami kampung tersebut. Obor diserahkan langsung kepada pelayan jemaat GKI Ebenhaezer. Selanjutnya obor diletakan di tugu peringatan masuknya injil.
Perayaan dan ibadah syukur dipimpin oleh Pdt. Alberth Suebu, juga turut hadir Wakil Ketua Sinode GKI di Tanah Papua, Bupati Jayapura, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua, sejumlah anggota DPR Kabupaten Jayapura, serta tamu undangan, dan masyarakat Kampung Demoikisi.
Usai ibadah syukur, Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw mengatakan ratusan tahun setelah masuknya injil di Kampung Demoikisi dan kampung lainnya, ada banyak perubahan yang terlihat dari kehidupan setiap masyarakatnya.
“Kehadiran kita di sini bersama masyarakat untuk bersukacita, atas seratus tahun masuknya injil di Kampung Demoikisi,” ujar Bupati Mathius.
Menurutnya, perkembangan yang terjadi saat ini, baik di Kabupaten Jayapura maupun Provinsi Papua merupakan karya-karya besar dari gereja, yang di dalamnya terdapat pelayan jemaat, majelis jemaat, dan petugas gereja yang bekerja tanpa pamrih.
“Gereja selalu di depan dan membawa perubahan, memberikan motivasi, dan mengajarkan tentang kebenaran bagi seluruh umatnya. Terjadinya perubahan besar baik di Kabupaten Jayapura, Papua, bahkan dunia adalah hasil dari doa-doa orang yang ada di dalam gereja,” jelasnya.
Mathius juga menyampaikan selamat bagi warga Kampung Demoikisi, yang telah melayani Tuhan selama seratus tahun, dan bahwa injil adalah kekuatan Allah bagi kita umat-Nya yang percaya dan melakukan semua kehendak-Nya.
“Kita tetap konsisten untuk hidup dan kerja bersama injil yang sudah kita terima sertaus tahun lamanya, tidak boleh alergi dengan perubahan, meskipun pemerintah pusat telah mekarkan [akan membentuk] tiga provinsi dari Provinsi Papua. Hal ini wajib kita syukuri dan terus berdoa untuk kedamaian atas Tanah Papua,” ucapnya.
Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat Kampung Demoikisi, Eneas Yerisitouw mengatakan seratus tahun masuknya injil di Kampung Demoikisi, banyak perubahan yang terjadi di tengah masyarakat. Adat istiadat yang menjadi jati diri, tetap sebagai warisan dalam beretika, menghormati satu dengan lainnya, dengan tidak merusak tatanan budaya itu sendiri.
“Bukti pembangunan di kampung, ada fasilitas layanan umum seperti Pustu, sekolah, sarana air bersih, jalan lingkungan, dan penerangan. Potensi sumber daya manusia, ada puluhan sarjana, ada banyak anak-anak hebat yang duduk di pemerintahan sebagai pejabat di kabupaten dan Provinsi Papua. Ini bukti kebaikan Tuhan bagi kita selama ini,” ucapnya. (*)
Discussion about this post