Jayapura, Jubi – Mantan narapidana politik Papua, Papua Filep Karma menyatakan perjuangan Papua untuk merdeka sudah diketahui masyarakat internasional. Karma menyatakan bahkan masyarakat internasional ikut memperjuangkan upaya Papua untuk merdeka.
Hal itu disampaikan Filep Karma di Kota Jayapura pada Jumat (1/7/2022), sebagai refleksi atas peringatan deklarasi kemerdekaan Negara Papua Barat yang dilakukan Zet Yafet Rumkorem dan Jacob Pray di Markas Besar Organisasi Papua Merdeka, Victoria, Port Numbay, Papua, pada 1 Juli 1971. Menurut Karma, saat ini semangat nasionalisme Papua semakin berkembang, dan isu perjuangan Papua merdeka sudah mendunia.
“Jadi, suka atau tidak suka, cepat atau lambat, dengan kehendak Raja Yesus Yang Maha Kuasa, orang Papua saat ini harus mengambil sikap bijak. Jangan mau dipermainkan dengan ide devide et impera atau politik pecah belah oleh pemerintah Indonesia. Sekarang dorang adu domba untuk yang mendukung pemekaran dan tolak pemekaran [Papua], itu dipakai untuk mengadu domba [sesama] orang Papua sendiri, yang korban orang Papua sendiri,” kata Karma.
Karma mengatakan masih ada orang yang berlaku seperti anak kecil yang mudah dipengaruhi dengan gula-gula politik. Menurutnya, hal seperti itu tidak perlu ditanggapi. Karma mengajak rakyat Papua untuk tidak bersikap anti Indonesia, dan terus memperjuangkan kemerdekaan Papua dengan cara-cara damai.
“Biarkan saja mereka [yang mudah dipengaruhi dengan gula-gula]. Kita [harus terus] membuat seminar atau ulasan ilmiah, muat di media atau media sosial. Jadikan itu pendidikan bagi orang Papua, agar yang belum sadar itu terbuka pikirannya, supaya dia tahu ‘saya ini ditipu’,” kata Karma.
Karma mengatakan pemerintah Indonesia masih menggunakan pola yang sama untuk menguasai Papua. Menurutnya, orang Papua semakin cerdas membaca pola itu, dan ia mengajak rakyat Papua agar tidak terpancing dengan hal itu.
“Saya ingat waktu Dewan Gereja Dunia datang [ke Papua], mereka mengatakan kecewaannya melihat perkembangan [Papua selama] 20 tahun [terakhir]. Mereka melihat Papua begitu memprihatinkan. Mereka [dulu] mendukung Otonomi Khusus Papua, dan mendukung negaranya untuk mengalirkan bantuan terkait Otonomi Khusus Papua,” kata Karma.
Karma menyatakan Dewan Gereja Dunia merasa kecewa melihat hasil 20 tahun pelaksaan Otonomi Khusus Papua. “Mereka bilang, ‘kami pulang, tidak akan ada lagi kelanjutan [bantuan] dana [negaranya bagi] Otonomi Khusus Papua. Ini pemekaran [Papua] juga sebenarnya jadi begini, orang Papua ribut tentang itu macam berebut tulang, itu yang sekarang terjadi. Kami berjuang [untuk] kemerdekaan, supaya kita makan daging. Merdeka itu bukan makan tulang, itu daging dengan lemak semua kita makan. Saya harap orang Papua semakin sadar, dewasa dalam berpolitik, juga membuat kajian ilmiah tentang pola-pola yang Indonesia [pakai],” kata Karma.
Karma menegaskan kini perjuangan kemerdekaan Papua tidak hanya diperjuangkan oleh orang Papua. “Tetapi sudah diperjuangkan oleh masyarakat international, didukung juga,” kata Karma.
Karma berpesan kepada elit politik Papua agar jangan mau ditipu dengan Daerah Otonom Baru, Otonomi Khusus Papua, dan program murahan lainnya. “Kami harus menyiapkan diri menuju kemerdekaan Papua. Sudah 51 Tahun, itu bukan waktu yang singkat, kita harus berjuang untuk emerdekaan Papua,” katanya. (*)
Discussion about this post